Menghindar

134 13 1
                                    

"Terganggu nya seperti apa dok.." tanya wildan

"apakah saudari Gigi pernah cidera sebelumnya?" tanya dokter.

"Pernah, dibagian lutut , sedikit terkilir, kenapa dok? Apakah itu terjadi lagi?

" iya, ini lebih parah , ada tulang yang terkilir, saudari Gigi mungkin sulit berjalan untuk beberapa hari? "

"Maksudnya dok? Gigi nggak bisa jalan ? "

"Sementara, hanya sementara, "

"Iya maksud saya itu"

"Ya harus dirutinkan terapi dan sering sering latihan Jalan biar sendinya nggak terlalu kaku, tidak terlalu bahaya kok , terus ini resepnya silahkan tebus diapotek." jelas doktee.

"Oh iya, dok terimakasih"

Dia langsung menemui Reza.

"Loh, Jafar kemana Za?"

"Pulang, katanya disuruh mama nya pulang"

"Dasar, udah bikin anak celaka , main balik aja , gue yakin Jafar itu hanya takut" ucap Wildan yang semakin marah

"Mungkinn, terus gimana keadaan Gigi Wil?"

"Oh ya, gini, gue mau nebus obat, elo tungguin Gigi ya, masuk aja, yang itu kanarnya" suruh Wildan sambil menunjuk ke arah kamar Gigi.

"Siap"

Wildan pun langsung ke apotek dan Reza menuju ke kamar Gigi
Disitu Reza melihat Gigi sendirian dengan tatapan kosong karena memang dia baru sadar.

"Gii..." tanya Reza

" kenapa gue ada disini?"

"Elo jatuh dari panjat tebing"

Gigi diam sejenak. Dia memikirkan memori ulang ketika dia panjat tebing. Dan dia ingat bahwa saat itu ia bersama Jafar.

"Loh, kan saat itu gue sama Jafar, terus kemana dia ?" tanya Gigi

"Jafar pulang, dia sempet nganterin elo kesini "

"Hah dia pulang, dia yang ngajak balapan , terus dia buat gue jatuh , nggak mau tanggung jawab malah pulang, udah gue mau nyusul Jafar"

"Keadaan lo belum pulih Gi.. " tegas Reza.

Gigi tanpa keraguan dia langsung menginjakkan kaki ke lantai. Tapi berhubung kakinya memang nggak mendukung untuk berjalan sendiri. akhirnya.

"Brukkkkkk"
Gigi terjatuh, tapi untungnya tangan Jafar langsung bisa menopang tubuh Gigi.

"Za, kenapa kaki Gue, nggak bisa dibuat Jalan, kenapa Zaa, kenapa"

Air mata Gigi pun pecah, Reza pun panik dan berusaha menenangkan Gigi.

"Zaaa, gue kenapa , gue kenapa za."

"Gii tenang dulu gi, " Reza sambil menaikkan tubuh Gigi kembali ke kasur.

"Zaa, tapi gue nggak mau ngulangin lagi kedua kalinyaa Za, ini lebih parah dengan yang dulu Zaa, ada apa dengan kaki gue za"
Tangis Gigi semakin pecah, Reza tak tega melihat itu.

"Gii, lo tenang Gi, kaki lo bakal sembuh, ini memang baru cidera, mungkin besok elo sudah bisa jalan"

Nasihat Reza , sambil tangan Reza mengelus rambut Gigi.

" besok, lo kata besok, terus apa yang bakal gue lakuin buat nanti, buat malam nanti, apa gue hanya bisa berbaring tak berguna kaya Giniii" Gigi yang semakin menjadi -jadi barang disekitarnya berantakan karena sapuan tangan Gigi.

"Gii, please elo tenang Gi, please.."

Reza tak segan segan langsung mendekap tubuh Gigi dengan erat. Mencegah tangan Gigi untuk berbuat lebih kasar.

"Gii, elo tenang ya,, ini cuma sementara gi"

Keduanya terdiam sejenak. Tak tau kenapa hati Reza berdegub kencang saar dia mendekap tubuh Gigi. Rasanta pelukan itu adalah pelukan yang sangat nyaman. Dia memeluk Gigi sambil Gigi yang menangis. .

"Gi elo yang sabar ya, setiap Ujian pasti ada hikmahnya" nasihat Reza yang terus mendekap tubuh Gigi.

ToothTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang