sabtu malam pun tiba, aku merasa bosan hanya di rumah. Hm.. malam minggu ya? Aku juga tidak pernah keluar. Males juga. Macet dimana-mana. Aku pun nekat untuk mengirim pesan ke dika, dengan alasan bahwa aku bosan. Lalu dia menanyaiku “kenapa lo ga ke acara music bareng sahabat-sahabat lo?” oh iya, aku lupa memberi tau. Jadi, dika ini temennya sahabat-sahabat aku sejak kelas 10 juga. Tapi hanya aku yang baru mengenalnya saat kelas 12. Itu juga karena sekelas.
“gue gaboleh deh kayaknya sama nyokap gue. Kalaupun boleh, pasti gabisa sampe malem banget. Nanti pas lagi seru-serunya malah disuruh pulang kan gaenak. Lagipula gada tebengan buat kesana” jawab ku.
“halah. Udah kelas 12 juga. Masih aja. Kalo tebengan mah gua yakin ada aja, lo nya aj gabilang”
“ya gimana ya. Gue mah anak baik-baik”
“justru kalau anak baik-baik bakalan dibolehin, karena lo di percaya.”
“iyain.” Ujar ku singkat
“oh iya… btw, kalo lo diajak nonton sama temen lo. Boleh kan?”
“boleh aja si. Tapi ya… itu..”
“apa? Tebengan?”
“iya”
“santai itu mah. Rumah lo dimana sih? Gini deh, senin pulang bareng bisa ga?”
“ha? senin? Insyaallah ya”
“iya.. kan kalau gue tau rumah lo. nanti lo bisa nebeng sama gue kalau ga bawa motor”
“hmm.. iya”
“oke”
Oke. Sekarang. Aku mulai senyum-senyum tipis sendiri sembari chattingan dengan dika. Bahkan, membuat ku membaca ulang chattingan itu terus. Oh tuhan. Smoga aku ga suka sama dia. Aku sudah kelas 12. Dan dia teman sekelasku, aku gamau suka sama teman sekelas.
Hari senin pun tiba. Aku gak bawa motor hari ini. Aku dan dika sama sekali tidak ada obrolan di kelas. Bahkan sikap dia benar-benar beda dari saat di chatt, menurutku. Sampai-sampai aku beranggapan bahwa dia memiliki kepribadian ganda.
'Kring..' bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku membereskan semua buku dan peralatan ku dan bersiap untuk pulang. Aku melihat sekeliling kelas.
‘eh..’
‘udah gaada?’
Yap. Tepat. Dika sudah tidak ada di dalam kelas. Aku gatau kapan dia keluar kelas. Padahal di dalam kelas masih banyak yang membereskan barang-barangnya. Aku langsung bergegas keluar dari kelas. Dan kalian tau apa yang kulihat? Dia sudah mengendarai motornya di lapangan parkir yang dapat kulihat dari depan kelas.
Gila.Seriusan. Dia kenapa?
Dia beneran punya kepribadian ganda ya?Muncul berbagai pertanyaan di kepalaku tentang dia. Membuat ku bingung akan sikapnya. Dan membuat ku penasaran. Tapi dia sungguh sangat menjengkelkan.
Ya mungkin memang salah ku yang tidak memberi kepastian aku pulang bareng dia atau nggak. Tapi dia juga ga nanya!.
Aku hanya bediam di depan kelas. Dan aku langsung menelpon papa ku untuk menjemput. Untunglah dia bisa menjemputku. Aku hanya bisa diam, dengan perasaan kesal yang membingungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RODA - a distrust of love story
Teen Fictionhidup itu seperti roda yang berputar. terkadang kita di bawah dan terkadang kita berada di atas. kita juga tidak tau berapa lama kita akan di atas dan berapa lama kita di bawah. tergantung kecepatan roda itu berputar. tergantung pengayuh roda terseb...