PROLOGUE

2.1K 200 1
                                    

Rumah, seharusnya menjadi tempat yang baik untuk menyelesaikan masalah pribadi dan menjadi tempat paling nyaman di dunia. Namun artian berbeda didapatkan oleh seorang Kim Dahyun, rumah adalah tempat dimana hal-hal menyeramkan terjadi, dimana kekerasan membuatnya tertekan. Hampir setiap malam bukanlah malam yang baik dan tenang. Hampir setiap malam adalah malam yang mengerikan. Dan hampir setiap malam dia menutup telinganya dan menutup pintu kamarnya agar tidak melihat penampakan yang membuatnya bermimpi buruk.

Seperti malam ini, anak berumur lima belas tahun itu tengah mencoba untuk tidak menangis sembari menutupi kedua telinganya di lantai, dekat dengan pintu yang baru saja dia kunci. Karena ayah dan ibunya bertengkar lagi. Dia takut jika salah satu dari mereka akhirnya menjadikannya sebagai pelampiasan amarah mereka. Seharusnya dia terbiasa, namun tubuh kecilnya tidak bisa memberanikan hatinya. Teriakan terus terdengar, pecahan kaca mulai terdengar. Bibirnya bergetar, tubuhnya pun juga begitu. Kenapa semuanya harus terasa menyeramkan seperti ini?

"Hentikan.... aku mohon.." bibirnya yang kecil mengucapkan kata-kata minta tolong yang bahkan tidak satupun orang yang mendengarkannya.

Tiba-tiba suara baru membuatnya terpanjat, dia tidak pernah mendengarkan suara seperti itu sebelumnya. Dia mencoba membuka pintu yang dia kunci tadinya dan melihat keadaan melalui celah pintu itu. Ibunya tengah berada dilantai sembari menyentuh pipinya, matanya merah karena menangis. Dahyun mengetahui apa yang terjadi, dan saat itu dia berharap kakaknya masih berada disisinya.

Jika saja kakaknya tidak kabur dari rumah dan meninggalkannya sendiri, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Dahyun tau apa yang membuatnya kabur dan meninggalkannya sendiri, namun kedua orang yang bertengkar itu tidak tau, seakan-akan tidak ada yang salah dengan cara berbicara mereka. Mereka bahkan tidak khawatir saat kakaknya kabur, dan hanya menelpon polisi. Mereka hanya khawatir dengan pekerjaan mereka sendiri. Apa mereka tidak mempunyai rasa bertanggung jawab atas anak mereka?

Dahyun kecil menghampiri ibunya saat ayahnya keluar dari rumah. Dan saat itu Dahyun menangis dan menanyakan apakah ibunya baik-baik saja. Namun ibunya menolak sentuhan dari tangan Dahyun dan berjalan kesal ke arah kamarnya. Dahyun yang mendapatkan perlakuan tersebut sedikit terkejut karena ibunya yang memperlakukannya kasar. Mungkin karena ibunya tidak pernah menunjukkan rasa kepadanya, bahkan ibunya tidak pernah memberinya pelukan hangat saat ingin tidur. Namun Dahyun ingat saat ditaman kanak-kanak ibunya tersenyum dan menghampirinya untuk menjemputnya.

Hanya itu kenangan yang Dahyun ingat. Selain itu, tidak ada kenangan sama sekali. Entah apa yang mengawali hal-hal ini. Dahyun butuh jawaban agar dia bisa mengerti, namun tak satupun mendengarkannya. Tak satupun menjawab pertanyaannya. Tak satupun.

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang