Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hoseok's POV
Aku dan kak Taehyung masih sibuk mengunyah pancake diatas meja makan sambil saling tendang di bawah meja. Kak Taehyung masih saja mengelus-elus kepalanya yang terkena jitakan manja dari tangan ayah.
"Gara gara kak Tae.." aku berbisik sambil memberi death glare ke kak Taehyung yang duduk di seberang meja.
"Gara gara kau dek!" Kak Taehyung balas berbisik sambil mencubit kecil tanganku yang sedang memegang pancake.
"Ah ayaaaah" Aku berteriak memanggil ayah sambil pura-pura menangis, mengelus-elus tanganku yang sebenarnya tidak sakit, hehe.
Ayah yang baru selesai mengangkat pancake dari kompor seketika menoleh mendengar teriakanku. Aku dapat melihat kak Tae menelan ludahnya pelan dan refleks melindungi kepalanya dengan kedua tangan ketika mendengar suara kompor dimatikan.
Aku menunggu ayah menjitak lagi kepala kakakku seperti yang dilakukannya tadi. Salah kak Taehyung sendiri sih bangunin ayah, aku membatin jahat sebelum aku merasakan sakit di telinga kananku.
"Aduh aduh yah jangan di jewer telinga Hoshiki yah.." jeweran ayah tidak main-main di telingaku, aku hampir menangis sungguhan merasakannya.
"Kenapa Hoshiki bolos?" Ayah bertanya sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya, melepas jewerannya di telingaku yang mungkin sudah memerah.
"Hoseok abis ditolak tetangga kita yah makanya dia bolos, entahlah Jungkol atau jengkol siapalah namanya" celetuk kak Taehyung sambil mengunyah pancakenya tanpa dosa.
"Astaga anak sd satu ini, dasar bibit cabeee.." kini ayah mengomel sambil mencubit kedua pipiku.
"Aaah... Auh.. aiuhhh" Aku mendongak menatap wajah tegas ayahku, rambut abu- abunya yang panjang hampir menutupi matanya. Kalau ku pikir pikir lagi ayah memang tidak pernah mengubah warna rambutnya menjadi natural sejak dulu. Ia selalu mengubah warna rambutnya ke warna-warna mencolok seperti hijau, biru bahkan pink namun tidak sekalipun aku melihatnya berambut hitam. Aneh.
"Ayah sakit ih" aku mengelus kedua pipiku yang nyeri. Ayah hanya mendengus dan menarik kursi diujung meja, menyiapkan pancake di piringnya.
