Saat di kelas, aku bercanda dengan isul dan dika. Bercanda akan apapun, sampai hal yang membuat aku mengeluarkan nada tinggi karena kesal. Dan saat aku marah, isul dan dika malah menjadi-jadi untuk meledek ku.
Mereka meledek karena gigiku terlihat seperti gigi taring semua. Padahal tidak. Memang tidak rata permukaan gigiku, namun, bukan berarti isinya taring semua. Sejak SD ada saja yang seperti ini, meledek gigiku. Yang ku bingung, kenapa mereka pada rajin sih ngeliatin gigiku.
Saat solat dengan beberapa teman perempuan teman kelas ku, aku pun bertanya kepada mereka mengenai gigiku. Apakah aneh, dan terlihat seperti taring semua. Lalu nadia menjawab “ngga kok. Biasa aja” ujar nadia.
“tuh kan. Gak kenapa-kenapa kan gigi gue? Emang tuh si dika sm isul.” Jawab ku.
“oh.. jadi tadi itu gara-gara gigi lo?” tanya nadia
“iya… gadanta banget emang” jawab ku.
“tuh bin.. “ ujar nadia sembari melirik bina. Dan bina hanya senyum-senyum sendiri.
Akupun terdiam. Dan mengingat kembali kejadian sebelumnya. Ternyata sampai sekarang masih seperti ini. Dan tidak lama kami kembali ke kelas. Aku pun masih tetap menghiraukan apa maksud tersirat nadia tersebut.
Di kelas aku hanya terdiam, dan tidak banyak tingkah. Namun, isul tetap menghampiri ku untuk sekedar mengejekku. Aku ga ngerti dengan kehidupannya. Kenapa kurang kerjaan banget.
Malam harinya, dika pun mengirim pesan “val..”
“kenapa? “ tanya ku
“begadang lah malem ini”
“gabut lo ya?”
“agak”
“uww.. kacian” jawab ku meledek.
“eh. Jangan tidur malem-malem ya val.”
“jangan tidur malem-malem tapi tadi ngajakin begadang.”
“lo aja. Gue mah tetep begadang” ujar dika.
Aku yakin kalian yang baca ga ngerti. Aku juga ga ngerti apa maksud dika. Ga jelas. Dika memang orang yang benar-benar aneh dan sulit di tebak. Orang yang tidak konsisten pula.
Besoknya, saat dikelas. Entah ada apa. Tiba-tiba dika meminjam hp ku. Dan langsung membuka aplikasi LINE. Aplikasi yang ku gunakan untuk berkirim pesan. Hanya saja, aplikasi tersebut aku password dan dika jadi tidak bisa membukanya.
“ini apa?” tanya dika. Sambil menunjukkan layar hp ku yang sedang di pegang oleh dika.
“gue gamau ngasih tau. Cari tau aja sendiri kalo bisa” ujar ku.
Tidak lama dika pun mengembalikan hp ku yang dari tadi dia pegang, tanpa ku tau apa yang dia lihat dan apa yang dia lakukan. Aku tidak berfikir yang aneh-aneh juga. Lagipula tidak ada sesuatu yang rahasia di hp ku.
Selama beberapa hari dika terus-menerus meminjam hp ku. Dengan berbagai alasan. Akupun meminjamkan hp ku, karena yang kulihat memang dika hanya bermain game atau menggambar di hp ku, karena hp ku ada stylusnya yang membuat sangat nyaman untuk menggambar disitu.
dika masih saja meminjam hp ku dengan alasan “mau main game”. Namun, saat aku melihatnya. Dika sangat serius memainkan hp ku, entahlah dika benar-benar bermain game atau tidak.
Aku pun lebih sering melihat kearah dika, Karena hp ku sedang di pegang oleh dika. Anehnya, saat temannya hanya duduk di samping dika. Dia malah menutupi layar hp ku dari sudut pandang temannya tersebut. Terlhat aneh. Namun aku tidak memperdulikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RODA - a distrust of love story
Teen Fictionhidup itu seperti roda yang berputar. terkadang kita di bawah dan terkadang kita berada di atas. kita juga tidak tau berapa lama kita akan di atas dan berapa lama kita di bawah. tergantung kecepatan roda itu berputar. tergantung pengayuh roda terseb...