"Jennie-ah, sudah tidak usah hiraukan pesan bodoh itu!" teriak Wendy dengan kesal. Aku hanya melirik dan kembali ke layar melanjutkan konversasi.
Jennie :
Seperti biasa, aku melanjutkan buku gemuk.
Jimin :
Oh, buku gemuk? Maksudmu..?
Jennie :
Buku skripsi, maksudku.
Jimin :
Ooh. Hahah baiklah. Aku sepertinya benar-benar menganggumu, ya? Aku minta maaf..
Jennie :
Tidak apa-apa, setelah mengetahui kalau pesan ini darimu, semuanya baik-baik saja.
Jimin :
Hahaha
Jennie is typing...
Omong-omong-----
"YAAK! JENNIE-AH!"
"Apasih!? Kau meneriaki beberapa kali, oke?" dumelku, menatapnya sebal. Suaranya yang cempreng itu selalu membuat orang kesal mendengarnya, sampai-sampai gendang telingaku hampir pecah.
"Kerjakan tugasmu, Bodoh! Deadline sudah didepan mata!"
Aku menggeram dan memutar kedua bola mataku lalu menaruh ponselku diatas meja rias. Dan melanjutkan tugas yang selalu menghantuiku tiap malamnya.
•••
Tangan kami saling bertautan mesra. Jari ku dan jari kurusnya saling bermain, bibir kami terbuka lebar dan mengeluarkan tawa juga lelucon. Diatas kami adalah langit biru disertai awan putih suci dan burung-burung turut meramaikan suasana. Gemercik dedaunan membuatku geli senang mendengarnya.
Angin disiang hari, sangat menenangkan suasana hatiku. Ditemani laki-laki berhidung mancung yang sedang merebahkan diri diatas rumput-rumput hijau.
"Aku sangat senang mengenalmu." ucap suara beratnya, membuatku merinding. 4 kata terdengar biasa saja tapi mengandung sejuta makna kata. Aku mengulas senyuman. "Aku juga."
Lalu dia menatapku untuk beberapa detik, sangat dalam. Dan menatap jari jemari kami yang saling bermain dan bertautan. Aku bisa melihat sebuah kebahagiaan dibibir tipisnya. "Dan aku tidak pernah menyangka, kalau aku bisa mengenalmu."
Aku tertawa geli mendengarnya, "Itu adalah takdir. Kau mau tidak mengenalku?" tanyaku, dia memberiku senyuman kecil. "Ya, tentu saja tidak."
Lalu suasana kembali hening. Angin ini yang membelai lembut kulitku dan juga rambutku. Tapi bibir ini terus membentuk bulan sabit, tidak berkenan untuk melunturkan.
"Apakah kita mempunyai suatu tali hubungan?"
Kata-kata itu membuatku menengok kearahnya. Wajahnya sangat cerah, terkena cahaya siluet matahari. Matanya menatap lurus kearah langit luas. Pipinya terlihat halus, bahkan rambut lurusnya yang gatal sekali ingin aku mainkan dengan gemas.
Oh, Tuhan. Adakah orang yang berani melukai laki-laki ini?
Dia begitu sempurna.
"Aku tidak tahu."
Dia menghela nafas sambil memejamkan mata. Wajahnya sangat damai, tidak ada beban dari aura tampannya. "Aku tahu."
"Bagaimana kalau,"
Dia menjeda kata-katanya dan membuka kelopak matanya perlahan. Aku menatapnya. "Kita membuat suatu organisasi, berisikan 2 orang?"
Aku tersenyum geli, "Organisasi macam apa itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
-kth.sentences
Random° Lalu, kau menyukainya karena dia adalah orang yang bijak dalam kata-kata? Kenapa kau tidak menikahi seorang penceramah saja? °