sen.Two

25 11 18
                                    


05.46

Aku berlari kecil atau melakukan gerakan sehat berupa lari jogging yang biasa aku lakukan bersama Ibuku. Tapi kini, Wendy yang mengganti posisinya. Suasana redup seperti ini sangat menyejukkan karena udara masih dingin dan transportasi belum ada yang beroperasi. Didaerah apartementku, ada sisi bagian halaman yang digunakan untuk melakukan olahraga, bahkan disediakan sebuah gym kecil-kecilan dan mayoritas yang menggunakan gym itu adalah pria yang berbadan besar dan wanita yang berlengan kekar. Aku bukanlah termasuk. Aku termasuk tubuh tidak ideal, tidak berisi. Karena aku pecinta olahraga basket sehingga aku mempunyai tubuh sedikit tinggi. Wendy termasuk tipe perempuan tinggi, dan tinggi kami hampir sebanding hanya berbeda seinchi.

"Jennie, botol minummu mana?" tanya Wendy, aku menyodorkan botol minumku kearahnya dan dia merebutnya.

Aku menghela nafas lelah, "Ayo kembali ke apartement." ajakku, Wendy mengerang saat dia menelan air dari botolku.

"Tersisa 2 putaran lagi! Ayo kita selesaikan, sehabis itu kita makan." ujarnya, aku memutar kedua bola mataku pusing.

Akhirnya, kami memutari taman apartement sebanyak 2 kali. Taman ini tidak kecil. Sehingga aku benar-benar lelah dan ingin mendinginkan badanku. Aku menarik Wendy kearah dalam dan menuju lift.

"Ya! Jimin-nie kenapa kau disini?!"

Aku menoleh saat memencet angka lantai letak kamarku, mendapati seorang laki-laki disebelah Wendy dengan senyum lebar. "Aku mengunjungi kamar temanku. Kau sendiri sedang apa disini?" tanyanya kembali, aku hanya diam mendengar konversasi mereka.

"Aku baru saja selesai melakukan olahraga pagi. Kau harus mencobanya setiap hari sabtu atau minggu." katanya,

"Kau tinggal disini juga?"

"Ah-tidak. Aku menginap dikamar temanku," dia menunjuk kearahku, lalu tatapan laki-laki ramah itu terjatuh kepadaku, aku pun tersenyum. "Oh,"

"Kenalkan, ini Jennie," Wendy menarik tanganku kehadapannya, dia tersenyum kearahku. "Jennie." ucapku memperkenalkan diri secara singkat.

Dia menjabat tanganku dengan lembut, tangannya dingin. "Jimin." ucapnya dengan suara rendah. Aku memanggut. "Senang bertemu denganmu."

"Sama-sama."

Ting!

Suara dentingan lift berbunyi yang menandakan kalau sudah sampai tujuan. Aku menatap monitor kecil diatas dan benar, berangka 3. Pintu pun secara otomatis terbuka, dan Wendy keluar terlebih dahulu.

"Sampai ketemu dilain hari." ujarku mengucapkan kata perpisahan, dia tersenyum lebar. "Sampai ketemu. Jennie."

Aku mengikuti langkah Wendy yang tidak lagi tertampak dan berlari mengejarnya. Didalam, aku langsung mengambrukkan kasur dan menghela nafas lega karena dikamarku dingin, sehingga aku merasa lebih lega dan nyaman. Wendy keluar dari ruang makan dan melempar beberapa makanan ringan, buah-buahan dan minuman dingin. Aku langsung merebut air mineral dan meneguknya segera. Air itu menghilangkan haus bandel ditenggorokkanku, aku merasa lebih lega.

"Percuma, kalau kau berolahraga sampai 20 putaran tapi ujung-ujungnya kau melahap makanan ringan." kritikku, dia menatapku dengan sinis dengan pipinya yang bergerak. "Aku akan melakukan 50 putaran diminggu depannya." ujarnya.

Aku mengerutkan keningku dan tersenyum mengejek, "Tidak mungkin kau sanggup. Tidak ingat? Tadi saat putaran ke 2 kau terjatuh dan kau bilang 'Aku lelah, kakiku ingin buntung.' Seperti anak kecil saja, manja!" ejekku, dia memanyunkan bibirnya sebal. Aku terus menganggunya selagi menyemil makanan ringan.

-kth.sentencesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang