1 - Murid Baru

27.7K 2.3K 61
                                    



Backsound : Day6 - You
Were Beautiful

•••

"Radmilo!"

Dengan perlahan Milo membuka kedua matanya begitu earphone-nya terlepas paksa dari indra pendengarannya, dengan wajah tenang dia menatap guru yang kini berdiri di samping bangkunya sambil berkacak pinggang-menatap dia marah. Semua murid dalam kelas melihat ke arah bangkunya-di pojok kelas, tapi Milo masih dalam posisi yang sama yaitu kedua tangannya bersedekap sambil menyandar ke sandaran kursi seperti tidak terusik dengan tatapan teman-temannya.

"Kamu tidak dengar bel masuk?" tanya guru itu seperti masih belum sadar kalau dia baru saja mencabut earphone cowok itu. Setelah beberapa detik matanya melirik benda itu kemudian dia menghela napas kasar dan merampasnya secara paksa. "Makanya jangan suka pake yang beginian kamu kan jadi tidak mendengar kalau bel masuk sudah berbunyi, barang ini Ibu rampas. Perhatikan ke depan! Setelah ini ikut Ibu ke ruangan konseling!"

Milo tidak menjawab, kedua bola matanya memerhatikan ke depan. Seorang gadis berseragam sama dengannya sedang berdiri di depan kelas, gadis itu menatap ke arahnya sambil tersenyum lebar melambaikan tangan sekilas membuat murid lain serempak melihat ke arah Milo menyadari kontak sapa itu, namun Milo hanya diam tidak merespons apapun kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela kelas. Ibu Tira yang melihat kelakuan tidak sopan cowok yang duduk di pojok kelas itu menghela napas lelah, sambil menggelengkan kepala pelan.

"Halo, perkenalkan namaku Lavina Alettha, aku pindahan dari sekolah Canadian Academy karena-"

"Lavina, lo cantik banget," celetuk salah satu murid cowok yang memotong kalimat murid baru bernama Lavina itu yang langsung mendapat sorakan, seketika kelas menjadi gaduh.

"Lavina, nomor HP boleh kali ah."

"Nanti malem gue datang ke rumah ya, bawa surat lamaran."

"Gue tanda tangan sama foto bareng aja cukup deh."

"Emak Bapak lo baik, kan? Entar gue main ke rumah bawain martabak."

"Duh, duhai Lavina, bagaimana bisa gadis secantik dan seterkenal dirimu pindah ke sekolah ini...."

"Lavina, tanda tangan gratis, kan?"

"Gila! Gue berasa mimpi ngeliat lo pindah ke sekolah ini!"

Lavina hanya tersenyum merespons antusias mereka membuat para cowok semakin gemas karena kecantikannya, dia bingung harus merespons apa lagi terlebih mereka sedang berada di kelas. Kedua matanya menatap kedua sahabatnya yang seolah minta bantuan namun mereka hanya tertawa menggoda.

"Sudah diam, kalian ini berisik sekali!" Bu Tira menggebrak meja membuat kelas menjadi hening. "Kalian bisa bertanya, minta foto atau segala macemnya nanti setelah Lavina menyelesaikan perkenalannya! Baik, Lavina lanjutkan saja...."

Lavina mengangguk tersenyum kecil. "Aku pindah ke sini karena tugas pekerjaan Ayahku pindah. Itu aja sekilas tentang aku, semoga kalian bisa berteman baik denganku."

Tepuk tangan menggema di kelas, dan sahutan-sahutan kembali terdengar. Hanya Milo yang tidak terlihat antusias, cowok itu seperti tidak tertarik dengan celotehan gadis bernama Lavina itu. Bahkan bukan hal penting baginya untuk tahu tentang gadis itu. Cowok itu menguap, menyandarkan punggungnya pada kursi kemudian bersedekap dengan tatapan malas menatap ke depan.

"Baiklah Lavina, kamu boleh duduk di belakang Lulu." Bu Tira menunjuk bangku di jajaran ke tiga. Karena memang SMA International School itu menyediakan satu bangku untuk satu murid tiap kelasnya, dan satu kelas hanya berisikan dua puluh lima orang.

Secret of RadmiloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang