Bab 2 : Sadness

7.7K 229 0
                                    

"Hay reader...
Vhivie kembali lagi yaaaa...
Yuk jangan bosen kasih jempolnya buat Vote..
Siapkan tisu sebelum membaca part ini"

Happy reading 😊😊

*****

"Dad ??" panggil gadis itu lirih dan hampir tak terdengar. Ia menghampiri sang ayah dan mengusap bahunya pelan.

"Dad, bagaimana keadaan mommy ?" Steffany dengan tatapan pilu memegang kedua bahu sang ayah memberi sedikit kekuatan agar bisa meringankan bebannya.

"Entahlah sayang, daddy juga bingung harus berkata apa, daddy tak tega melihat mommymu seperti ini, rasanya ingin saja daddy menukar penderitaan yang dialaminya agar mommymu tak merasakan sakit lagi." Fernando tertunduk menahan air mata yang hendak menetes.

Steffany menatap pilu sang ayah, ada rasa kesedihan yang amat besar terlihat diraut wajahnya. Baginya Nathali adalah sosok ibu yang sempurna. Cantik, baik, sabar, lemah lembut serta sangat menyayangi keluarganya. Namun kebahagian itu sirna sudah, ketika suatu hari Nathali mengalami kejadian yang amat mengerikan. Tiba-tiba ia merasakan kepalanya sangat pusing, setelah dibawa kerumah sakit, dokter mendiaknosa bahwa ia terkena kanker otak dan itu sudah menjalar ke pembuluh saraf.

Deg

Bagaikan disambar petir disiang hari, bagaimana mungkin ibunya mengidap penyakit mematikan seperti itu, tapi wanita itu merahasiakan dari suami dan putrinya. Ia tidak ingin merepotkan orang lain, dengan rapi ia menutupi semua rahasia itu. Sering ia meminta ijin untuk pergi kerumah sakit, namun ia tak pernah curiga jika sang ibu sedang berusaha menyembuhkan penyakitnya dan menyembunyikannya dari orang lain. Bukan bukan...bukan orang lain tapi suami dan putrinya.

*****

Waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari waktu London. Udara diluar masih dingin, sesekali salju turun cukup membasahi jalanan sepi di kota London pada malam hari. Steffany tidur sambil duduk disamping ranjang rumah sakit tempat Nathali dirawat. Tangan gadis itu tetap memeluk punggung tangan Nathali, berharap sang ibu terjaga karena dokter telah memberikan obat tidur yang membuatnya tidur selama hampir 6 jam.

Tiba-tiba sebuah tangan bergerak-gerak membuat Steffany terbangun. Ia melihat Nathali bangun dan menatap wajah sang ibu yang sayu. Dengan cepat ia membangunkan Fernando yang tertidur disofa. Fernando yang mendengar bahwa Nathali siuman langsung menghampiri sang istri.

"Mom...aku merindukanmu mom? Mom cepat sembuh ya...biar kita bisa sama-sama lagi seperti dulu." ucap Steffany lirih tangannya masih menggenggam tangan Nathali dengan lembut.

Fernando yang berdiri disamping kanan Nathali, mengusap puncak kepala sang istri dengan penuh kasih sayang. "Kamu pasti sembuh sayang, percayalah padaku. Lihatlah anak kita, kau tau dia sudah menjadi model seperti apa yang ia inginkan. Kau harus sembuh sayang, kau harus sembuh." Fernando mengecup puncak kepala Nathali dengan lembut.

Nathali meneteskan air mata melihat kedua orang yang dia sayangi. Kemudian tangannya meraih tangan Fernando dan Steffany untuk menyatukannya.

"You have to promise me, Fernando !!" ucap Nathali lirih.

"What for??" tanya Fernando kebingunan.

"To keep our daughter for me !!" Ia menoleh ke arah Steffany.

"Yes, i promise!!"

"Sayang, jadilah putri yang membanggakan buat mommy dan daddy!!" Nathali mengusap pipi basah Steffany yang terkena air mata.

"Iya Mom...Fany akan jadi anak yang bisa membanggakan mommy dan daddy..."

Belum selesai Steffany bicara terdengar suara...

Tut...tut...tut

Dari Electrocardiography menampilkan garis lurus disana, itu berarti...

Seketika Steffany membungkam mulutnya serta menggeleng-gelengkan kepalanya, ia sangat terkejut. Dokter yang mendengar jeritan langsung masuk dan memeriksa Nathali. Ia menghembuskan nafas terlihat ada kekecewaan disana. Setelah mengatakan bahwa Nathali sudah meninggal dunia.

Steffany berteriak-teriak ia tak percaya bahwa sang ibunda sudah pergi meninggalkannya.

"Tidak...ini tidak mungkin...dad katakan padaku jika mommy hanya tidurkan dad ??" Steffany menguncang kedua bahu Fernando dengan kasar.

"Mommymu sudah tenang disurga!!" Fernando berkata dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Steffany menangis histeris, Fernando langsung memeluknya dengan erat mencoba menenangkan sang putri. Dan seketika itu pula Steffany mulai tak sadarkan diri.

Bodyguard yang ada disana membawa tubuh Steffany yang lemas ke sofa dan segera ditangani oleh dokter.

*****

Di kediaman milik Fernando sudah banyak orang yang berdatangan, dari sanak saudara, relasi bisnis, teman-teman Steffany serta awak media sudah hadir memadati pelataran mansions mewah itu. Tangis haru masih terlihat disana. Steffany masih belum sadar juga, setelah bodyguard membawanya kekamarnya. Nesi setia menemani disisi ranjang milik Steffany.

"Mommy...mommy..!!" Steffany berteriak namun matanya masih tertutup.

Kemudian ia membuka matanya perlahan dan berteriak untuk yang sekian kalinya.

"Mommy...!!"

Nesi langsung memeluk Steffany memberi ketenangan disana. Tubuh itu terasa rapuh saat ini, rasanya seperti benda tipis yang siap hancur kapanpun ketika terkena benda tajam. Steffany masih membenamkan kepalanya didada Nesi. Ia sudah menganggap Nesi sebagai ibu kedua setelah Nathali.

Seorang bodyguard masuk ke kamar Steffany. "Maaf nona, semua orang sudah menunggu anda dibawah!!" sambil menundukkan kepalanya.

Tanpa menjawab ia hanya menggangguk pelan. Nesi membantu Steffany menuruni anak tangga, disana sudah banyak orang yang menunggu kehadiran Steffany, terlihat Jennifer, Naya, Stela hadir dan langsung menghampiri sahabatnya itu.

Tanpa ia sadari sepasang mata berwarna abu-abu memandang ke arah Steffany. Terlihat ada kesedihan disana, namun ia tak berani menghampiri gadis kecilnya itu karena ini bukan waktu yang tepat.

******

Sampai disini dulu ya dear..
Salam muach dari aku..

Follow @vhivie93

Update Queen Be : 10 - 02 - 2018

Queen BeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang