Author's Note: Kembali di petualangan Arka, kali ini ada sedikit misteri. Hehe. Ndak perlu terlalu ditebak-tebak gimana atau siapa pelakunya, karena ingat, ini cerita supernatural yak :v Rugi nanti kalau kamu mikir-mikir. Gak bakal masuk akal soalnya. Wkwkwk.
Prev Chap: Setelah menghadapi kecaman ayahnya, Arka menelepon Anthony agar tidak perlu mencari Belle, tapi ternyata Anthony memperjuangkan hal itu. Dan Belle, rupanya bukan delusi semata. Hanya saja, Belle dicurigai sebagai pelaku pembunuhan?
******
Salah satu keahlianku setelah beberapa lama jadi bos adalah negosiasi. Itu sudah pasti. Tugasku untuk meyakinkan klien—yang saat ini adalah Pak Lex—tidak mudah, tapi harus kukuasai. Yang pertama, tahu dulu orangnya.
"Oke, Pak Tom. Tadi Anda sempat mengatakan soal alibi. Apa yang Anda tahu mengenai hal itu?"
"Belle memberitahuku. Dia dan kakaknya di dapur. Ada saksi mata juga."
"Betul. Kami sudah menanyakannya kepada ibu pemilik kos, Ibu Nina. Tapi sayang, tidak ada yang tahu sejak kapan mereka di sana."
"Lima belas menit." Kuingat-ingat mimpi waktu itu. "Seingatku, mereka di sana baru lima belas menit."
"Seingat Anda?"
Ah, gawat! "Belle! Belle mengatakannya kepadaku. Juga kakaknya."
"Jadi tidak ada saksi mata."
"Dengar ini, Pak Lex. Mungkin memang tidak ada saksi mata, tapi tidak bisakah Anda lihat kalau mereka berdua hanya perempuan lemah? Kudengar yang meninggal adalah seorang preman."
"Perempuan lemah?" Tawa polisi itu terdengar seperti udara tipis keluar dari sela-sela gigi, lagi-lagi terkesan meremehkan. "Kakaknya memukul korban sehari sebelumnya dan Anda bilang lemah. Mungkin Anda tidak setahu tim penyidik kami soal kasus ini ataupun tersangka-tersangkanya."
Bagus sekali. Kenapa aku tidak memperhitungkan kakak Belle sebagai cewek macho? Dan kenapa pula dia yang pukul, tapi Belle yang sekarang kena akibatnya?
"Ada hal lain yang Anda ketahui soal kasus ini?" tanya Pak Lex.
Tak bisa kujawab. Mimpi itu berakhir tepat di saat aku belum mendapat informasi apa-apa selain beberapa orang. Si jangkung kulit sawo matang, si gendut, apa yang bisa kusimpulkan dari situ?
"Kalau tidak ada, saya harus segera bertugas. Jika Anda hanya ingin membela teman Anda tanpa tahu kondisi saat ini seperti apa, itu berarti Anda tidak berkaitan dengan kasus. Pembicaraan berakhir di sini."
"Tunggu, tunggu!" Aku harus memikirkan sesuatu. "Kau harus menolongku!"
Dia belum mematikan telepon. Rupanya ada sedikit kepedulian kalau aku meminta tolong. Polisi. Kalau memang benar begitu, setidaknya dia punya jiwa kepolisian yang bagus. "Belle dan Ella adalah teman baikku dan aku tahu mereka. Sekasar apa pun mereka, tidak akan bisa sampai membunuh. Kalaupun benar Ella memukul korban kemarin, untuk apa baru membunuhnya sekarang?"
"Mungkin ada masalah lain? Pembunuh bisa membunuh kapan pun dia mau."
"Pasti ada lagi yang jadi tersangka? Bukan hanya Belle. Korban bukan orang yang benar-benar baik, bukan? Tidak mungkin Ella memukulnya tanpa alasan. Preman. Banyak orang yang punya motif?"
Polisi itu diam. Mungkin dia mulai ragu untuk menceritakannya terlalu detail.
"Pak Lex, jika aku bisa ke sana, aku pasti akan ke sana untuk membela kedua temanku. Aku meminta Anthony ke sana karena aku tak bisa. Dia adikku. Kau bisa memintanya mengantarkanmu kemari kalau kaumau, tapi aku saat ini sedang sakit. Aku tidak bisa berjalan. Kumohon, tolong izinkan aku menolong Belle."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing The Dead
Mystery / ThrillerWARNING: R18 for violence INI SAMA SEKALI BUKAN MISTERI, WALAUPUN MUNGKIN ADA YANG BERPIKIRAN BEGITU ATAU CERITANYA MASIH MENGANDUNG LOGIKA, TAPI STOP BACA PAKAI LOGIKA DAN STOP BERUSAHA PECAHIN PELAKUNYA SIAPA, KARENA SEKALIPUN HASILNYA BERLOGIKA...