Before Our Spring

11 2 0
                                    

Akhir-akhir ini Jonghyun terlihat sangat aneh dan tidak seperti biasanya. Pria itu terlihat lebih diam, dan terkadang pria itu berubah marah saat ada seseorang yang sedikit mengganggunya.

Bahkan Joyeon sendiri merasa bahwa Jonghyun tidak lagi melihatnya. Saat berkumpul dengan Jinki, Minho, Key dan Taemin. Jonghyun nampak lebih diam dari biasanya. Joyeon ingin bertanya, apa ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran pria itu?

Tapi ia tidak ada keberanian melakukannya. Ia takut kalau Jonghyun akan semakin menjauhinya. Bahkan saat berjalan pun pria itu terlihat tak memperdulikan Joyeon yang berjalan di sebelahnya. Apakah gadis itu ada disana, Jonghyun bahkan terlihat tak ingin tahu.

"Kenapa kau seperti ini?" Gumam gadis itu saat berhenti melangkah, ia ingin tahu apakah Jonghyun akan menyadarinya. Tapi ternyata pria itu terus saja berjalan tanpa berhenti sekalipun, bahkan menoleh ke belakang saja tidak.

Joyeon sedikit kecewa tapi ia juga tidak bisa marah. "aku tidak tahu apa yang sudah terjadi, sampai-sampai itu benar- benar mempengaruhimu."

Joyeon bahkan tidak mengerti kenapa ia begitu takut untuk menemui pria itu.

Mereka mengatakan musim semi akan datang lebih cepat dari tahun lalu. Tapi musim dingin yang dingin dan beku masih di sini.

"Jangan khawatir tentang apa yang harus dilakukan. Aku baik-baik saja, musim semi juga akan datang padaku." Apa yang sebenarnya ingin pria itu katakan? Joyeon tidak pernah mengerti apa maksudnya.

Perlahan Joyeon membuka matanya, setelah sesaat ia merasa kehilangan kesadarannya. "astaga dia masih membuka matanya."

"Cepat! Cepat panggil ambulance."

"Kenapa polisi belum datang juga."

Joyeon bisa mendengar suara orang-orang yang berkumpul mengelilinginya. Namun, yang membuat Joyeon merasa heran adalah tatapan orang-orang yang yang melihatnya dengan pandangan iba.

"Jonghyun...." gumam gadis itu, sesaat setelah ia teringat tentang mimpi singkatnya. Entah kenapa mimpi yang baru saja ia alami terasa begitu nyata. Saat pria itu perlahan pergi meninggalkannya dan tak lagi memperdulikannya.

Seekor kupu kupu terbang mengepakkan sayap di hadapannya. Mengalangi cahaya matahari yang sempat menghalangi pandangannya.

Gadis itu bernafas dengan susah payah. Sekarang ia menyadari apa maksud mimpinya.

"Saat aku melupakan air mataku dan kesedihanku. musim semi juga akan datang padaku. Tidak apa-apa." Joyeon merasa sangat lelah, perlahan-lahan matanya mulai menutup. Sebelum akhirnya, setetes air jatuh dari langit mengenai pipinya dan semakin lama tetesan itu semakin banyak dan menjadi hujan yang deras.

"Kenapa? Apa kau menangis?" Joyeon menatap langit kembali. Saat itu ia pikir tidak ingin tidur dulu, ia masih ingin melihat langit dan mengingat rasa sakit ini untuk waktu yang lama sebelum akhirnya ia tidur dalam waktu yang panjang dan seseorang menjemputnya sambil memanggil namanya.

"Joyeon...."

"Joyeon......"

│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫

"Yeon Woo...."

"Yeon Woo...."

Suara dentingan lonceng yang berbunyi terdengar nyaring dari luar, tertabrak oleh angin yang sedang berhembus. Akibat suara lonceng itu, seseorang sampai terbangun karenanya. Kedua mata Yeon Woo perlahan terbuka diikuti dengan air mata yang tiba-tiba saja mengalir membasahi keluar.

"Jonghyun....." gumam wanita itu hampir tidak terdengar. Ia baru saja bermimpi, Mimpi yang terasa begitu nyata dan menakutkan. Oleh karenanya ia sampai nangis.

Wanita itu membasuh air matanya sebelum bangun meski kepalanya sedikit pusing akibat terlalu banyak tidur.

Ia menatap keluar, lebih tepatnya kearah langit biru yang begitu cerah tidak seperti hatinya yang masih diliputi duka dan kesedihan.

"Kupikir hatiku patah. Ini sangat membosankan untuk sementara waktu. Setidaknya itu lebih menyakitkan dariku." Meski waktu telah berlalu cukup lama. Namun duka yang ia rasakan tidak pernah hilang meski orang berkata bahwa semua akan terlupakan dengan berjalannya waktu. Sepertinya itu tidak berlaku untuk Yeon Woo.

"Jangan berpura-pura baik-baik saja." Ia selalu mengingatkan dirinya bahwa ia tidak baik-baik saja, meski ia terus tertawa setiap hari. Namun malam yang dingin selalu menemaninya menangis tanpa seorangpun yang tahu.

"Aku membuka mataku, aku menutupnya lagi. Tapi bahkan dalam mimpiku, itu adalah dirimu." wanita itu berjalan keluar lalu duduk di depan beranda, menikmati semilir angin dan kicauan burung di pagi hari. Ia memejamkan matanya sejenak sambil memikirkan sesuatu.

"Bahkan jika aku tak bisa melupakanmu bahkan saat kemarin menjadi hari esok." wanta itu kembali membuka matanya dengan menghela nafas panjang yang terasa begitu berat untuk ia lakukan.

"Kau tahu bahwa aku tidak bisa menjalani satu haripun. Bahkan saat besok menjadi hari kemarin."

Kupu-kupu terbang bebas di sekitar halaman di depan rumah Yeon Woo. Mengepakan sayapnya dengan ringan di udara. Memamerkan kebebasannya di depan wanita itu, yang mana saat ini ia berharap bahwa di kehidupan yang akan datang, saat Sang kuasa telah mengabulkan doanya. Ia ingin dilahirkan sebagai seekor kupu-kupu.

"Hanya untuk satu hari, Bahkan jika kita tak bisa bertemu lagi. Bahkan jika kita memiliki masa depan yang berbeda."

Burung-burung tak berhenti berkicau seolah-olah mereka tak ingin berhenti menghibur Yeon Woo yang sedang bersedih.

"Suara yang aku rindukan." wanita itu bergumam lirih hampir tak terdengar.

"Aku memanggil namanya tapi tak ada jawaban." ucap gadis itu dengan senyum yang terlihat samar-samar di wajahnya. Sambil menatap langit biru yang nampak begitu cerah dengan matahari yang bersinar terang.

"Meskipun kau begitu jauh dan tak dapat ku lihat. Meskipun kau begitu jauh dan aku tak dapat mempercayainya. Aku akan menunggu, aku pasti akan menemukanmu."

"Meskipun sangat dingin, rasanya seperti akan hancur. Hari itu sudah begitu jauh. Melewati malam yang begitu panjang, luas dan gelap."

"Meskipun sangat menyakitkan. Aku takkan melupakan ini."

Tiba-tiba ia teringat akan mimpinya, dimana seorang gadis meninggal dengan begitu mengenaskan. Diakhir hidupnya tidak ada lagi kebahagian. Duka yang gadis itu rasakan sama dengan duka yang Yeon Woo rasakan. Gadis dalam mimpi Yeon Woo yang bernama Joyeon itu, benar-benar mirip dengannya. Hanya saja ada sedikit yang berbeda.

"Meskipun cintaku adalah cinta yang aku buat sendiri. Cintaku abadi, takkan layu." Cinta mereka berbeda. Yeon Woo rasa Joyeon lebih beruntung darinya. Meski semua itu hanyalah mimpi, tapi bukankah yang Joyeon alami jauh lebih baik.

Bolehkah Yeon Woo merasa iri untuk hal itu. Betapa beruntungnya gadis dalam mimpi Yeon Woo, dimana Joyeon mengenal Jonghyun dan pria itu juga mengenalnya. Sedangkan dalam kasus Yeon Woo, bahkan Jonghyun pun tidak tahu apakah Yeon Woo ada di dunia ini atau tidak yang pria itu tahu Yeon Woo hanyalah sosok anak anjing yang sangat disayanginya.

Tapi kerindua yang keduanya miliki tetaplah sama. Dimana keduanya juga berharap akhir yang bahagia untuk seseorang. Kalau terus dipikirkan, Yeon Woo jadi semakin merindukannya. "Kerinduanku padamu semakin menjadi. Ayo pergi ke tempat di ujung fajar."

"Aku akan mempercayai musim semi juga akan datang padaku, meski musim dingin dan beku masih disini bersamaku." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari atas sana, berharap Jonghyun yang ada di atas sana akan mendengarnya. Bukankah akan lebih baik jika pria itu bisa menjawabnya?

"Aku merindukanmu.....Kim Jonghyun."

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang