Chap 2

1.2K 141 2
                                    

Sejak lahir, Mark adalah orang yang paling banyak dituntut untuk menjadi orang yang mempunyai banyak bakat dan berhasil dalam segala hal. Jika Mark melakukan kesalahan atau kalah dalam suatu lomba, orang tuanya akan mengatakan jika Mark adalah anak yang malas dan tidak tau diri. Penuh dengan tuntutan bagaikan nama tengah Mark, dan semua tau itu. Mark mempunyai kakak perempuan yang entah kenapa seperti tidak diinginkan oleh orang tuanya, mereka sama sekali tidak peduli dengan apa yang kakaknya rasakan, lakukan mau pun apa yang dia katakan.

Berbeda dengan orang tuanya, Mark sangat menyayangi kakaknya, selain ramah dan penyabar, kakaknya adalah orang yang akan menjadi tempat Mark mengeluarkan unek-uneknya. Tahun berganti tahun, Mark sudah tidak tahan dengan tuntutan berlebihan dari orang tuanya, dia memutuskan untuk melanggar semua aturan. Peraturan sama sekali tidak menghalanginya. Setiap hari pulang membawa luka di wajahnya, omelan ayah dan ibunya sudah tak lagi didengarkan.

"Dengan siapa lagi, kau berkelahi? Kemari, akan aku obati." Kata Jessica, kakak Mark membawa sebuah barang yang berbentuk kotak ke kamar Mark. Mark terkejut karena kakaknya membuka kamarnya begitu saja tanpa mengetuk. Dia otomatis berdiri dan menatap lantai karena merasa bersalah sudah membuat kakaknya khawatir, Jessica hanya tersenyum melihat adiknya yang bertingkah lucu seperti itu.

Jessica duduk di samping kasur Mark, dan Mark dengan nyamannya meletakkan kepalanya dipaha Jessica. Mark mulai membuka mulutnya untuk menceritakan apa yang terjadi, "Dia menggangguku. Jadi aku memukulnya dan perkelahian dimulai. Tapi aku tidak apa-apa, lagi pula aku inikan laki-laki! Kakak tidak perlu khawatir!" kata Mark mencoba memberitahu kakaknyajika dia baik-baik saja, Jessica hanya tersenyum menanggapi cara bicara adiknya yang kadang suka meledak-ledak karena bersemangat.

"Tapi, kau tidak harus memukulnya bukan? Katakan saja padanya untuk tidak mengganggumu." Jessica mulai membersihkan luka-luka yang berada dihidung dan pipi Mark. Mark berdesis kesakitan karena lukanya tersentuh oleh kasa yang dipegang kakaknya. "Ah! Sakit kak!" kata Mark melakukan protes kepada kakaknya, namun kakaknya malah mengejeknya dengan mengatakan, "Bukankah kau laki-laki?".

"Itu benar tapi-". "Sudahlah, aku tidak akan menekannya terlalu dalam lagi. Tahan sedikit." Kata Jessica menidurkan Mark kembali di pahanya. Mark menurut dan mulai mengeraskan rahangnya untuk menahan rasa sakit. Jessica mengobati Mark dengan cara yang lebih pelan kali ini, hingga Mark tidak begitu merasakan sakit. Selesai mengobati Mark, Jessica menyuruh Mark untuk menemui Mingyu, pacar dari Jessica, untuk membereskan beberapa barang di panti asuhan keesokan harinya. Mark menyetujuinya, dan Jessica mengelus rambut adiknya itu dan pergi ke kamarnya.

Keesokan harinya, Mark bangun dengan seragam kemarin yang masih melekat ditubuhnya . Dia mandi dan mengganti seragamnya dengan seragam yang lebih bersih. Lalu pergi dengan membawa tas berwarna hitamnya, dia berjalan lurus menuju pintu keluar tanpa melihat ke arah meja makan dimana kakak, ayah dan ibunya sedang memakan sarapan mereka. "Mark!" Mark bagai tuli tak mendengar panggilan dari ayahnya tersebut, dia membuka pintu dan berjalan menuju halte di dekat toko swalayan. Mark duduk dihalte untuk menunggu bus, tak lama kemudian bus datang dan dia pun menuju ke sekolahnya.

Dengan langkah ringan dia menuju ke lapangan basket dimana semua temannya tengah memainkan bola basket disana. Dia meletakkan tasnya sembarang dan mengambil bola basket yang hampir saja dimasukkan ke ring oleh salah satu temannya yang bernama Sukjin. Lalu dengan beberapa gerakan dia berhasil memasukkan bola basket itu dengan tangannya sendiri ke ring yang lain. "Hari ini kau telat sekali." Kata Sukjin menempatkan tangannya dipinggang, menunjukkan jika dia mulai kelelahan.

"Aku bangun kesiangan. Dimana Taehyung?" tanya Mark kepada Sukjin yang dijawab Sukjin dengan bahu yang diangkat beberapa kali, dia tidak tahu. "Aku disini!" kata seseorang yang datang entah dari mana sambil melambaikan tangannya, tidak menyadari adanya pisang yang dibuang sembarangan didepannya. Alhasil dia jatuh terpeleset dikarenakan pisang tersebut. Mark dan Sukjin bukannya membantu malah berpura-pura tidak tau.

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang