Vote kemudian comment ya teman-teman. Sebelumnya maaf ya kalau bahasa dialognya menggunakan gaya bahasa ala Jakarta padahal ceritanya ini terjadi di Pinrang (WKWK). Terkadang ada tempat yg cuma dikarang aja lokasinya hehe. Namanya juga cerita fiksi kan, ya. Jadi isinya juga kebanyakan fiksi hehe. Intinya semoga kalian suka ceritanya ❤ :)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
*****
"Terimakasih ya, kak Adel. Kakak sudah banyak tolong saya. Padahal, kita baru kenal." kata Maryam."Nggak apa-apa kok, Mar. Kakak ikhlas kok bantuin kamu." jawab Adelia tersenyum.
Maryam diantar pulang oleh Adelia. Bukan menuju rumahnya. Tapi menuju ke tempat dimana Maryam ingin tinggal di sana untuk sementara waktu. Ia ingin sekali pulang ke rumah, bersama dengan Shofiyyah. Tapi, ia tak yakin mama dan papanya akan dengan mudahnya menerima. Ia putuskan untuk menjadi orang lain sementara waktu. Ia ingin sendirian. Mengenal lebih dalam sosok adiknya, Shofiyyah.
Maryam menatap mobil Adelia yang menjauh meninggalkannya. Rambutnya terkibas ditiup angin. Maryam tak ingin merasa takut. Ia tenangkan dirinya sendiri. Biasanya, di saat Maryam sedang panik, Mikail akan berkata "Kamu kalo panik jadi jelek, makanya jangan panik."
Maryam tersenyum mengingat temannya itu. Hari sudah semakin gelap. Dengan keputusannya, artinya ia tidak akan ke sekolah besok. Ia tak akan mendengar cerocosan Ratna tentang gosip kakak kelas yang ganteng lagi. Ia tak akan mendengar untaian kalimat bijak Wani lagi. Ia juga tidak akan melihat tatapan Fikry yang selalu ia balas dengan sinisan setiap hari. Ia tidak akan bertemu dengan Mikail lagi. Ia tidak akan bertemu dengan teman-teman sekelasnya. Dan yang paling berat, ia harus berpisah dengan orangtuanya. Meskipun hanya sementara waktu, rasanya Maryam akan rindu. Rindu sekali. Tapi tak apa. Ia berharap semoga keputusannya tidak salah. Semoga nasib baik akan selalu menyertai dia, beserta Shofiyyah, adik kandungnya.
*****
Ruangan putih membuat matanya menyipit kembali. Ada rasa nyeri di bagian kepala. Belum lagi, kakinya kirinya juga lumayan sakit. Tangannya bergerak meraih kepala yang menimbulkan suara meringis. Ia mencoba membuka mata lebar-lebar, baru ia tersadar ternyata di sebelah kirinya ada seorang wanita tua yang di sampingnya berdiri seorang lelaki yang terlihat lebih tua dari si wanita. Adapun di sebelah kanannya, seorang lelaki muda berperawakan tinggi dengan rambutnya yang rapi memandang ke arahnya dengan pandangan cemas. Wajah tampannya terdominasi oleh wajah khawatir. Anehnya, ia sendiri tidak tau siapa ketiga orang ini.
"Dokter.. Dokter?! Maryam sudah sadar." teriak lelaki muda sambil berlari ke arah pintu kemudian kembali lagi ke sampingnya.
Seketika, dokter datang kemudian menyalakan senter ke arah matanya. Ia hanya manut saja dengan arahan si dokter.
"Maryam?" ucapnya, hanya dalam hati.
"Dia sudah baik-baik saja. Tapi sebaiknya, dia tidak dibawa pulang dulu untuk memberikan pemeriksaan lebih lanjut tentang otaknya yang kehilangan separuh ingatannya. Ada baiknya pula untuk tidak memaksakan dia mengingat sesuatu yang telah terjadi agar keseimbangan otaknya tidak terganggu." jelas dokter yang diiringi kata "Iya" serta anggukan oleh kedua orang tua yang berada di samping kirinya. tadi.
Tak lama setelah dokter keluar, ia langsung dibanjiri pelukan oleh seorang ibu tadi. Ia kebingungan tapi tak menolak.
"Kamu udah baik-baik aja, kan nak?" tanya ibu itu. "Mama kaget banget tau nggak. Nggak ketulungan. Tiba-tiba ada yang nelpon kalo kamu kecelakaan." lanjutnya hampir mengeluarkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah Loves You
SpiritüelSLOW UPDATE . . . . . . Allah selalu punya cara untuk membuat semuanya berakhir bahagia. Asalkan hati diselimuti dengan iman dan taqwa. Salah satunya dalam lika liku kehidupan seorang Shofiyyah. Mulai dari cobaan yang bertubi-tubi. Hingga Allah meng...