part 1.

59 17 2
                                    

‘kriing..kriing..’ suara alarm yang sangat mengganggu pun berbunyi. Merusak ketentraman tidur ku di hari liburan sekolah ku ini. Langsung ku matikan saja alarm itu. “valen… bangun. Sekolah!!” terdengar suara menggelegar dari ibuku yang lebih berisik dari alarm barusan. Kenapa smuanya mengganggu ku sih hari ini?. Ini kan masih liburan sekolah.

Eh, tunggu.

Sekolah? Bener masih libur kan? Sekarang hari apa sih?. Aku masih berbaring setengah sadar di tempat tidur. “bangun cepetan… katanya kamu hari ini padus untuk upacara. Katanya pagi ada latihan dulu buat padus. Gimana sih!!”.

Ah. Iya. Hari ini sudah masuk sekolah.

Hari ini aku petugas.

Jam berapa sekarang?

Sial. Jam 6.

Aku harus bergegas. Aku mandi secepat yang kubisa. Bersiap-siap secepat mungkin. Aku langsung berpamit untuk berangkat sekolah. Kunyalakan motorku, dan secepat mungkin aku berangkat agar tidak telat.

akupun sampai di sekolah dengan tepat waktu. Aku langsung mencari  teman-teman tim paduan suara sekolah ku. Untunglah aku masih sempat untuk berlatih pernafasan dan suara walaupun hanya sebentar. Sebenarnya aku tidak bagus dalam hal bernyanyi, bahkan bisa dibilang bahwa aku ini agak buta nadia. Hanya saja, aku percaya bahwa di paduan suara semua suara kami dapat selaras.

Upacara pun selesai dengan aman, suara tim ku bagus walaupun jumlah orangnya tidak sebanyak sebelumnya, saat ada kelas 12 yang lalu menemani. Oiya, sekarang aku sudah kelas 12. Sudah menjadi siswa tertua dan waktunya untuk tengil-tengil ke adik kelas. Dan saat ini aku melihat banyak murid baru dari berbagai sekolah menengah pertama yang beragam.

Tidak lama setelah upacara, ada pengumuman mengenai pembagian kelas. Di tempel di papan pengumuman. Sial. Aku terlambat. Saat aku datang, papan pengumuman sudah tertutup oleh banyak orang. Gak keliatan apapun. Sama sekali. Membuat ku makin-makin penasaran.

‘ting tung.’. ada pesan yang ku terima dari grup angkatan sekolah. Beruntungnya aku, ada yang sudah memfoto pembagian kelas itu. Aku tidak harus berebutan dengan orang-orang yang badannya lebih besar dan tinggi dari ku. Memang aku kelas 12, tapi tinggi ku hanya 158cm dengan berat badan 58kg. bantet. Iya. Tau.

Aku mencari nama ku, “ah ketemu. 12 ipa5” hmm.. ga banyak yang aku kenal di kelas itu. Setelah ku teliti. Sepertinya akan ada yang ga beres sama kelas ini. Memang ipa, tapi banyak juga yang ipa ipa an. Sungguh, aku sedih rasanya. Banyak yang aku gak kenal. Isinya anak-anak bermasalah yang sudah di kenal guru. Dan yang lebih parah, katanya itu adalah kelas terkutuk. Tapi aku tidak percaya akan hal yang terakhr itu.

Bismillah.

Jangan sampai canggung.

Semangat.

Ku langkahkan kaki ku. Menuju kelas 12 ipa 5. Dan sekarang, aku harus semangat menghadapi masa-masa kelas 12 ku. Hm.. tapi aku harus bagaimana saat nanti bertemu mereka ya?. ‘hai..’ ah terlalu kaku. ‘woi..’udah kayak mau nyari ribut. ‘hola…’sok asik. ‘eh, lo dari kelas berapa?’ sok kenal sok deket banget. Ah tau ah, liat nanti aja.
eh?’
‘kok gada orang di kelas?’
Sepi.
Cuma ada tas.

Baru hari pertama, tapi kelas sangat kosong. Tidak ada penghuni. Sama sekali. Gimana aku mau deket sama mereka?. Aku langsung melihat handphone dan membaca lagi nama murid-murid di kelas ku. Hmm.. ‘anan? Dika? Dapa?argghh’ mereka siapa dan yang mana sih orangnya? Dan itu hanya sebagian kecil yang ku baca.

‘kriingg…’

Jamnya masuk kelas.

Saat guru mengabsen pun, aku melihat sekeliling sambil menghafal wajah dan berusaha menebak nama mereka. Dibantu oleh absen yang dibacakan oleh guru. sial. benar-benar asing. dari banyak orang yang ku kenal di sekolah ini. Kenapa hanya sedikit yang satu kelas denganku.

Untunglah, ada sahabatku sejak kelas 10 yang sekelas dengan ku. Dia adalah ferdi. Aku beruntung, setidaknya memiliki satu teman dekat di kelas. Walaupun dia cowo.

Setelah pengenalan wali kelas. Tidak lama, seorang guru lain pun datang. Di hari pertama, kami langsung belajar fisika. Gila. Abis liburan panjang, tiba-tiba disuruh mikir langsung berat tentang fisika. Ditambah otak belum bisa diajak kompromi. Dan sudah lama tidak melihat papan tulis yang penuh dengan tulisan, biasanya juga lihat handphone mulu selama liburan.

Sial.

Ga keliatan.

Tulisan di bagian ujung papan tulis.
Aku harus nanya siapa.

Aku pun tetap berusaha untuk melihat tulisan yang ada di ujung kiri papan tulis. Sembari melihat sekeliling, mungkin saja ada orang yang bisa ku Tanya. Lalu ada suara “kenapa? Ga keliatan?” aku reflek mencari sumber suara. Ternyata dari seorang lelaki yang duduk di serong kiri belakang ku.

“itu apa sih tulisannya?” ujar ku sambil menunjuk ke arah ujung papan tulis.

“oh itu, nih liat punya gue aja” aku pun menyalin catatan dari buku lelaki itu. Sembari mengingat, siapa namanya?. Aku tidak ingat.

Saat guru memulai sesi latihan untuk kami, sembari melatih otak supaya terbiasa berfikir lagi. Lelaki itu memanggilku.

“val… val..” aku pun menoleh ke arahnya.

“ya?”

“ini jawabannya bener ga sih? Yang no.1?”sembari menunjukkan hasil hitungnya.

“bener kok.., insyaallah ya. Takut salah juga gue. Hehe” aku tertawa kecil.

Sembari lelaki itu bertanya kepadaku. Guruku pun memanggil seseorang secara acak melalui absen kelas untuk menjawab pertanyaan tersebut di papan tulis. “dika… jawab nomor 1” lelaki itu langsung menoleh ke arah guru dan langsung maju ke depan untuk menjawab soal.

Sekarang aku tau. Dia yang bernama dika khalifah. Lelaki yang cukup tampan dan tinggi.

Sejak saat itu, aku jadi sering memperhatikan seorang yang bernama dika. Karena menurutku, dia bisa menjadi awal mula aku untuk berinteraksi dengan yang lain. Dan setidaknya aku telah menambah seorang teman lagi di kelas.

Esoknya, saat jam kosong. Aku melihatnya tetap di kelas disaat yang lain sudah berpergian entah kemana. Dan dia mengerjakan tugas matematika dengan beberapa temannya. Disitu ada isul, ridwan, dan sahabat ku ferdi. Padahal tugas itu di kumpul besok. Tapi mereka sangat ambisius. Aku salut.

Malam harinya, aku mengirim pesan kepada ferdi untuk bertanya mengenai tugas matematika yang aku kurang mengerti, namun ferdi sangat slow respon.

Akhirnya aku memutuskan untuk nekat bertanya kepada dika. Sebenarnya aku gaenak untuk langsung bertanya tugas. Tapi apa boleh buat. Dan tepat saja, dia sangat tanggap dan cepat membalas pesan ku. Dia pun memfoto hasil jawaban nya di soal yang aku tidak mengerti. Dan siapa sangka, chatt itu malah berlanjut. Walaupun membahas hal yang kurang penting. Dan menurut ku dika adalah orang yang asik.

Namun, saat di sekolah perilakunya membuatku bingung. Pendiam. Hanya bermain hp atau berkumpul dengan teman-temannya. Seperti bukan seseorang yang chattingan dengan ku semalam. Tapi mungkin itu hanya firasat ku, dia hanya belum bisa menunjukkan dirinya di kelas yang dipenuhi dengan anak-anak yang baru di kenal.

RODA - a distrust of love storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang