September, 24th
21:11 PM
"Hm?"
"Thal bilangin Mario ya sepatu basketku kebawa dia, besok bawain."
"Oke."
"Thank you.
Eh, minggu besok jogging lagi nggak?"
"..."
"Heh. Pasti bengong lagi. Bengong terus, dimana-mana bengong."
"..."
"???"
"Kenapa baru sekarang, Zayn?"
"Sekarang apa?"
"Peduli. Kenapa baru sekarang kamu peduli?"
"Peduli apanya sih?"
"Maksud aku, kenapa baru sekarang kamu mau bales omonganku panjang-panjang tanpa muka datar dan jawaban singkat?
Kenapa baru sekarang ngajakkin aku jogging?
Kenapa nggak dari dulu ketika aku nggak dalam keadaan kaya gini?"
"Hah. Keadaan apa?"
"Kamu tau ga? Yang selama ini aneh itu kamu, Zayn, bukan aku. Aku mau ketawa waktu kamu bilang aku jadi aneh.
Coba kamu ngaca.
Hari ini kamu baikkin aku, ngajakkin aku dan Mario jogging dan ke mall, trus kita ketawa-tawa bareng, lalu kamu senyumin aku berkali-kali.
Besoknya kamu jalan sama Julie, cuekkin aku dan Mario di sekolah, bersikap seolah kita nggak kenal dan nggak ngajakkin jogging lagi.
Hari ini kamu bikin aku seneeeeng banget, besoknya kamu bikin aku merasa aku nggak penting.
Capek gak, sih? Kaya gini nggak terjadi cuman sekali. Makanya aku capek.
Dan, aku nggak benar-benar ngomong gue-elo. Aku masih Thalia yang sama. Thalia yang lidahnya terbiasa ngomong aku-kamu."
"Thal, kita nggak lagi ngomongin ini."
"Kalo kamu suka aku, bilang.
Kalo kamu nggak suka aku, bilang.
Kamu nggak bisa ngasih harapan gitu aja ke orang yang ngarepin kamu.
Kamu buat aku berharap sampe-sampe aku tega ngegantungin Luke."
"Luke? Luke Hemmings?"
"Iya. Dia yang selama ini aku maksud 'teman' yang suka ngajakkin aku pergi keluar.
Waktu aku bilang aku abis dari bioskop, aku berharap kamu nanya aku pergi sama siapa, tapi ternyata enggak. Selama ini aku tutup-tutupin soal aku-Luke supaya nggak ketauan anak-anak di sekolah termasuk kamu, karena aku pikir aku mau menghargai kamu dengan cara nggak deket-deket sama cowok lain.
Trus aku sadar, aku dibodohin dua kali.
Luke nembak aku, Zayn. Dia nembak aku waktu kita nonton bioskop. Dia baik, sabar, dan aku tau dia tulus. Tapi apa? Aku bilang, 'Tunggu besok jawabannya, ya.'"
"Thal... ceritanya nggak usah pake nangis..."
"Aku nggak bisa nerima Luke karna aku pikir aku punya kesempatan sama kamu, Zayn!"
"Aku... aku nggak tau kamu bakal mikir sampe sejauh itu, Thal."
"HAHA, COWOK TAU APA SIH?! BISANYA NAKSIR DAN MAIN-MAIN DOANG, GALAU NGGAK PERNAH KAN?!
Kamu tau kenapa aku bengong akhir-akhir ini!? Aku bingung gimana caranya biar aku terima Luke tanpa harus keinget seorang Zayn Malik terus karena kamu jelek nyebelin dan aku—HAHH"
"Nafas dulu, santai..."
"DIEM"
"Iya, diem."
"Aku udah hargain kamu sama Julie dengan cara menghindar waktu itu ya! Sekarang aku minta kamu ngelakuin hal yang sama."
"..."
"Zayn, jawab kalo aku ngomong!"
"Thal, aku masih nggak ngerti. Aku cuma nitip omongan ke Mario trus kamu tiba-tiba ngomong gitu sambil sesenggukan. Bicarain baik-baik dong, jangan kaya anak kecil sambil nangis."
"ASTAGA, kamu masih nggak ngerti juga, setelah aku ngomong panjang lebar? Cowok macam apa kamu ini, Zaaayn?! COWOK MACEM APA?!"
"Thal, maaf... beneran engga ngerti."
"Kalo gitu kamu pikirin aja sekarang dirumah, jadiin PR.
KAPAN-KAPAN DIKUMPULIN."
*tuut* *tuut*
+++
OK MAAF KURANG GREGEDH IYA GUE TAU OMG GUE PUSING BANGET KIMIA JDSKJCKJEOSNM
SATU PART LAGI, HMMM ENAKNYA HAPPY APA SAD ENDING YA?:3:3:3
KAMU SEDANG MEMBACA
z a y n
FanfictionWaktu aku bicara 'aku-kamu', kamu menanggapi pakai 'gue-elo' Waktu aku udah terbiasa sama 'gue-elo', kamu malah pakai 'aku-kamu' Dunia bisa berubah sewaktu-waktu, ya? [this story contains only conversation on phone]