Regretful [11]

6.6K 416 24
                                    

Satu minggu menjelang pernikahan Barra dan Zevila kembali berkunjung ke desainer untuk mengepaskan pakaian. Kejutannya, kebaya dan gaun Zevila perlu dikecilkan lantaran bobot wanita itu turun drastis. Pantas saja pipi wanita itu kelihatan lebih tirus. Belum lagi hitam di bagian bawah matanya menandakan kalau waktu tidur Zevila tidak teratur.

Semua persiapan sudah rampung.  Setelah ini mereka tidak akan bertemu karena harus melakukan prosesi pingitan. Dan hari ini kesempatan terakhir keduanya bisa bertemu sebelum akad nikah digelar.

Zevila keluar ruangan dengan tampang letih. Dengan sigap Barra mengambil alih tas jinjing wanita itu. Lengannya merengkuh bahu, merapatkan tubuh keduanya.

"Cape?"

"Iya." Zevila enggan berkilah. Tubuhnya luar biasa lelah. Ternyata menikah tidak semudah yang ia kira. Persiapannya bikin sakit kepala.

"Udah selesai kok. Semangat ya. Seminggu ke depan makan teratur. Tidur yang cukup. Jangan mikir hal-hal lain." Zevila segera duduk di kursi samping kemudi.

Barra mengemudikan Lexus putih miliknya ke apartemen Zevila. Sepuluh menit perjalanan, Barra melirik ke samping. Wanita itu memejamkan mata, raut wajahnya tenang, dengkuran halus mengisi keheningan mereka. Barra menghela napas lega. Mengucap syukur dalam hati. Setidaknya wanita itu bisa mengistirahatkan diri.

Zevila mengerjap, entah sudah berapa lama ia tidak merasakan kenikmatan tidurnya. Menyipit, matanya mengamati sekeliling. Basement apartemen. Di balik kemudi tidak ada pria Barra. Mesin mobil masih menyala. Kernyitan muncul tatkala jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya menunjukkan angka 8.27 malam.

"Lho? Udah bangun?" tanya Barra membuka pintu mobil.

"Kok aku nggak dibangunin?"

Barra menggeleng. "Kamu kelihatan cape."

Tiba di unit-nya, Zevila menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Dia tidak punya energi untuk membersihkan diri. Rasanya langsung ingin tidur saja.

"Mau makan apa?"

"Nggak mau."

"Seenggaknya perutmu harus keisi. Dikit juga nggak apa. Kamu kepengin makan apa?"

"Mie instant kuah pakai telur, cabe, sawi."

Barra yang di dapur mencari di kabinet. Untung saja masih ada dua bungkus mie kuah rasa soto. Dengan cekatan dia mengambil beberapa bahan yang diperlukan.

"Kamu mau cabenya diiris atau digiling halus?"

"Digiling halus aja kali ya biar pedesnya kerasa?"

"Boleh."

Usai mencuci daun bawang dan sawi hijau, pria itu mulai mencincangnya. Ketika semua kondimen sudah siap, Barra berderap ke ruang tamu. Zevila masih enggan beranjak dari tempat. Mata wanita itu memejam.

Barra berlalu ke kamar Zevila. Pria itu ke kamar mandi menyiapkan air hangat untuk wanita itu membersihkan diri. Matanya mengamati sekeliling ruang tidur dan berhenti di lemari kayu berwarna putih. Dadanya berdesir. Beberapa pakaiannya sudah dia bawa ke sini. Senyumnya terbit. Tidak lama lagi mereka akan menempati ruangan ini bersama. Membayangkannya membuat jantung Barra bekerja ekstra.

Tidak ingin pikirannya melanglang buana, Barra mendekati Zevila dan memberi kecupan di pipi wanita itu sampai berbunyi 'muach', caranya membangungan wanita itu.

RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang