Chap 5

736 126 9
                                    

Setelah bertemu Dahyun dan makan bersama, mereka semua pulang karena sudah larut dan sudah saatnya Dahyun beristirahat. Mark pulang dengan menggunakan bus, dia pasti akan dimarahi lagi karena pulang terlambat. Namun Mark kembali berfikir jika dia harus tidak peduli dengan itu semua agar dia bisa menjadi dirinya sendiri. "Sudahlah, aku tidak peduli, lagi pula ini hidupku. Aku juga tidak menyuruh mereka membesarkanku." Kata Mark bergumam.

Sampai di rumah, dia melihat ke sana kemari. Dan ketika merasa tidak ada orang disana, Mark merasa dia tidak perlu membersihkan telinganya hari ini. "Dari mana saja kau selarut itu." Mark menengok, suara itu bukan suara dari ibu maupun ayahnya namun. "Kak Mingyu ?" tanya Mark menyadari Mingyu dibalakangnya.

"Kenapa kau disini?" tanya Mark lagi dengan wajah yang masih mengekspresikan jika dia bingung dengan keberadaan Mingyu.

"Jawab dulu pertanyaanku, dasar anak nakal. Meninggalkan kakakmu sendiri dirumah saat ayah ibumu keluar kota." Kata Mingyu menjewer telinga Mark yang dihiasi dengan sebuah benda berwarna hitam. Mark meringis kesakitan karena hal itu, Jessica datang dan menyuruh Mingyu untuk berhenti menarik telinga adik kesayangannya itu.

"Kami mau ke toko mainan untuk membelikan beberapa mainan untuk anak panti, dan aku harus membeli barang untuk bahan pelajaranku." Kata Mingyu menjelaskan keberadaannya, Mark mengangguk mengerti atas penjelasan itu, "Apa kau mau ikut?" Kali ini Mark mengangguk bersemangat dan memasuki kamarnya untuk berganti baju dengan baju yang lebih nyaman untuk dipakai.

Setelah berganti baju, Mark, Jessica dan Mingyu pergi ke sebuah toko mainan menggunakan mobil Mingyu. "Mark, beberapa hari ini kau pulang telat. Apa ada pelajaran tambahan disekolahmu?" tanya Jessica mempertanyakan telatnya Mark. Mark berfikir dua kali untuk menceritakan Dahyun, namun karena dia berbicara dengan kakaknya yang bisa ia percaya dan pacar kakaknya yang tidak mungkin membicarakan yang aneh-aneh pada orang lain dia menjawabnya dengan jujur.

"Aku punya teman baru." Kata Mark. "Aku bertemu dengannya di rumah sakit." Mingyu melihat ke arah spion untuk melihat apakah Mark berbohong atau tidak, lalu dia bertanya, "Sakit apa dia?"

"Entahlah, dia tidak bisa menyalurkan emosinya. Jika dia merasa dia melakukan kesalahan, dia akan menyakiti dirinya sendiri. Padahal, aku merasa dia tidak melakukan kesalahan apapun." Jessica mengerutkan dahinya, dia tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh Mark, penyakit macam apa itu? "Pada department kesehatan apa dia berada?"

"Kejiwaan." Mingyu dan Jessica saling bertatapan, namun Mingyu kembali melihat ke arah jalanan didepannya. "Namun, aku rasa dia tidak, gila hanya saja terlalu ketakutan. Tidak bisa menyalurkan emosi, berbicara seolah-olah dia tidak apa-apa, ketakutan pada keluarga, sekolah bahkan orang lain yang mencoba menyentuhnya. Karena itu aku mencoba membantunya." Kata Mark melihat kelua jendela.

Mingyu tersenyum, bertanya-tanya apakah Mark menyukai perempuan yang dimaksud itu. "Dia pasti cantik." Mark melihat kearah Mingyu seakan-akan mengetahui apa yang mingyu maksudkan, "Bukan berarti aku menyukainya. Dia memang cantik, tapi... rapuh sekali, seperti ketika aku berjalan diatas kaca tipis."

"Siapa namanya?" tanya Mingyu lagi. "Kim Dahyun." Mingyu menghentikan mobilnya, mereka sudah sampai. Namun Mingyu mengerem terlalu mendadak hingga membuat kedua penumpang lain terkejut dengan reaksi Mingyu.

"Kita sudah sampai." Mereka keluar dari mobil, Jessica dan Mingyu memisahkan diri dari Mark yang sebenarnya ingin mengikuti mereka berdua. Toko cukup besar hingga Mark kemungkinan dapat hilang dengan sendirinya disana. Mata Mark menelusuri setiap mainan yang ada disana, tidak ada yang menarik perhatiannya hingga sebuah bola kaca berada didepan matanya. Bola kaca itu berisi sebuah pohon didalamnya namun beberapa potongan daun didalamnya membuatnya terlihat sangat indah.

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang