Satu bulan kemudian...
Malam itu Steffany sedang menunggu Fernando pulang bekerja, karena ia akhir-akhir ini jarang sekali bisa bicara dengan ayahnya meskipun mereka tinggal satu rumah. Pelayan bilang kalau Fernando sering pulang tengah malam dan dalam keadaan mabuk. Tidak jarang pula selalu membawa wanita malam kerumahnya. Steffany yang mendengar hal itu marah, kesal dan sedih bercampur menjadi satu. Bagaimana tidak baru satu bulan ditinggal ibunya meninggal dunia, ayahnya sudah bertingkah yang tidak karuan. Terdengar suara tertawa dari pintu utama, mungkin Fernando sudah pulang. Steffany yang berada dikamarnya kemudian keluar untuk menghampiri sang ayah. Belum sempat ia turun dari tangga, jantungnya berdetak lebih cepat, ia merasakan sesak didadanya. Fernando memeluk seorang gadis yang usianya mungkin tidak jauh dari dirinya. Ia menahan air matanya yang hendak turun. Kini Fernando berjalan melewati Steffany yang masih berdiri disana. Sebelum menutup pintu kamarnya, "Dad, kita perlu bicara!!"
Fernando menoleh ke arah Steffany.
"Sudahlah kita bicarakan besok saja, daddy sudah capek." Fernando sambil tersenyum, ia masih dalam keadaan mabuk. Kemudian memasuki kamarnya bersama wanita yang dibawanya.Seketika Steffany tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia berlari ke halaman belakang rumahnya. Disana ada kursi panjang ditepi kolam renang. Ia menangis sejadi-jadinya. Steffany merasa bahwa Fernando sudah melupakan Nathali dalam waktu secepat itu. Hanya dalam satu bulan ayahnya selalu menghabiskan waktu bersama wanita sewaannya. Dan yang lebih menyakitkan lagi mengapa harus dibawa pulang dan tidur dikamar milik almarhum mommynya. Rasa sesak didadanya semakin menjadi membayangkan apa saja yang dilakukan oleh sang ayah pada wanita sewaannya itu.
"Aaaarrrgghh". Steffany berteriak histeris berjongkok ditepi kolam renang.
Nesi yang sedari tadi memperhatikan majikannya itu berniat menghampiri.
"Kau tidak apa-apa nona?". Nesi membawa Steffany duduk pada kursi panjang.
Steffany tetap menangis tanpa menjawab apapun. Nesi mengusap air mata yang membasahi pipi mulus majikannya itu dengan tisu yang dibawanya. Wajah Steffany terlihat semakin pucat, membuat Nesi semakin panik.
"Kau harus makan, aku perhatikan kau belum makan apapun dari sore tadi, aku takut kau akan jatuh sakit nona!!".
"Aku tidak lapar Nesi, bawakan saja coklat panas kekamarku". Meninggalkan Nesi yang masih berdiri disana.
Pintu kamar terbuka, Nesi membawa nampan dengan secangkir coklat panas kesukaan Steffany.
Setelah meneguk minuman itu Nesi hendak meninggalkan majikannya namun suara yang menghentikan langkahnya.
"Tunggu, bisakah kau menemaniku tidur malam ini??""Baiklah nona!!"
Steffany sudah menganggap Nesi sebagai ibunya, mungkin disaat seperti ini ia butuh sandaran atau sekedar teman curhat. Salah satu orang yang ia punya selain sahabat-sahabatnya adalah Nesi.
*****
Pagi ini Steffany harus menghadiri meeting penting diperusahaan milik ayahnya, karena sudah hampir satu minggu Fernando tidak hadir dikantor maka pihak kantor meminta Steffany sabagai pewaris tunggal di keluarga Johnson hadir di meeting untuk menandatangani beberapa kerja sama dengan perusahaan asing.
"Sandra siapkan materi meeting untuk hari ini, lalu bawa kemeja saya". Steffany berbicara dengan Sandra sekretaris Fernando melalui intercom.
"Baik Miss".
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan itu artinya meeting akan segera dimulai. Semua peserta meeting sudah hadir diruangan untuk menunggu Steffany. Terlihat pria tampan dan arogan masuk ke ruang tersebut, tentu saja ia menjadi pusat perhatian karena baru kali ini ia hadir diperusahaan milik keluarga Johnson.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Bee
Ficción General(21+) Steffany Johnson seorang gadis berparas cantik ingin menjadi seorang model international. Hidupnya yang awalnya baik-baik saja, namun sejak ibunya meninggal dunia, membuat hidupnya berubah ayahnya sering mabuk-mabukan serta bermain wanita. Mar...