33

4.7K 215 0
                                    

Mobil biru itu tengah parkir di ujung gang sempit menunggu seseorang. Sesekali dia mengangkat lengannya melihat jam yg melekat di sana. Berdecak sebal sebagai bentuk kekesalannya yang telah lama menunggu.

"Sorry bang hosh...hosh..." ucap seorang pemuda yg berlari dari dalam gang tersebut

"Ck.. nih ambil, pastiin benda itu menempel di tasnya. Gue gak mau tau cara apapun lo harus berhasil" saka pelempar sebuah benda bulat kecil ke dada pemuda tadi

"Siap bang. Imbalannya ?"

"Kerjain yg rapi dulu, nanti kalo gue udah liat hasilnya gue kasih bonus buat lo"

"Oke bang"

Pemuda itu kemudian berbalik lagi menuju masuk ke dalam gang tadi lagi. Dan Saka juga kembali masuk ke dalam mobilnya. Perjalanan malam ini dia akan menuju toko alat musiknya. 2 jam berlalu dan dirinya baru sampai di tokonya, masuk ke ruang kerjanya. Seperti biasa temannya garha tengah duduk di meja kasir sambil memainkan gitarnya. Ya garha adalah teman terdekat saka. Garha anak yatim piatu. Keluarganya meninggal saat dirinya menginjak bangku sma kelas 2. Sepeninggal orang tuanya. Sanak saudaranya tidak ada yg mau membantu biaya sekolahnya. Dan satu2nya peninggalan orang tuanya hanyalah 1 rumah yg dulu di tempatinya bersama ayah dan ibunya. Sayangnya semenjak orang tuanya meninggal banyak tagihan2 dari usaha orang tuannya yg terbengkalai. Akhirnya rumah itu ia jual unk melunasi gaji karyawan dan sisanya unk biaya sekolah. Setelah hampir masuk ujian kelulusan sma tabungannya habis, dilema.Akhirnya dirinya bertemu saka. Mereka memiliki nasib yg hampir sama. Namun saka orang yg pandai mengolah bisnis. Saka mengajak garha unk membantunya. Dan seperti sekarang saka mampu menstabilkan usaha orang tuanya sebuah rumah makan. Dan saka juga mampu membuktikan kinerjanya dg usaha alat musiknya
Garha sangat menghormati saka sebagai kawan juga penolong baginya. Saka juga membuka sebuah tempat les di rumahnya. Selain tempat les tadi, rumah itu juga terbuka buat teman2 kuliahnya yg ingin tinggal di sana.

"Woy bos. Malam "

"Sendirian lo ? Mana si kampret ?"

"Udah balik kan jam kerja udah tutup"

"Kenapa gak di tutup ?"

"Gak papa lagi pengen buka aja siapa tau ada yg beli"

"Ck..ck... terserah lo lah, gue masuk dulu ya ? Lo udah makan ?"

"Udeh tadi. Lo mau kopi ? Gue buatin udah"

"Hm. Kopi susu ya"

"Hahahahah siap pak bos"

Saka memasuki ruang kerjanya meneliti penjualan seminggu terakhir. Mengecek tagihan2 yg mungkin ia lupakan. Maklum semua ia kerjakan sendiri. Garha hanya membantu menjualkan. Saka tidak terlalu suka mengerjakan ini itu kepada banyak orang ketika dirinya diri di rasa mampu maka akan ia kerjakan sendiri. Dan seperti inilah ia. Seminggu sekali ke toko menengok pembukuan penjualan.

"Nih kopinya"

"Hm thanks gar"

"Kalo perlu apa2 panggil aja. Gue di depan oke"

"Hm, thanks bro"

Saka menutup lembaran2 kertas di mejanya. Semuanya beres. Penjualan seminggu terakhir lumayan. Di sruputnya kopi di cangkir itu dg punggung bersender di kursinya. Ponselnya berbunyi

"Ya hallo"

"Kakak nanti pulang apa nggak ?"

"Nggak. Udah malem tidur lo"

Bipp telvon langsung di putus saka. Di taruhnya cangkir tadi di atas meja, lalu di naikkannya kedua kaki itu pada meja. Matanya terpejam memikirkan langkah apa lagi yg harus ia lakukan. Permainan akan di mulai bukan ?
.
.
.
.
Dinda bangun pagi-pagi sekali saat ponselnya berbunyi

My Possesive Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang