Besoknya di sekolah, aku mulai banyak bersosialisasi dengan anak-anak perempuan kelas ku. Awalnya aku hanya berkumpul dengan grace dan fani. aku melihat bina yang hanya duduk di bangkunya bermain handphone sendirian. Lalu aku mengajaknya untuk bergabung, dan tidak lama. Nadia selaku teman sebangku nya bina juga ikut bergabung. Kami bercanda bersama, berbincang berbagai hal.
Ditengah bercandaan kami Yang sangat random. Dan sekarang sedang membicarakan ‘jomblo’. Nadia membuat ku bingung dan penasaran akan suatu hal.
“bin.. lagi nunggu kepastian itu ya?” ujar nadia. Dan aku melihat bina yang senyum-senyum sendiri.
“itu kan.. yang di belakang?” ujar nadia lagi dengan nada meledek.
Membuat yang lain menengok ke arah yang di maksud nadia.Aku melihat disitu ada sekelompok anak laki-laki kelas ku yang berkumpul. Ada dika, ferdi, ridwan, isul, dapa, dan masih banyak lagi. Hanya saja aku merasa orang yang di maksud nadia adalah dika. Entahlah benar atau tidak. Mungkin hanya perasaanku.
Saat istirahat, nadia dan bina mengahampiri ku untuk mengajak ku ke kantin. Tapi aku menolaknya, karena masih ada catatan yang belum ku lengkapi. Lalu bina duduk di meja samping meja ku. Dan nadia di meja depan meja yang bina duduki.
“itu yaa.. yang di belakang? Yang botol biru.” Ujar nadia kepada bina.
Hm? Botol biru? Aku pun menoleh, melihat siapa yang ia maksud. Botol biru itu ada di atas meja dika. Jadi benar kan dika yang nadia maksud? Serius? Kenapa bisa?. Pikiran ku makin kacau dan bingung. Sebenarnya dika ini seperti apa? Apakah dia orang yang suka mempermain kan wanita? Mentang-mentang ganteng gitu?
Malam harinya, di grup kelas ada pemberitahuan bahwa harus membuat kelompok bahasa Indonesia 6 orang untuk satu kelompoknya. Saat aku sedang membaca grup kelas. Ada notifikasi.
“val..”
“sekelompok ya Indonesia”
“val..”
Itu pesan dari dika. Yang mengajak ku untuk sekelompok dengannya. Aku gatau sih kenapa aku? Ah. Mungkin karena aku adalah salah satu orang yang cukup dekat dengannya saat ini di kelas. Karena belum begitu akrab dengan yang lain.
“yaudah. Ferdi juga kan?” Tanya ku.
“iya. Sepaket gue sama ferdi mah”
“oke. Siapa lagi?”
“ajak fani, val..”
“yaudah gue Tanya fani dulu.”
Akhirnya dalam waktu singkat kami telah selesai untuk membentuk kelompok. Dan membuat grup. Yang berisikan aku, fani, grace, dika, ferdi, dan bisti.
Aneh, kenapa aku merasa senang saat dika mengirim pesan dan mengajak ku untuk sekelompok? Padahal dia bisa aja seperti itu ke siapa pun.
Aku hanya takut jika aku jatuh cinta. Aku takut!. Kenapa? Karena aku sangat sulit untuk bisa jatuh cinta kepada seseorang. Dan jika aku jatuh cinta, aku merasa takut. Iya takut. Takut jika aku merasakan jatuh cinta sepihak. Takut jika aku tidak bisa memilikinya. Banyak deh.
Malam harinya aku bercerita kepada sahabat-sahabat ku kelas 10. Termasuk ada ferdi di grup itu. Aku bercerita mengenai perasaan ku yang aneh. Namun, aku tidak memberi tahu siapa cowo yang aku maksud. Toh nanti mereka akan tau sendiri pasti. Dan mereka merespon ku juga agak aneh, karena aku bercerita seperti itu. Bahkan ferdi pun bilang “hah? Lo baper val?? Serius??”. Aku juga tidak tau
Besoknya aku tidak membawa motor ke sekolah dikarenakan kondisi badan ku yang kurang sehat. Dan aku bertanya ke ferdi apakah dia bisa mengantar ku pulang nanti. Dia menjawab tidak bisa, karena dia harus les. Dan ferdi memberi saran untuk aku pulang bersama dika saja. Rumah ku dan dika juga searah katanya. Karena aku tidak berani untuk bilang secara langsung ke dika, aku langsung mengirim pesan ke dika, yang entah dimana keberadaan dia saat ini.
Aku sedang berkumpul dengan fani dan grace di meja ke 3 dari depan di pojok kelas. Kami sedang bermain game bersama. Lagi seru-serunya. Sampai aku berteriak karena seru banget. Lalu aku melihat ada notifikasi yang muncul dari layar hp ku. Aku melihatnya. Pesan balasan dari dika. Tapi aku menghiraukannya dulu, dan tetap melanjutkan permainan.
Tidak lama, ada telepon yang masuk ke hp ku. Itu dari dika. Aku bingung, dan aku langsung menoleh ke sekitar kelas. Dan benar saja, dia sedang menatap ku dari arah serong belakang tempat kami bermain game. Saat aku menatapnya, dia langsung balik menatap ku dan langsung mematikan telfonnya. Aku pun langsung membalas pesannya.
Yeay..Aku.
Akan pulang
Bareng dika.
Selama jam pelajaran terakhir. Dika selalu bertanya “ke rumah lo ga sampe setengah jam kan?” “rumah lo daerah mana sih itu?” dan lain-lain. Sampai akhirnya, saat tepat bel pulang sekolah berbunyi.
“val.. lo pulang bareng gue aja ya” ujar ferdi yang masih duduk di tempatnya. Dan dika juga menatapku.
“oh.. yaudah.” Ujar ku. Dan dika langsug pergi keluar kelas.
Saat di jalan, ferdi pun menjelaskan mengapa aku jadi pulang bersama nya. Karena dia tidak jadi les hari ini, baru dikasih tau oleh guru lesnya. Dan ternyata di hari itu dika juga ada les. Makanya mungkin karena itu dika bertanya terus kepadaku tentang rumah ku selama jam pelajaran terakhir.
Dan saat di perjalanan ferdi membahas tentang aku yang bercerita semalam. “val.. lo kenapa semalem? Lo baper sm siapa?”Tanya ferdi. Dan aku bingung mau menjawab bagaimana.
“ah… gapapa kok. Gatau sama siapa”.ujar ku.
“hmm.., oh iya. Akhir-akhir ini dika agak sering ngomongin lo”
“hah? Ngomongin gue?” aku kaget. Serius. Tapi aku senang.
“iya”
“ngomongin apa??” aku bersemangat.
“ya biasa aja sih. Masih sewajarnya juga”
“ya apa ajaaa?”
“kayak rumah lu dimana, gitu-gitu doing. Ga aneh-aneh sih nanya nya. cuma ya gue sebagai temennya merasa aneh aja.”
“ohh… dia cerita ttg apa aja emng ke lo selain tentang gue?”
“banyak lah.., apalagi kalo tentang mantannya. Udah hatam banget gue kayaknya”
“mantannya? Siapa?”
“feby.”
“ah gatau. kok ngomongin mantan?”
“iyaa.. gatau tuh. Dia gasuka banget kayaknya sama mantannya. Semua yang dia omongin tentang mantannya gaada yang positif kayaknya. Negatif semua”
“ohh”
“oh iya. Jadi orang yang buat lo baper itu dika?”
“hm..” Gumam ku yang mengisyaratkan 'iya'
“gue saranin. Jangan baper ke dia. Dan dia juga punya pendirian yang kuat, dia gamau pacaran sampe dapet ptn.”
“ya emang lo pikir gue pacaran?” ujar ku. fyi, aku ga pernah pacaran.
“ngga sih. Smuanya aja lo tolak kan? Hahaha…, tapi ya tetep gue Cuma ingetin, lo jangan baper ke dia val”
“hm..”
Aku hanya bisa diam, dan aku berfikir. Emangnya kenapa? Kenapa aku gaboleh ada perasaan ke dika? Apalagi temen deketnya sendiri yang bilang? Apa karena dika memang suka mempermainkan perasaan perempuan? Dan ferdi mengingatkan ku dengan cara seperti itu supaya tidak menjelek-jelek kan dika?
KAMU SEDANG MEMBACA
RODA - a distrust of love story
Teen Fictionhidup itu seperti roda yang berputar. terkadang kita di bawah dan terkadang kita berada di atas. kita juga tidak tau berapa lama kita akan di atas dan berapa lama kita di bawah. tergantung kecepatan roda itu berputar. tergantung pengayuh roda terseb...