Part 6

16 6 0
                                    

Hari ini, aku menyempatkan untuk hadir berkumpul dengan eskul ku. Karena sejak kelas 12 aku benar-benar jarang sekali datang ke eskul. Dan aku sangat kangen dengan smua teman-teman ku di eskul. Semuanya asik-asik.

Walaupun kurang dekat dengan mereka jika di luar eskul. Tapi, kalau lagi ngumpul bareng di eskul kita bener-bener dekat. Dengan keseruan Bersama yang kita ciptakan.

lah.. elo val. Akhirnya ngumpul lagi lo” ujar bila, salah satu anggota eskul ku.

iya nih.. lagi nyuri waktu buat kesini. Soalnya kan gue udah ga dibolehin dateng ke eskul sama orang tua gue bil.” Jawab ku.

Kami pun berbincang Panjang. Seperti mengingat masa lalu, masa awal-awal kenal. Masa-masa baru masuk SMA. Masa-masa kita latihan bareng. Banyak deh.

oiya val…, waktu itu lo pulang bareng dika ya?” tanya bila mendadak

“hm? Iya…” jawab ku kaget sekaligus bingung.

kenapa emang bil?”

“lo sama dika gada apa-apa kan?”

“ha?? Ngga ada” ujarku yang semakin bingung.

jadi, pas waktu lo pulang bareng sama dika. Ada anak ips temen gue, moto lo sama dia goncengan. Trus tiba-tiba dia nanya ke gue. “bila.. ini anak eskul lo kan?” nunjukin foto. Trus gua jawab “valvenia? Iya.. dia anak eskul gue. Kenapa?”. Trus kata dia “dia ada apa sama dika?” ya gua kan tau lo gimana ya val… jd gue jawab aja “valen mah asik ya.. di mah main juga sama siapa aja. palingan di mah nebeng gara-gara dia lagi sakit kalo ga motornya lagi ga jelas.” . makanya sekarang gue mastiin ke lo val.” Ujar bila yang memastikan.

“ohh gitu…. Ngga kok. Gue gada apa-apa. Iyaa.. pas itu gue lagi sakit. Makanya ga bawa motor”
Akupun semakin bingung.

Ada apalagi ini? Di foto segala pula. Aku tidak ada apa-apa dengan dika saja sudah seperti ini. bagaimana jika aku dan dika ada apa-apa?. Mungkin aku akan di santet. Haha. Lagipula, siapa orang yang menyempatkan diri untuk mengurusi orang lain ini, ngurusin aku pula.

Sejak nabila menceritakan hal tersebut, setiap kali aku pulang sekolah mengendarai motor melewati depan gedung IPS. Aku selalu merasa agak terusik. Walaupun aku yakin itu hanya firasat ku. Semakin lama, aku semakin tidak peduli dan acuh terhadap hal itu. Karena memang bukan urusan ku dan bukan kepentingan ku. Jadi untuk apa menanggapi hal yang tidak menguntungkan ku.

Tapi, benar saja. Aku merasa semakin dekat dengan dika. Terutama saat di chatt. Atau saat di luar sekolah. Aku tidak tahu harus apa. Lebih baik mundur sebelum terlambat atau mengikuti arus saja walaupun tidak tau jurang seperti apa yang akan aku temui di akhir.

Semakin lama, aku hampir setiap hari berkirim pesan dengan dika. Sampai suatu saat, aplikasi yang aku gunakan untuk chatt dengan dika error. Tapi anehnya, hanya chatt ke dika yang error di aplikasi ku. Aku mengirimnya pesan. Tapi, pesan dika tidak sampai ke akun ku.

Yang akhirnya dika membalas lewat direct messege di Instagram. Dan malah lanjut lewat direct messege selama beberapa hari. Sampai akhirnya aku mengetahui satu hal lagi. Dika pernah menjadi model sewaktu di kelas 8 SMP. Hanya saja, foto itu merupakan aib baginya. Dan membuatku semakin penasaran.

mau liat woi…” ujar ku.

GAAA… GABOLEH. JIJIK.” Ujarnya

Percakapan yang terus berlanjut, dan permintaan ku tidak membuahkan hasil. Dika tetap tidak akan memberitahu foto saat dia masih kelas 8 itu. Mungkin memang aneh. Aku sangat percaya itu. Hanya saja, sungguh tidak berguna dika memberitahu bahwa dia pernah menjadi model tapi tidak mau memberitahu foto nya.

eh val. Lo kalo gabut ngapain deh?” tanya dika tbtb.

kenapa deh?”

“gapapa. Gue gabut gaada ide”

“hmm.. belajar. Main game. Ngedit. Mikirin doi. Dan lain-lain” ujar ku

yaelah kayak punya doi aja lo”

“hmm.. gaada sih”

“emang penting banget ya punya doi?”

“ngga.” Jawab ku singkat.

“bagus. Kalo gue sih PTN no. 1 DOI no. 2. Oiya, emang lo pernah punya pengalaman pacaran?” tanya dika.

Gue gapernah pacaran”

“yaudah. Kalo begitu jangan pacarana dulu. Lagian lo masih kecil”

Chatt pun berlanjut. Dimulai dika yang lebih menganggap bahwa dia lebih tua dariku. Padahal hanya beda beberapa hari ulang tahunnya. Dan masih terus berlanjut ngomongin tentang gebetan, pacaran, dan lain-lain. Menurut pendapat kita dan sudut pandang masing-masing

sumpah deh.. sampai sekarang ada satu hal yang gue sesalin.” Ujar dika.

Dan dika pun menjelaskan tentang apa yang membuat dia menyesal. Dia menceritakan pula tentang mantannya saat SMA, mantannya saat SMP. Penyebab mereka bisa putus. Dan apa dampaknya setelah mereka bisa putus. Bisa dijadiiin materi sejarah 1 bab deh ini mah.

Esoknya, keadaan kelas sangat tumben tidak ada guru yang masuk sejak jam pelajaran pertama hingga jam ke 5. Hampir seharian gaada guru. Hanya saja, guru jam pelajaran terakhir datang tiba-tiba. Guru yang sangat rajin. Dan aku melihat dika dan anak cowo lainnya sedang tidur di baris belakang meja. Akupun membangunkan mereka semua, karena sudah ada guru. termasuk membangunkan dika.

Bahkan saat dika kembali ke bangku nya dia masih dengan muka ngantuk. Dan tatapan kosong, alias bego. Aku melihat dika, dan tanpa sengaja aku melihat dika yang sedang melihat ku, dan aku langsung memperhatikan guru ku kembali yang sedang berbicara di depan.

Saat guru ku keliling sambil bicara, dia melihat dika yang sedang diam dengan tatapan ke satu arah. Guru ku pun mencoba melihat kearah mana dika melihat.

mas… ngeliatin apa? Ngeliatin montero? Ngeliatin cowo mas?” Montero duduk tepat di sejajar ku.

Bangku ku dan dika sangat jauh. Aku di dekat tembok kanan kelas. Dan dika di tembok kiri kelas. Sedangkan Montero duduk hampir sejajar dengan ku. Sehingga guru mengira dika melihat Montero. Dan membuat teman sekelas tertawa.

Sorenya, dika pun mengirim pesan “eh. Emang tadi pas gue ketiduran, lo bangunin gue?” tanya dika.

iya. Emang kenapa?”

“yakin?”

“iyaa” ujar ku.

“gue ya.. kalo udah tidur digangguin pasti bangun. Lu yakin bangunin gue?” tanya nya lagi.

“iyaa gue bangunin. Kenapa si?”

“pesan dari gue. Lo bangunin orang ga mempan. Tadi gue bangun gara-gara yamin yak. harusnya Lu tendangin kek, pukul kek.”

“iya ntar gue pukul. Kalo lo tidur lagi” jawab ku

“selaw. Gue gaakan tidur di kelas lagi.”

“kenapa?” tanya ku.

“leher gue sakit.”

Dan seperti biasa, aku dan dika melanjutkan chatt itu, dengan topik seputar tidur di kelas sampai menjalar kemana-mana. Biasa lah seperti itu. Dan aku merasa kami benar-benar semakin rutin mengirim pesan.

RODA - a distrust of love storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang