BAG 1 SETITIK RASA DI UJUNG SENJA

6 0 0
                                    

Sosok yang tak sengaja kujumpai di stasiun itu, membuat aliran darah tubuh seperti terhenti seketika. Oh bukan, lebih tepatnya hampir membeku mengiringi jemari dan sekujur tubuh yang terbalut rasa dingin. Lumrahnya, aku bisa saja memaki bahkan meluapkan segala sebak di dada karena ulahnya. Tapi entah mengapa itu tak terjadi. Bahkan aku juga menjabat tangannya ketika dia menjulurkan tangan ke arahku.
.
“Apa kabar, Ran?” tanyanya khas, menyunggingkan sebuah senyuman kemudian menunduk.

“Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja.” Jawabku datar. Manusia di hadapanku ini merasa seperti makhluk tanpa dosa.

Kembali dia menatapku sekejap, bergeser kemudian pada Garneta, seorang gadis yang kugandeng tangannya. Lelaki itu berjongkok hingga wajahnya sejajar dengan Garneta, jemarinya lembut mengelus pipi tembem itu, kemudian memberinya kecupan seraya berkata, “Siapa namamu? Kau gadis yang cantik!”

“Aku Garneta, Om!”

Garneta tersenyum kearahku seolah memberitahu kalau dirinya baru saja mendapat pujian, dan lelaki itu kembali berdiri, menatapku dengan tatapan yang khas persis saat pertama aku mengenalnya.

“Dia mirip sekali denganmu!" ucapnya kemudian.
.
"Tentu, dan aku lebih berharap kelak dia tak menemui seorang pecundang dalam hidupnya!" Dalam kekalutan ku mencoba untuk menahan diri, memilih meninggalkan senyuman pahit kemudian berlalu pergi.

                *                 *                         *

Menikmati semburat mentari di atas bangku kayu berpayung rindangnya pohon kersen, aku tersenyum sembari melihat sederet lili air berjajar mengelilingi kolam kecil di taman kota. Dengan gemericik air mancur yang mesra menyanding ikan-ikan merah di dalamnya. Kejadian di stasiun, seolah membedah kenangan beberapa tahun silam, ketika aku harus membayar kepergian Elvan dengan air mata.
.
Tepat di sini, di taman kota. Limabelas tahun yang lalu dia berucap salam perpisahan. Suatu kenyataan yang benar menyayat hati. Ah, entahlah. Keputusannya memilih menyerah dan menyudahi hubungan yang selama ini terbina manis, telah memusnahkan pula perasaan cinta dalam hatiku. Kekagumanku pupus, berganti rasa benci yang membuncah, sesak tanpa ada lagi sekat kasih di dalam dada.
.
Air matakku mengalir, memburu marah dan kecewa. Mengutuk kebodohanku yang selama ini justru mencintai dan mempertahankan makhluk pecundang berparas menawan yang ku idam-idamkan menjadi imam dan nahkoda dalam kapalku. Oh sunggguh, betapa nelangsanya, kenyataan telah membuat diriku harus menjilat ludahku sendiri. Jika beberapa jam sebelum bertemu dengan Elvan di taman ini, aku telah menegaskan pada kedua orang tuaku bahwa Elvan adalah yang terbaik dan perjodohan yang mereka rancang untukku dengan Frans adalah hal yang sia-sia. Apalagi mereka berdua adalah teman karib sejak kecil. Kini aku harus menerima kenyataan bahwa Elvan tak sedikitpun patut untuk ku banggakan. Dan pilihan untuk menikah dengan Frans adalah hal yang tak mungkin lagi ku elak.
.
Kuterima pilihan mereka. Aku menikah dengan Frans, lelaki itu cukup sabar menyemi benih cinta dalam hatiku, menghapus bayang-bayang Elvan. Sahabat karibnya yang sudah melekat erat di hatiku walau dalam keheningan tanpa ia tahu. Kesabarannya yang perlahan membuat aku yakin akan lembaran putih yang ia tawarkan, menggores kisah kehidupan rumah tangga yang berwarna di atasnya.
.
Dua tahun hidup dengannya, akhirnya aku mengandung buah cinta kami. Masih teringat, malam itu dia berniat menjemputku dari klinik tempat memeriksakan kehamilan. Namun dalam perjalanan, ia mengalami sebuah kecelakaan. Taksi yang ia tumpangi bertabrakan dengan sebuah truk, dan Frans meregang nyawa karenanya.
.
Kembali aku mengutuk cintaku yang ingkar. Rasa ini benar-benar merajah hati, setiap nafas adalah kekecewaan yang tak bertepi. Haruskah diri menghujat Tuhan, atas apa yang menimpa? Oh sungguh aku tiada berdaya untuk itu. Kerapuhan hati kurakit kembali demi makhluk yang tumbuh di rahim ini. Bagaimanapun senyumnya kelak adalah tugas yang masih harus ku emban.   
                           
* **

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Benang Merah (Kumpulan cerpen tentang sisi lain dari cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang