part 4

41 14 2
                                    

Aku mencoba untuk tidak dekat dengan dika. Selagi masih awal kenal. Mau kenal yang biasa-biasa juga. Bukan memiliki gejolak rasa terhadapnya.

Sudah beberapa hari sejak terakhir kali aku dan dika saling berkirim pesan. Dan saat aku merasa bosan, aku mengirim dika pesan. Sebenernya tidak hanya ke dika, aku juga mengirim pesan kepada teman-teman ku. Dengan alasan ‘aku bosan’ lagi. Dan kalian tau dia menjawab apa? Dia memberikan ku solusi agar aku tidak bosan. Dengan solusi yang aneh-aneh. “jungkir balik sana”  “kopral” “kayang” “makan batu” “tidur”. Dan yang terakhir, dia bilang

“lo kenapa gangguin gue ? Gangguin yang lain aja kenapa sih.” Okeh. Aku bingung harus apa. Rasanya sakit tapi ga berdarah. Serius.

Besoknya di sekolah. Aku melihat fani dan dika dekat. Ya memang meja mereka sebelahan juga sih, jadi wajar aja. Lagipula pasti bukan hanya aku yang ingin memiliki teman dekat di kelas. Saat jam pelajaran pun dika sering memperhatikan fani ketika aku tidak sengaja melihat kearahnya. saat istirahat aku ke kantin dengan fani, dan dia membuka hp nya ternyata ada pesan dari dika.

belajar, jangan main hp mulu”

“perhatiin itu gurunya.”

Pesannya dikirim tepat saat jam pelajaran berlangsung tadi. Namun fani tidak melihatnya, dan baru dibuka saat di kantin

Fani hanya membaca dan mengabaikan pesan itu. Tapi, serius. Kok rasanya sakit ya? Ke temen deket aku pula dika kayak gitu. Padahal aku juga tidak seharusnya sakit. Aku juga udah biasa aja kok ke dika.

Lalu aku bercerita kepada fani, belum sempat aku menyebutkan nama dika. Dia sudah menebaknya “dika kan? Iya ga sih? Ketebak kok” ujar fani yang membuatku bingung. Dan membuat wajahku aneh. “tenang. Gue gaakan ngerebut dika. Lagi pula gue udah ada rizky.” Ujar fani lagi.

“gue ga suka kok sama dika” Ujar ku.

“yakin? Kalo ga suka gue rebut nih, gue kan jomblo. Sama rizky aja belum ada status apapun. Hehe”

“jangan…”

“bercanda..”

Sabtu pagi aku lari bersama sahabat-sahabat ku, sekaligus untuk menghilangkan penat ku tentang sekolah. Dan tentang dika. Sekalian Aku bercerita kepada ferdi menganai dika dan fani. Dan ferdi pun bingung, karena akhir-akhir ini dika juga sering membicarakan fani. Hanya saja ferdi kurang menanggapi, karena ferdi sendiri tidak dekat dengan fani.

kan udah gue bilang. Lo jangan baper ke dika” ujar ferdi saat lagi pemanasan, sembari menunggu yang lain datang.

gue sendiri aja gatau” Ujar ku.

“oiya, lu mau tau orang yang disuka dika kayak gimana?”

“gimana?” Tanyaku penasaran.

“dia suka sama orang yang malu-malu gitu.” Ujar ferdi serius

“serius? Gue kan gabisa diem. Lo tau gue kan gimana?”

“tau banget lah, kapan sih bisa diem. Malu-maluin iya elu mah”

“fix gue gaakan bisa ini sih. Lagipula gue gamungkin merubah sikap Cuma gara-gara cowo”

“nah, bagus”

Tidak lama kemudian fadhil, dan fian pun tiba. Yang lain tidak bisa dihubungi, dan akhirnya kami lari ber empat saja di sekitaran tanah lapang yang berada dekat kolam renang yang tidak jauh dari sekolah kami. Karena itu adalah tempat paling strategis untuk berlari bagi kami yang rumahnya bisa dibilang jauh satu sama lain. Dan luas.

RODA - a distrust of love storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang