Chap 19

543 81 1
                                    

Daniel melihat ke luar jendela dengan tatapan nanar, dia hanya memikirkan beberapa kata 'jika' di kepalanya dengan artian fiksi, sementara kakaknya sudah menganggapnya terserang oleh salah satu hantu yang menguasai rumah kecil mereka. "Dasar bocah gila. Hei! Dari pada kau dirasuki hantu lebih baik kau belikan aku beberapa soda dan telur!" teriak kakak Daniel sembari melemparkan kertas kepada Daniel.

Daniel yang merasa kegiatan berharganya terganggu langsung menatap ke arah kakaknya sebal, "Kenapa menatapku seperti itu? Pergilah bocah!" kata kakaknya kembali melemparkan kertas kepada adik tersayangnya tersebut. "Aaaaaaaaaaahhhhh! Aku lelah! Aku tidak sanggup berjalan karena kakiku lemas setelah berjalan tadi siang!" kata Daniel mulai merengek seperti anak kecil.

Karena tidak mempunyai pilihan, kakak Daniel langsung mendatangi Daniel dan menggelitiki badan Daniel hingga dia mau berdiri dan menyingkir dari rumah itu dan membeli apa yang diperintahkan kakaknya, "Tidaaaak! Aku tidak mau!"

***

Mark baru saja kembali dari rumah, aroma alkohol dari tubuhnya bisa tercium dari jarak tiga puluh centimeter. Dia dapat melihat walau pun sedikit samar-samar, satu orang yang ia temui pertama kali di rumah tidak lain adalah ayahnya yang melihat kelakuan Mark semakin hari semakin tidak benar. "Oh, orang tua. Kenapa? Apa yang kau lihat?"

"Dasar anak tak punya aturan." Desis ayahnya yang dapat didengar oleh Mark dan ibu Mark sendiri. Mark tersenyum sinis dan mulai berceloteh, "Hm, iya. Itulah aku, si anjing gila dari keluarga Tuan. Kenapa? Mau memukulku? Cih, aku tidak takut! Lagi pula perempuan itu sudah aku pukul." Mendengar itu ayah dan ibu Mark sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Mark.

"Apa?! Kau memukul Tzuyu! Kau sudah gila?!" teriak ayahnya menggema memenuhi ruangan besar tersebut, mendengar teriakan ayahnya Mark hanya tertawa terbahak-bahak dan menghapus air matanya yang keluar karena terlalu senang. "Akukan sudah katakan padamu, aku anjing gila dari keluarga Tuan! Apa kau sudah tuli orang tua?" tanya Mark lagi.

"Ah, kau juga buta. Kalian tidak melihat seorang anak perempuan tinggal disini bukan?! BIADAB!" Teriak Mark yang mendapat tamparan dari ibu Mark sendiri, Mark terdiam. Namun dia kembali menampakkan seringaian yang mulai terlihat seperti seringai Joker, dia melihat ke arah ibunya dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi, bersiap-siap untuk menampar sang ibunda.

"Berikan aku uang... atau... kutampar dirimu. Setiap tamparan mempunyai rasa sakit masing-masing. Aku tidak membutuhkan kalian, aku membutuhkan uang kalian untuk hidup.", Ibu Mark menatap Mark dengan tatapan tidak percaya. Merasa pilihannya tidak dijawab, Mark melanjutkan aksi menamparnya hingga membuat sang ibu terjatuh ke lantai.

Ayahnya meneriakkan nama Mark, namun Mark menutup telinganya sambil menyuruh mereka untuk memberinya uang. Gelas-gelas dan piring-piring kaca mulai ia pecahkan, vas buga pun juga ia lempar, hingga ketika ia mengangkat salah satu kursi untuk dia pukulkan ke ibunya, ayahnya mulai menghentikannya dengan berkata, "Baiklah! Berapapun uang yang kau mau!"

Mendengar itu, Mark pun meletakkan kembali benda padat tersebut, dan kembali ke kamarnya untuk tidur pulas.

***

Dahyun memakan mie cupnya denganbeberapa makanan lauk tambahan disamping cup mie tersebut, begitu juga Jinyoung yang menikmati kimbab instantnya. Melihat Dahyun makan dengan lahap Jinyoung bertanya, "Apa kau tidak diberi makan oleh Mingyu atau bagaimana?"

"Kak Mingyu tak membiarkanku memakan mie, dia mengatakan jika terlalu sering rambutku akan menjadi keriting dalam sekejap." Kata Dahyun yang membuat Jinyoung tersenyum, dia bersyukur karena Dahyun mau terbuka bahkan berbicara lebih banyak kepadanya. "Jadi, ada apa sebenarnya?"

EMOTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang