04.

43 3 0
                                    

Beberapa hari ini Ayasha memang sangat terlihat baik, itu berarti mood-nya pun sedang senang dan tidak buruk. Bahkan disaat seperti ini, Ayasha lebih sering menggoda Adlan dengan say-hay dan lambaian tangan mungil nya itu. Adlan hanya menanggapi dengan putaran bola mata yang mengartikan malas. Terkadang ia hanya senyum dengan terpaksa karena seperti melihat makhluk abstrak yang ada di bumi dan jadi manusia receh.

"Hai... Adlan sayang" teriakkan itu membuat seisi koridor terpikat pada pusat suara, siapa lagi kalau bukan Ayasha.

Huh, kenapa ada dia si pagi pagi begini. gerutu Adlan.

"Eh lan, senyum dong.Lo jahat banget si ga pernah kasih senyum.Ibadah tau lan" yang disebut namanya hanya diam karena pasrah lengan nya sudah di kalungkan pada lengan gadis receh itu.

"Kenapa harus gue yang lo giniin setiap hari?" entah pertanyaan itu membuat Ayasha sedikit bingung dengan apa yang akan dijawabnya. "Karena lo imut, gemes deh gue ih" satu cubitan pada pipi Adlan.

"Risi Yas. Kenapa ga Syarif kek noh"

"Ga mau. Dia ga galak kayak lo. Hehe" seketika Adlan diam melihat Ayasha terkekeh karena terlihat begitu manis.

Iya manis, sampai ingin mengeluarkan isi perut. Hahaha.

"Adlan jangan ngeliatin Ayas kayak gitu. malu tau" cibir Ayasha

"Pedean lo receh".

"Udah ya sayang, Ayas mau ngerjain tugas dulu di kelas. Bye. Mwah" Ayasha melepaskan pegangannya pada lengan Adlan. Seperti ingin menyebrang saja.

"Sonoh kuman. hussss. husss" usir Adlan berhasil membuat kerucut pada bibir Ayasha.

***

"Ayas ga boleh pelit sama Nana" ucapan yang dibuat seperti nada khasnya anak kecil itu dari Kirana.

"Duh Na. Jangan so manis gitu, liat noh Adlan lebih manis aja malah so cuek.

"Ih Nana kan bukan Adlan. Jangan sama samain gitu dong. Lagi juga tumben banget si, Ayas pelit contekan"

"Noh ah minta sama Syarif. Dia kan pinter juga Na"

"Mau nya punya Ayas!"

"Bacot yaelah. Nih Na gue udah selesai" cibir Irani yang sedari tadi kesal melihat pertengkaran mereka.

"Tumben banget lo ngerjain dah".

"Lagi kepengen aja Na".

"Yaudah sini. Ayasha pelit lagi pula" sebal Kirana mengerucutkan bibir nya itu

"Ih lagi Nana tumben banget belom ngerjain tugas".

"Ayas lagian ga jawab chat Nana".

"Sibuk gue. Ayah gue belom ngasih duit nih".

"Duh gampang deh. Palakin aja anak anak songong tuh. Termasuk si-" tatapan Kirana tertuju pada Adlan dan dia melanjutkan pembicaraan nya "Adlan si manusia es".

"Jangan! Berat! Kamu takkan kuat. Biar aku saja".

"Hahaha. Ga lucu goblok" mereka bertiga tertawa bersama setelah Ayasha berhenti mengerucutkan bibir nya.

***

"Kirana?" panggilan itu membuat Ayasha dan kedua sahabat nya itu melihat ke belakang, ditemuinya Adrian. Kirana hanya memutar bola malas karena masih teringat perkataan laki laki itu kalau dia sudah mempunyai cewe baru. "Gue pengen ngomong sama lo. Yas. Ran. Gue pinjem Kirana sebentar aja ya" kata kata itu cukup membuat Ayasha dan Irani mengangguk kikuk karena Adrian mengenggam dan menarik tangan Kirana, menjauh dari mereka berdua.

Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang