43

5.2K 230 19
                                    

Dinda tengah menunggu kedatangan didi di bandara

"Hayo, pasti pagi suntuk" didi memeluk dinda dari belakang lalu menyentil dahinya

"Kok, padahal aku udah mantengin hlo. Kenapa udah di sini aja sih ?"

"Hahaha, aku udah sejam yang lalu turunnya. Trus ngeliatan kamu di sana"

"KAMU" dinda langsung mencubiti lengan didi yang melingkar di perutnya

"Aduh..aduhh sakit ih. Merah merah nih liat"
Didi melepaskan pelukannya dan mengusap lengannya

"Eh kok di tinggal. Tungguin elah" didi berlari mengejar dinda

"Seharusnya aku yang marah hlo, kan kamu yang bikin aku sakit"

"Bodo, jauh-jauh. Nggak usah pegang-pegang" dinda menjauhkan lengan didi yang merangkul pundaknya

"Kalo lagi marah tambah sexy deh" didi menoel bibir manyun dinda

"Di bilang jangan pegang-pegang. Tsk....." dinda langsung mempercepat jalannya meninggalkan didi

"Tungguin ih. Kok marah-marah. Aku jauh-jauh demi kamu hlo"

Tidak ada sahutan

"Em aku ada berita bagus buat kamu"

Tak ada sautan lagi

"Aku udah ajak ketemuan putri di kafe 88 besuk jam 4 sore. Yakin masih nggak tertarik"

"Beneran ?" Dinda menghentikan langkahnya dan berbalik menatap didi

"H'm demi kamu apa sih yang enggak"

"Kok bisa ?" Dinda langsung merangkul lengan didi dan menuandarkan kepalanya ke bahu didi

"Iya, jadi dia tuh kerja sambil kuliah di bandung. Nah kerja sambilannua iti ngedesain baju-baju gitu di butik tante aku. Ya udah aku minta tolong tante aku mumpung kata tante si putri libur kuliah lagi balik ke jakarta nemuin kakaknya"

"O, tapi kok ketemuannya ?"

"Ya, sedikit ngebohongin dia gitu sih. Jadi aku minta tolong tante buat dia agar ada waktu ketemu gitu-gitu deh"

"Wah kabar bagus. Kita buat dia ketemu sama kak bima. Kasihan cintanya di tolak mulu. Kita comblangin ya"

"Tapi ada syaratnya "

"Apa ?" Dinda mendongak memandang wajah didi yang menunduk menatap intens bola mata dinda

"Kamu tetep nikahnya sama aku, jangan kepincut si saka saka itu. Ngerti ?"

"Siap pak bos" dinda berlagak hormat kepada didi. Didi yang gemas akhirnya menarik hidung dinda. Mereka tertawa bersama di langkah-langkah menuju mobilnya
.
.
.
.

Jam 3 di kafe, putri sudah duduk manis dengan segelas es krim kesukaannya. Tangannya masih sibuk menggambar desain-desain gaun ibu hamil pesanan tante marta bosnya. Di liriknya jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya.

"Masih sejam. Lumayan lah buat gambar satu desain" tangannya masih lincah menari-nari pada buku di depannya. Saat desainnya selesai dan hanya tinggal menuliskan namanya di pojok bawah kertas itu, tangannya berhenti karena matanya melirik sepasang kaki yang tengaj berdiri di sampingnya. Perlahan pandangannya ia naikkan untuk melihat siapakah yang tengah berdiri

"Di...dinda ?" Putri yang terkejut langsung menaruh pensilnya di atas meja

"Hay, apa kabar put ?"

"Ehem, baik. Em tapi sorry gue lagi ada janji penting di tempat lain" putri tergesa-gesa merapikan buku juga alat tulisnya kedalam tas. Lalu tangannya di pegang dinda

My Possesive Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang