sen.Three

26 10 11
                                    

"Biar aku yang membawanya."

Aku mengangkat daguku dengan cepat dan mengira kalau dia adalah pencuri. Aku pun menarik keranjangnya dan menghalangi Nenek berada dibelakangku. "Apa?" suaranya sangat berat, bahkan lebih berat dari keranjang dan plastik ini semua. Aku mengerutkan keningku curiga,

"Siapa kau?" tanyaku, dengan nada judes. "Yang seharusnya bertanya "Siapa" itu aku, bukan kau. Siapa kau?"

Aku memutar kedua bola mataku. Berfikir orang ini menghabiskan waktuku hanya bermain-main. "Nenek jalan duluan, saja. Aku akan menyusul." ucapku, namun Nenek menolak memberiku tatapan bingung. "Untuk apa?"

"Orang ini akan mencuri barang-barang Nenek, ayolah."

"Hey, apa yang kau bicarakan pada Nenekku?"

Mataku terbelalak terkejut mendengar ucapan itu. Aku menatapnya bingung dan 1000% curiga. Apa, Neneknya? Apakah ini hanya sandiwaranya? Tapi mengapa wajah Nenek juga tidak terlihat ketakutan? Justru aku yang ketakutan dan panik. "Jangan membodohiku, aku bukan anak kecil. Dibelakangku ada orang tua jadi, aku memohon untuk menjauh dari kami." tegasku.

Dahi laki-laki didepanku ini mengkerut, "Kau berbicara apasih?"

"Kau masih mau bermain-main? Pergilah ke taman disana! Jangan menambah beban kami! Sekalinya kau menyusahi para perempuan, akan habis kau!" ancamku. Tiba-tiba aku dikejutkan karena tawanya yang mengakak. Suaranya menge-bass dan tipe suaranya sangat dalam.

"Kau perempuan aneh!" hinanya masih tertawa.

"Hey, Kim Taehyung! Jaga mulutmu, Anak Kecil!" Nenek membuka suara dan aku menahan tawa mendengarnya. Sepertinya benar, laki-laki didepanku ini ada hubungannya dengan Nenek. "Kau kenal dengan dia?" tanyaku

"Dia cucuku.  Maaf karena sikapnya yang memang seperti anak kecil,---"

"Sudah-sudah, berikan." tukasnya merebut barang bawaan, terutama yang terberat. Dia berjalan mendahului kami. Aku mengerjar laki-laki itu dan menarik keranjang tersebut tapi genggamannya lebih erat dibanding genggamanku. Aku menatapnya sarkas, "Lepaskan. Atau, aku akan berteriak?" ancamku. Dia mengerutkan keningnya sambil mendecih sombong.

"Lakukan kalau kau berani."

Aku mengangguk. Lalu menarik nafas. Menghitung dalam hati, dan menyiapkan mental maupun suara.

1...

2...

3...

"TOLONG!!! ADA PENCURI MEREBUT BARANG BELANJAAN!!!!" Aku bisa merasakan orang-orang disekitar berhenti berjalan dan menatap laki-laki didepanku ini dengan tatapan ingin menerkam. Apalagi segerombolan bapak-bapak yang mulai berjalan kesini. Aku bisa melihat wajahnya yang mendadak panik, aku disini tertawa puas.

"Hey-hey-hey! Apa-apaan ini?!" serunya, aku memilih diam menikmati penderitaannya. Tiba-tiba, "Apa yang kau lakukan, huh? Menjauhlah darinya." tegas pria berjas satu ini, dia menatapnya dengan sadis.

"Kembalikan barang itu."

"Apa-apaan? Ini barang bawaan nenekku, lihatlah kebelakang. Kalian salah mengira, pencuri sebenarnya itu adalah dia." laki-laki ini menunjuk kearahku dengan songong. Aku membulatkan mata terkejut, kini giliran aku diberi tatapan harimau. Dia tersenyum kecil menatapku pula. "K-kalian salah! Aku membantu membawa barang-barang ini, serius!"

"Sudahlah. Tidak usah membohongi kami. Sepandai-pandainya tupai melompat, tetap akan terjatuh. Kini kau terjatuh." ujar salah seorang bapak-bapak berperut buncit. Kini aku panik harus apa, tidak mungkin kan kalau aku berlari. Malah mereka makin percaya kalau aku disangka pencuri. "2 anak muda ini membantuku. Tidak ada yang salah." Nenek tiba berjalan lemah sambil menepuk pundakku.

-kth.sentencesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang