Kim

5.2K 790 298
                                    

Yoongi merapatkan mantelnya. Dalam hati ia tertawa lepas.

Kejutan untuk suaminya, sejauh ini, lancar diberikannya.

Yoongi tersenyum, ia menduduki salah satu bangku taman yang ada di belakang gedung apartemennya. Melihat beberapa pemuda jogging, beberapa orang tua tengah menjaga cucunya yang kebanyakan masih balita, sisanya berkumpul di restoran cepat saji tak jauh darisana.

Pagi-pagi, kok, makannya tidak segar, gumam Yoongi dalam hati sambil memandangi orang-orang yang keluar masuk restoran, mengabaikan dirinya yang hanya sarapan susu vanila.

Ah, bicara tentang susu Yoongi jadi ingat Mingi.

Dan ingatan itu membuat sepercik ingatan lain muncul di benaknya.





Tentang Kang Seulgi dan bayinya.








Bayi Jimin.




Hatinya mencelos memikirkan fakta itu.

Apa dia yang kurang peka hingga Jimin mencari kenyamanannya sendiri saat itu?

Pagi yang sejuk ini membuatnya merenung.

Dulu, putra kecilnya suka sekali bermain disini saat masih 3-4 tahunan. Berjalan tertatih dengan sepatu kuningnya yang lucu, menggapai-gapai udara dengan tangan kosong.

Yoongi tersenyum getir. Ia menaikkan kakinya hingga lutut menyentuh dagu, lalu memeluk erat kakinya.


"Eh, Yoongi, ya?"

Terdengar suara husky yang familier. Yoongi mendongakkan kepala, mendapati sosok pria berpakaian rapi tengah menenteng dua kantong plastik di masing-masing tangannya.

"Taehyung?"

"Ah, kupikir siapa," Taehyung duduk disampingnya, meletakkan kantong plastik itu di spasi kosong di bangku taman. Mengamati wajah Yoongi.

"Kau tidak berubah, ya. Jimin beruntung mendapatkanmu," ucapnya sambil tersenyum. Sementara Yoongi merona.

"Mulutmu sama manisnya dengan Jimin, pantas buntalan kelinci itu jatuh padamu," sahut Yoongi, mati-matian menyembunyikan wajahnya yang merona.

"Buntalan--ah, Jungkook maksudmu?"

"Siapa lagi," tukas si manis. "Kau disini ada urusan apa? Perasaan apartemenmu berbeda beberapa blok darisini."

"Ya, satu gedung dengan-."

Taehyung buru-buru menutup mulutnya, sadar kalau pembicaraan ini tidak seharusnya dilanjutkan. "Jungkookie sedang hamil, dia minta dibelikan sarapan di restoran itu."

"Orang hamil memang merepotkan," tatapan Yoongi melayang ke langit cerah pagi ini.

"Aku turut berduka atas apa yang terjadi pada Mingi, hyung."

"Itu kecelakaan, Tae. Kecelakaan yang disengaja. Kalau saja-."


"Park Yoongi!"

Bulu kuduk Yoongi meremang mendengar bentakan itu. Datangnya dari belakang, dan ia yakin Jimin marah karena melihatnya bertemu dengan Taehyung.


"Ah, maaf, hyung. Jungkook menunggu di rumah," Taehyung buru-buru mengambil kantong plastiknya dan melenggang pergi, sebelum ia lanjut melihat drama pagi keluarga Park.

"Disini, kau, jalang."

Jimin mencengkram pergelangan tangan Yoongi dan menariknya kembali ke apartemen. Untung saja sekitar sedang sepi, jadi mereka tak perlu khawatir akan diperhatikan.

Jimin mengunci pintu apartemen, membanting Yoongi di sofa dengan kasar, lalu menindihnya.

"Janjian dengan mantan, hm?"

Yoongi tak menyahut.

"Kau sengaja membuatku panas lalu meninggalkanku untuk bertemu dengan Taehyung?"

"Kau sendiri? Lebih memilih menyelesaikan hasrat dibanding merawatku yang sedang sakit? Menurutmu siapa yang lebih brengsek diantara kita berdua?" Yoongi berusaha melepaskan diri dari kungkungan Jimin, didorongnya pria itu sekuat tenaga, beranjak ke kamar dan kembali membanting pintu tanpa perasaan.

Membiarkan Jimin termangu sendiri di ruang tengah.






.

.

.








"Jangan masuk kalau kau masih waras!" pekik Yoongi dari dalam kamar saat Jimin mengetuk pintunya.

"Yoongi, kita harus bicara. Aku tahu aku salah, tapi kita benar-benar harus mendinginkan kepala untuk berdiskusi tentang masalah ini," Jimin masih belum menyerah. Diketuknya pelan pintu itu dengan ujung jari--hanya untuk dibalas gebrakan kasar dari baliknya oleh Yoongi.

"Kau tidak salah, tapi kau benar-benar salah!" sahut Yoongi dari dalam, masih kukuh menutup pintu.


"Kau marah kalau melihatku dekat dengan pria lain, tapi apakah kau pernah berpikir apa yang kurasakan saat melihat priaku dekat dengan wanita lain? Terlebih lagi, wanita itu lacur yang membunuh buah hati kita! Kau yang salah, bukan aku! Pertemuanku dengan Taehyung tadi tak disengaja! Dan jelas kami juga teman sekolah dulunya! Tapi, kau, Jim..."

Rentetan kalimat memprotes itu hilang. Apartemennya senyap. Jimin menyandarkan punggung pada pintu, sepenuhnya pasrah dengan fakta bahwa Yoongi sudah tahu apa yang dia lakukan dibalik bayang selama ini.





















Dia mengizinkan Seulgi membunuh Mingi.




















To be continued...






A/N:


Double^_^

Hihihi, lagi iseng aja, padahal chapter juga belum banyak yang kutulis



Aku emang aneh, kok





With love,

Kirishima💕

pjm's babyboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang