Part 7

394 36 2
                                    

Vote + komen i wish ❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Shofiyyah POV

"Eh, eh, eh. Kamu tau nggak, si Randy, si anak culun itu. Sekarang dia udah nggak culun lagi loh." kata Ratna tiba-tiba membuatku terkejut.

"Masa iya?" komentar Wani antusias sambil mengarahkan tempat duduknya ke arah Ratna. Ratna memang duduk di belakang Wani. Sementara Wani, duduk di samping kiriku.

"Iya! Liat deh nih." kata Ratna sembari memperlihatkan layar handphone yang aku sendiri tak tau apa isinya kepada Wani.

"B ajah." kata Wani kemudian sambil menarik bibir bawahnya. Aku tertawa melihat tingkah mereka berdua.

Jam pelajaran pertama kosong. Guru sedang rapat, kata Ratna. Begitulah Ratna, tau semuanya. Dia memang seorang gadis yang cantik. Dia salah satu anggota cheersleaders di sekolah. Sementara Wani, Wani anggota OSIS. Dan aku? Aku tidak punya ekskul apapun. Saking cueknya, kata Wani.

Mikail sendiri, dia ketua tim basket di sekolah. Aku tak tau, kenapa aku sebegitu tak pedulinya. Tapi, aku senang. Aku juga tak suka disibukkan dengan hal-hal seperti itu. Masih banyak buku yang harus kutelan.

"Mar, besok aku tanding. Kamu datang, ya?" kata Mikail tiba-tiba dari arah belakang. Membuatku menoleh ke arahnya.

"Kamu tanding apa?" tanyaku.

"Tanding basket lah. Pikir selama aku latihan buat apa?" katanya sambil mendengus.

Aku manggut-manggut. "Oh iya, in syaa Allah, aku dateng kok." jawabku.

"Semangat ya Mik. Kamu pasti menang, aku yakin." kata Ratna menyemangati.

"Iya, Mik. Selama ini kamu selalu menang, kali ini kamu harus menang lagi." tambah Wani.

Suasana kelas riuh. Semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Aku tersenyum melihat Mikail. Dia bangkit dari kursinya sambil menggandeng tas ranselnya di pundak.

"Aku latihan dulu, ya. Sore nanti, baru aku jemput kamu." katanya.

"Kamu mau kemana?"

"Aku mau latihan di lapangan. Harus mateng. Besok udah tanding." jawabnya.

Aku mengangguk. Mikail mengacak-acak rambutku kemudian pergi. Aku bingung, kenapa dia suka sekali mengacak-acak rambutku sih?

Aku berbalik arah melihat bangku Fikry. Kosong. Tak ada orangnya.

"Fikry kemana?" tanyaku pada Wani dan Ratna.

Mereka memandangiku bergantian.

"Kamu nanyain .. Fikry?" tanya Wani.

"He-eh." jawabku tanpa membuka mulut sambil mengangguk.

"Kok tiba-tiba nanyain dia sih, Mar?" tambah Ratna.

"Emang nggak boleh?" tanyaku lagi.

"Bukannya gitu sih, tapi ya.. biasanya kamu selalu kesel karna dia merhatiin kamu terus." jawab Ratna.

Aku tersenyum. "Itu kan dulu. Sekarang, aku mau baik sama semua orang." kataku. "Jadi, kalian tau Fikry dimana?"

"Mana aku tau lah, Mar." jawab Ratna.

"Iya, aku juga nggak tau. Dia emang sering tiba-tiba ngilang aja." kata Wani kemudian.

Aku terdiam. Mataku kembali menuju pada sebuah buku yang kubaca. Suasana sangat gaduh. Semua orang berbicara dan memperbincangkan masalah masing-masing. Aku jadi tak bisa tenang. Entah kenapa, aku jadi ingin mencari tempat-tempat yang sepi. Agar aku bisa fokus membaca.

Allah Loves YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang