Vhope
Third Person's POV
Dua bulan lalu Hoseok mulai menyadari gelagat Taehyung yang berbeda. Taehyung tetap memberikan perhatian pada Hoseok, selalu. Namun Taehyung akan selalu keluar malam dengan berbagai alasan, bahkan ia memberikan passcode untuk handphonenya. Hoseok tidak bodoh.
Hoseok selalu mencoba berpikir positif, ia tidak begitu saja berpikiran buruk kepada Taehyung. Namun tiap kali Taehyung keluar malam, meninggalkannya sendiri di dalam apartemen yang telah mereka tinggali bersama selama dua tahun ini, ia selalu memiliki firasat tidak enak.
Hoseok kembali mengingat seminggu lalu ketika ia menghubungi Namjoon, teman sekelas Taehyung di universitas, untuk menanyakan keberadaan kekasihnya. Tapi Namjoon malah balik bertanya kepada Hoseok.
"Oh? Bukankah Taehyung bersamamu? Ia ingin makan malam denganmu katanya.."
Suara Namjoon terdengar ragu sebelum Hoseok mematikan panggilannya secara sepihak. Hoseok telah bertekad akan membuka isi handphone Taehyung saat itu.
Dan tentu saja, hari ini ia memiliki kesempatan untuk membuka handphone Taehyung saat Taehyung mandi sepulang kuliah. Hoseok telah beberapa kali melihat pola yang Taehyung gambar di layar handphonenya.
Hoseok sudah menduganya, ia telah mempersiapkan hatinya. Namun tetap saja ini terasa sakit. Wajah wanita itu memenuhi gallery Taehyung. Ahh....
Hoseok hanya dapat meletakkan handphone Taehyung dan tersenyum seolah ia tak melihat apa-apa ketika Taehyung keluar dari kamar mandi.
"Hai sayang, aku merindukanmu.."
Suara berat Taehyung kembali terngiang di dalam kepala Hoseok, menyadarkan Hoseok dari lamunannya, suara yang seharusnya membuat Hoseok merasa nyaman kini membuatnya merinding. Rasa amarah dan kecewa meluap.
Hoseok kembali tertawa keras dan meraih bingkai-bingkai foto itu, mengambil seluruh fotonya dan merobek foto Taehyung. Ia merobek foto itu kecil-kecil dan membuang ke tempat sampah, ia merobeknya dengan membabi buta. Hoseok terengah namun kembali tertawa keras. Hoseok benar-benar sudah gila.
Suara tawa itu perlahan mengecil seiring air mata yang menetes di pipi Hoseok. Hoseok yang polos kini sudah lenyap, Hoseok yang tulus kini telah tiada. Ia telah rusak dan hancur.
Hoseok memandang ke sekitar apartemen yang ia tinggali, matanya terpusat pada dua koper diatas lemari pakaian mereka. Sebuah ide terbesit.
Masih dengan air mata yang menggenang dan jalan yang tertatih, Hoseok membuka dua koper itu diatas tempat tidur, melemparkan seluruh barangnya kedalam, tidak menyisakan apapun untuk Taehyung walau hanya selembar baju.
"Ah.. kak Tae.." Hoseok kembali terduduk saat hatinya terasa nyeri. Hoseok yang telah dilanda panik hanya dapat meraih ponselnya yang berada diatas meja nakas, melihat daftar orang yang dapat ia dihubungi. Jimin, sahabatnya.
Hoseok menekan tombol hijau di layarnya dan mendengar suara panggilannya tersambung. Rasa sesak di dadanya membuat Hoseok kembali menangis lagi.
"Jimin-ah, kau sedang apa?" Hoseok mencicit pelan saat sambungannya terhubung. Mencoba terdengar sebaik mungkin.
"Hey, aku sedang berada di rumah Namjoon hyung bersama Jin hyung. Kenapa?" Nafas Hoseok tercekat. Jimin bersama kedua sahabat Taehyung. Kemanakah Taehyung? Teman mana yang Taehyung bicarakan?
"Uhh..tidak apa apa. Bye" Hoseok mematikan sambungan teleponnya dan mencoba menahan tangisnya yang semakin menjadi-jadi. Hal terakhir yang ia butuhkan adalah bertemu orang-orang yang berhubungan dengan Taehyung. Ia belum siap.
Hoseok kembali menekan tombol hijau itu. Ini harapan terakhirnya. Ia tidak tau harus kemana lagi bila teleponnya tidak diangkat oleh orang ini.
"Jungkook-ah... Hiks... Sial!" Hoseok sudah tak dapat lagi membendung tangisnya.
Suara penerima telepon Hoseok terdengar panik. Hoseok perlahan terkekeh di sela tangisannya. Ia mencoba terdengar kuat, namun tentu saja gagal.
"Jungkook-ah, aku- aku harus bagaimana?" Hoseok menghela nafas dan membaringkan tubuh telanjangnya diatas tempat tidur.
"Tunggu aku. Aku akan menjemputmu .." suara Jungkook masih terdengar panik ketika sambungan telepon itu terputus.
Hoseok kembali menghirup nafas dalam, mencoba mengurangi rasa sesak di dadanya. Butuh beberapa menit sebelum Hoseok memutuskan untuk berganti pakaian dan mengeluarkan kedua kopernya dari apartemen itu. Hoseok telah mencapai batas.
Suara pintu apartemen yang tertutup di belakangnya menyadarkan Hoseok bahwa ia tidak akan kembali lagi kesini. Tidak untuk Taehyung. Hoseok menaikan hoodie yang ia pakai, menyeret kedua kopernya dan berjalan pelan menuju lift.
Untuk terakhir kalinya Hoseok memandang pintu apartemen abu-abu itu. Apartemen dengan nomor 0218. Apartemen yang menyimpan banyak kenangan antara mereka berdua.
"Selamat tinggal kak" Hoseok tersenyum pahit sebelum pintu lift tertutup.
"Selamat tinggal kak Taehyung"
To be continued...
Namanya juga penyesalan, datengnya pasti di akhir :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Desires™ | Maknae Line x Hoseok
Truyện NgắnIND "Can't get enough of bottom Hoseok? Yeah, me too" - Maknae Line