Chap 10

669 109 4
                                    

Yerin tengah mencuci piring di restaurantnya yang telah tutup, rambutnya ia kucir sedemikian rapinya dengan kuciran berwarna biru tua. Sedangkan ibunya membersihkan meja-meja yang baru sajaditinggalkan oleh pelanggan. "Yerin, jika sudah selesai tidurlah,besok kau masih harus kembali bekerja."

"Tidak apa-apa, aku sudah mulai terbiasa, hal ini tidak membuatkulelah secepat itu." kata Yerin mencoba tersenyum meskipun badannya memang sudah mulai pegal. Mata Yerin beralih menuju tanggalan dimana hari ini adalah tanggal yang sudah ia lingkari dengan lingkaran berwarna merah. Dia baru tersadar, dan langsung mengunci pintu restaurant.

"Ada apa Yerin?" tanya ibunya yang kebingungan dengan tingkah Yerin yang tiba-tiba. "Hari ini, rentenir akan datang." Kata Yerin yang mencoba menormalkan nafasnya dan secepatnya mematikan lampu, dia meminta ibunya untuk tidur lebih cepat. Ibunya hanya mengikuti perintah Yerin.

Sementara itu, beberapa laki-laki bertubuh kekar sedang mengawasi pergerakan Yerin, setelah melihat Yerin dengan cepatmelarikan diri dari mereka, salah satu orang dari mereka menelpon seseorang. "Halo? Dia sudah menutup restaurantnya dengan cepat. Haruskah kita mendobraknya?"

"Tidak, lanjutkan pekerjaan kalian besok." Kata seseorang yang berada ditempat lain itu.Orang yang diberi perintah langsung menghentikan aksi mereka menagih hutang keluarga Yerin. Dan meninggalkan gadis kecil itu sendiri dengan ibunya.

***

"Dahyun, hari ini ayo kita melatihmu di luar ruangan lagi." kata Jinyoung yang baru saja datang sambil membawa handbag kecil yang ada di tangan kirinya, Dahyun yang tadinya mentap bentuk kasurnya begitu saja dengan tatapan kosong mulaimelihat ke arah Jinyoung dantersenyum tipis. Dia meragukan keberaniannya.

"Oh iya, ini untukmu." Kata Jinyoung memberikan handbag kecil tersebut kepada Dahyun, Dahyun melihat ke arah Jinyoung. "Dari siapa?"tanya Dahyun ragu-ragu.

"Yang penting bukan dariku. Coba buka!" kata Jinyoung yang membuat Dahyun ingin langsung membuka handbag yang di staples tersebut, dan ketika membukanya isinya adalah sebuah jepitan berwarna biru yang sangat cantik. "Aku rasa ini dari Mark." kata Dahyun senang dan langsung memakainya. Kemudian Jinyoung menyuruh beberapa perawat untuk membantu Dahyun berganti baju, dan mereka pun pergi.

Taman kota adalah tujuan baru bagi Jinyoung, dia tidak ingin Dahyun hanya berada di sekitar rumah sakit saja dan tidak mengetahui dunia luar yang lain. Sedari tadi tangan Dahyun menggenggam tangan Jinyoung erat, seperti tidak ingin pergi dari pandangan Jinyoung. "Dahyun, bagaimana perasaanmu?" Dahyun hanya menggeleng dia tidaksukadengan situasi yang seperti ini.

"Baiklah, ayo kita pergi ke sana." Kata Jinyoung menunjuk ke tempat beberapa orang membawa anjing-anjing mereka, Dahyun awalnya tidak mau ditarik untuk mendekati sekelompok hewan tersebut, namun jinyoung terus memaksa. "Permisi, bisa kami meminjam peliharaan kalian untuk beberapa menit?" tanya Jinyoung yang langsung diangguki oleh pecinta hewan tersebut.

"Dahyun, coba sentuh mereka." Dahyun menggeleng penuh rasa tidak setuju. "Tidak apa, mereka hanya hewan peliharaan, tidak perlu takut." Sebuah suara menintrupsi Jinyoung. Dahyun melihat ke arah sumber suara tersebut, dan benar saja jika itu adalah Mark.

"Mark? Sedang apa kau kemari?" tanya Jinyoung yang mendapati Mark berjalan kearah mereka dengan senyumannya yang membuat siapapun yang melihatnya senang. "Hari ini Minggu, dan aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, jadi aku ke ruangan Dahyun dan mereka berkata jikakalian berada disini."

"Ayo Dahyun, mereka tidak akan menggigitmu." Mark memperlihatkan jika mereka tidak berbahaya dengan cara mengelus anjing tersebut. Dahyun kembali menggeleng, namun Mark menggandengnya. Mau tidak mau dia harus menyentuh hewan tersebut, tangannya bergetar, matanya dia tutup karna takut. Dan ketika menyentuh rambut hewan tersebut, rasanya dahi Dahyun yang berkerut kembali ke bentuk normal.

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang