Part 15

295 28 0
                                    

Assalaamu'alaikum :)
Aku mau pidato dulu nih wkwk. Lama kan ya nggak update :(
Maaf ya..
Jadi, ceritanya begini. Kalian mungkin nggak percaya. Tapi asli. Sebenernya aku punya 2 sekolah. 1 sekolah pada umumnya, 1 sekolah Qur'an. Jadi tiap hari dipake untuk sekolah. Dan sisa waktunya dipake buat hidup. Taukan hidup? Makan, tidur, baca buku, ya gitu. Dan, awal-awal bulan April, aku dilanda sakit selama 2 minggu. Ini bukan masalah sakitnya, tapi kalian yg pelajar sama seperti aku, pasti paham lah gimana tebelnya tugasku yang numpuk. Jadiiiiii mohon pengertiannya ya. Ini juga disempet-sempet-in. Maaf yang udah nunggu. Sampai nge-chat di ms. Sampai nge-post pesan di wattpad. Maaf ya. Oke. Ini udah balik nih kok hehehe.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Shofiyyah POV

Permainan telah usai. Ratna dan Wani menarik tanganku untuk segera turun menuju lapangan. Terlihat Mikail sedang menyirami kepalanya dengan air botol karna peluh yang membanjiri tubuhnya.

Sesaat sebelum aku, Wani dan Ratna menghampiri Mikail, Kayla sudah datang duluan ke sana. Dia menggenggam sebuah handuk dan mengusap-usap-kan-nya di bagian kelapa Mikail. Mikail yang mendapat perlakuan Kayla yang seperti itu, secara spontan Mikail menghindar dan menjauhkan kepalanya dari tangan Kayla.

"Apaan sih lo Kay, ih genit banget!" celoteh Ratna begitu tiba di dekat Mikail.

"Kenapa emangnya? Emang lo siapa? Pacarnya Mikail? Mikailnya aja nggak marah kok." balas Kayla ngotot kepada Ratna.

"Iya, ng.. Nggak enak juga diliatin orang Kay." kata Mikail seolah membela perkataan Ratna barusan.

"Tuh.. Denger. Orangnya aja risih deket sama lo." sambung Wani ikut nimbrung.

Aku hanya diam saja. Tak tau harus bilang apa.

Mikail melihat ke arahku. Dia tersenyum sambil menggoyangkan botol mineralnya yang kosong.

"Makasih ya, udah ngasih botol mineral ini. Kamu tau aja kalo aku lupa bawa air minum." kata Mikail.

Wani dan Ratna melirik ke arahku.
"Iya? Kamu yang ngasih Mikail? Kapan? Kok kita nggak liat?" tanya Wani heran.

"Udah deh. Mikail ama Maryam kan emang kayak cicak ama dinding. Adaaaa aja caranya biar deket terus hahaha." kata Ratna mewakili jawabanku menjawab pertanyaan Rani. Sebenarnya aku tau. Dia mengatakan itu hanya untuk memanas-manasi Kayla.

Mikail masih memandangku. Seolah menungguku menjawab sendiri. Apa? Aku harus bilang apa? Bukan aku yang memberinya air mineral itu. Tapi, entah kenapa.. Aku spontan mengangguk sambil tersenyum tipis. Mungkin.. Mikail juga bilang begitu karna ingin memanas-manasi Kayla juga.

Kayla yang menyaksikan percakapan kami menjadi merah padam. Ia diam seribu bahasa. Sambil melihat sinis ke arahku. Aku mencoba tersenyum kepadanya, tapi dia masih menampakkan ekspresi yang sama.

"Ya udah. Aku duluan, ya Mik. Aku telpon kamu nanti malam." kata Kayla yang kemudian pergi membungkungi kami.

Aku menyaksikan Kayla dari belakang pergi meninggalkan kami. Tubuhnya sukses memberi kesan bahwa Kayla benar-benar cantik. Dia tinggi semampai dengan pinggang yang ramping. Mata yang dibaluti softlens berwarna coklat. Dan rambut yang keriting gantung benar-benar seolah menampilkan sosok bintang iklan berjalan. Tapi.. dengan semua itu. Mikail bahkan tak suka. Kenapa?

Allah Loves YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang