Regretful [7]

6.7K 417 18
                                    

Detik jarum jam yang terus berputar seiring berjalannya waktu. Suara gelak tawa, langkah berkejaran, rengekan tidak terima tidak membuat fokus gadis yang tengah duduk di sudut ruangan itu pecah. Jemarinya masih asyik menggoreskan tinta pada buku bergaris. Bahkan, ketika seeorang dengan napas putus-putus menduduki bangku kosong di sampingnya, dia tidak tertarik melirik barang sedetik pun.

Suara geplakan sekeras sabetan sabuk dan desis mengaduh seseorang di sampingnya justru membuat gadis tersebut menyumpalkan earphone di kedua telinganya. Meski samar-samar percakapan kedunya masih dapat dia dengar.

"Balikin nggak?"

"Apa sih?"

"Punya gue itu. Balikin buruan."

"Buat gue aja sih."

"Nggak! Enak aja. Balikin sini, Bar!"

Rengekkan itu kembali terdengar dan tawa laki-laki di sampingnya memenuhi ruangan. Entah berapa lama waktu yang mereka habiskan untuk bergurau, yang jelas gadis itu berhasil menyelesaikan 3 soal algoritma.

Gadis itu, Zevila, menolehkan kepala ketika earphone sebelah kiri dirampas oleh laki-laki yang duduk di sampingnya. Tetapi, fokusnya buyar hanya selama 3 detik sebab pada detik keempat Zevila kembali berkutat dengan soal Matematika yang harus diselesaikan 15 menit lagi.

"Ze?"

Zevila hanya berdeham. Barra merebahkan kepala ke meja. Matanya dengan jelalatan menjelajahi wajah ayu gadis itu. Alisnya tebal, anak rambutnya lebat, bulu matanya lentik, ada tahi lalat di sudut alis sebelah kanan, hidungnya mancung, bibirnya tipis berwarna kemerahan. Untuk waktu yang sangat lama, mata Barra berhenti di sana.

"Ze, kamu udah punya pacar?"

Gerakan tangan Zevila yang sedang membubuhkan tinta spontan terhenti. Gadis itu melirik Barra sekilas dengan kening mengerut.

"Kenapa?"

"Nggak papa. Mau tahu aja."

"Belum."

Tanpa sadar, helaan napasnya mengiri rasa lega sebab sebelumnya dada Barra seperti tertindih beban berat. Menurut informasi yang beredar, ada kakak kelas yang menaruh rasa suka pada Zevila. Tetapi, sampai saat ini tidak ada informasi apakah keduanya sedang terlibat urusan romansa atau tidak. Meski beberapa kali Barra sempat melihat Zevila pulang bersama dengan kakak kelas itu.

"Ze, kamu mau nggak pacaran sama aku?"

"Enggak." Zevila menjawab di detik yang sama ketika pertanyaan Barra terucapkan.

"Kenapa?"

"Ya enggak mau."

"Alasannya?"

"Karena aku nggak suka sama cowok yang gemar tebar pesona padahal sebenernya nggak ada rasa. Cuma bidik target doang terus pas kena udahan." Zevila berhenti menulis. "Kamu cuma penasaran sama aku makanya ngajakin pacaran."

Barra mendengus, lantas menegapkan punggungnya ke sandaran kursi. "Gue bercanda. Lagian gue punya cewek dan lo juga bukan tipe gue."

Tapi untuk waktu yang sangat lama Zevila sadar bahwa Barra barangkali tidak bercanda. Sebab cowok itu mendadak mulai menjaga jarak. Enggan berbicara hingga bertukar sapa meskipun melalui sosial media. Bahkan sejak cowok itu menggunakan gue-lo, Zevila tahu perkataannya menyakiti Barra.

RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang