Part 11

397 34 2
                                    

Vote + comment ya teman-teman. 1 vote dan 1 comment dari kalian sangat berarti untuk saya hehe
.
.
.
.
.
.
.
.

Dinginnya subuh kali ini seolah merebak ke dalam pori-pori kulitku. Ayam bersahut-sahutan meneriakkan kepada masyarakat kompleks Cakrawala bahwa di hari ini, mereka telah menang mengalahkan mereka untuk menyapa matahari terlebih dahulu.

Aku baru saja selesai sholat subuh. Kusandarkan punggungku di kursi meja rias di kamarku. Dengan situasi seperti ini, apakah Mikail akan tetap menjemputku ke sekolah? Dengan situasi yang tidak baik semacam ini, apakah aku masih harus datang mendukungnya di kompetisi basketnya nanti?

Terkadang aku bingung menanggapinya. Dia seolah menjadi yang paling menyayangi aku. Sebagai seorang Maryam, sahabatnya. Tapi tak jarang muncul kebimbangan dalam hatiku seolah aku ini bukan Maryam sahabatnya. Aku adalah seorang yang baru. Kemudian membentuk ingatan baru dengan menjadikannya sahabatku. Sebenarnya, seperti apa jalan ceritaku? Aku heran melihat kondisiku sendiri. Tulisan pada catatan-catatan lama di buku tugasku, sangat berbeda dengan tulisan milikku sekarang. Sikap, sifat, dan kepribadianku dulu sangat berbanding terbalik dengan perangaiku sekarang. Apakah seorang yang terkena anterograde amnesia memang harus berubah drastis seperti itu? Aku masih ingat, tatkala Mikail tertawa mendengarku mengucapkan kalimat 'In Syaa Allah' di hari pertama aku pulang ke rumah selepas sakit. Mengapa ia tertawa? Apakah aku sosok manusia yang tak pernah mengucapkan kalimat itu? Tapi bila ia, mengapa kalimat itu begitu murninya tercipta dari lisanku. Seolah sudah biasa aku mengucapkannya.

Terkadang aku merasakan menjadi orang lain. Di saat aku menyentuh sajadah ini untuk yang pertama kali, seolah aku benar-benar menjadi diriku sendiri. Bukan dengan ingatan-ingatan yang diberitahukan orang lain kepadaku. Bukan dengan ingatan yang berusaha kutanamkan sendiri di dalam kepalaku.

Di saat aku melihat gambar milik Fikry, mengapa tiba-tiba aku teringat sesuatu? Seolah aku juga pernah sangat mencintai gambar seperti dirinya. Dan, aku takut akan kegelapan. Mengapa hal itu bisa terjadi? Apakah memang benar bahwa aku pernah dihadang oleh 3 orang preman di jalanan yang gelap sehingga membuatku membenci berada di tempat yang gelap? Jika tidak, lalu dari mana ingatan ini muncul?

Aku meringis. Tiba-tiba kepalaku menjadi terasa sangat pusing. Aku menghela napas panjang. Berusaha menghilangkan segala gejolak pertanyaan yang terbesit di kepalaku. Seperti apapun aku di masa lalu, pada intinya aku adalah Maryam. Maryam Azizah. Putri tunggal mama dan papaku dan sahabat Mikail sejak kecil. Itu saja kan warna warni kehidupanku?

*****

Aku menunggu di depan gerbang rumah. Sudah hampir pukul 7. Tapi Mikail belum muncul. Apakah dia benar-benar semarah itu? Kurogoh kantong seragamku dan mengambil ponsel layar sentuhku di sana. Aku ingin mengirimkan pesan pada Mikail tapi kuurungkan. Akhirnya, aku memutuskan untuk berangkat sekolah sendiri. Kulihat, masih ada seonggok sepeda tua di garasi rumahku. Aku masih tau bagaimana cara bersepeda. Baru saja aku beranjak dari tempatku menunggu, tiba-tiba terdengar suara deruman motor yang sangat kukenali. Iya. Suara motor Mikail. Aku menoleh. Kukira dia akan berlalu begitu saja. Rupanya dia berhenti. Dia tidak mengenakan seragam sekolah. Hal itu membuatku teringat bahwa hari ini dia harus bertanding. Artinya, dia datang hanya untuk mengantarku ke sekolah. Aku masih diam di tempatku menunggu dia berbicara.

"Jadi .. harus berapa jam aku menunggu kamu naik?." katanya sambil mengernyitkan dahi melihat tingkahku yang diam saja di tempat.

Aku tersenyum. Rupanya Mikail tak benar-benar marah. Aku segera memasang helm yang diberikannya lalu kesematkan di kepalaku. Mikail ikut tersenyum. Aku pun duduk di atas motornya diikuti suara motornya yang bersiap-siap berangkat.

Allah Loves YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang