Prolog

67 9 1
                                    


Gadis itu menyesap minuman miliknya. Cappuccino nya itu tinggal setengah, namun orang yang ditunggu  belum kunjung datang. Matanya terus saja terpaku pada jendela yang menunjukkan pemandangan lahan parkir yang sepi. Tak lama, matanya menangkap lamborghini hitam memasuki lahan parkir tersebut.

Lelaki yang ditunggu akhirnya datang .

Namun, nafasnya tertahan. Padahal, ia sudah mempersiapkan diri untuk pertemuan ini sejak lama.

Lelaki pemilik lamborghini itu masuk.

"Hey."

"Hey."

Lelaki itu duduk dihadapannya. Berbalut kemeja dengan jas dan matel, lelaki itu tampak elit. Gadis itu tersenyum miris. Matanya tak bisa menatap lurus lelaki itu. Ia tahu, jika ia melakukannya, maka ia akan menangis.

Maka ia memilih untuk menghindar.

"Bagaimana kabar 'nya' disana?" tanya gadis itu. Sang lelaki tampak terkejut dengan pertanyaan tersebut.

"Kenapa?" tanya gadis itu setelah melihat ekspresi sang lelaki.

"Ah, tidak, aku hanya terkejut kau langsung menanyakan tentang diri 'nya'," ucap lelaki itu sambil terkekeh. Sang gadis hanya mendengus kesal.

"Astaga, Jin-oppa, kau meledekku?" ucap sang gadis, membuang muka ke
arah jendela.

Lelaki yang bernama Kim Seok Jin itu terkekeh kembali, "Astaga, Ahn Yuri, sang ratu merajuk telah kembali."

"OPPA!"

"Iya-iya, haha," ucap Seokjin sambil tertawa dengan tawa khasnya yang menyerupai kaca yang di lap.

Suasana kembali hening. Seokjin memanggil seorang pelayan, lalu memesan minuman. Tak lama, minumannya datang. Ia segera menegak minuman itu, lalu meletakkan minuman itu ke meja.

Seokjin menatap Yuri yang masih saja terpaku pada jendela kafe. Padahal tak ada pemandangan yang menarik. Hanya ada lahan ber aspal yang diberi garis untuk tempat orang memarkirkan motor atau mobilnya, dan pohon-pohon yang mulai menggugurkan daunnya.

Musim gugur sudah datang, begitupun dengan kenangan-kenangan itu. Kembali menghantui pikiran Yuri. Kembali berputar seperti film lama yang diulang kembali. Jika kenangan itu diibaratkan dengan film, maka itu adalah film paling menyedihkan bagi Yuri.

"Hey, apa yang menarik dari pemandangan luar hingga kau mengabaikan worldwide handsome ini?" ucap Seokjin sambil mendengus kesal, Yuri hanya terkekeh.

Senyuman itu, lirih Seokjin. Senyuman yang dulu mereka perebutkan, namun pemenangnya bukanlah Seokjin, tapi lelaki itu. Lelaki yang sekarang menyia-nyiakan gadis ini. Lelaki yang tadi ditanyakan oleh gadis bernama Ahn Yuri ini.

"Hey, oppa," panggil Yuri.

"Hmm?" sahut Seokjin.

"Apa kau tidak takut dicurigai masalah dating jika kau menemui ku seperti ini?" tanya Yuri. Seokjin tersenyum kecil dan tenang.

"Tenang saja, managerku telah mengurus semuanya," ucap Seokjin. Yuri ikut tersenyum mendengarnya. Setidaknya mereka tak perlu terburu-buru dan gelisah, takut ada paparazi yang mengikuti Seokjin kemana-mana.

"Hyung."

Seokjin menoleh. Suara yang sangat familiar memanggil dirinya. Suara yang biasanya membentak apabila Seokjin membangun sang pemilik suara itu.




"Shit."




Mohon VoMent nya gaesss🙇‍♀️🙇‍♀️
Lopyu yang udah baca😙

DISTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang