08.

29 3 0
                                    

vote dulu guys sebelum baca hehe.

Selamat membaca!

"Na? Emang bener apa kalo bunda nya Ridho meninggal?" Ayasha mempertanyakan pertanyaan yang membuat Kirana berhenti dengan kegiatan nya memainkan ponsel. Kirana menatap Ayasha tidak percaya. Bagaiman bisa ia tidak tau?

Tess. buliran air mata Kirana jatuh seketika.

Ayasha mematung melihat Kirana begitu bersedih. Tentu saja. Karena Kirana sudah berteman dekat dengan Ridho, bahkan mereka pernah berpacaran. Kirana begitu terpuruk sekarang. Merasakan sedih yang mendalam.

"Na jangan nangis" Ayasha mengusap pundak Kirana. Ayasha mengambil bangku yang bersebrangan dengan tempat duduk Kirana. Kini air mata Ayasha ikut jatuh, tapi ia tidak ingin Kirana mengetahui itu.

"Di...dia udah ka...yak bunda gue sen...diri" sambil terisak Kirana memeluk Ayasha. Semua memang sudah tau aka hal itu. Bahkan Ayasha juga merasa kehilangan. Karena bunda nya Ridho itu selalu memanjakan teman teman anak nya. Termasuk Kirana, Ayasha, dan Irani. Begitupun kaum adam.

"Na gue juga kehilangan" suara Ayasha bergetar. Entah saat ini dia akan melakukan apa.

"AYASHAA! KIRANAA!" itu suara Irani yang datang dengan nafas yang tidak beraturan. Irani mendekat, memeluk kedua sahabat nya yang sedari tadi sudah terisak. "Sumpah demi apapun gue sedih" Irani meneteskan satu air mata nya yang jatuh pada rambut Ayasha. "Pulang sekolah kita kerumah Ridho ya" lanjut Irani dengan suara lemah.

"Eh demi apa?"
"Jangan mainin nyawa orang kek"
"Hoax"
"Ya ampun gimana nasib Riho"
"Gara gara kenapa?"

Kata-kata itu terlontar dari beberapa teman sekelas nya. Ayasha berjalan kearah depan.

"Gue mintain sumbangan ya. Se-ikhlas nya kok" pernyataan Ayasha cukup membuat teman sekelas nya mengangguk mengerti mengapa dia berada di depan papan tulis. Ayasha mulai meminta dari bangku depan, paling pojok. Setelah melewati empat bangku. Tepat, sekarang Ayasha berada di tempat duduk Adlan. Ayasha mengulurkan tangan berarti meminta. Adlan menatap tajam, dan bersenyum miring. Entah apa yang dipikirkan cowo itu sekarang.

"Mau ngasih ga si lo!" teriak Ayasha membuat seisi kelas menatap nya.

"Gue terakhir aja" jawab Adlan santai sambil mengacak rambut pirang nya itu.

"Bangsat! Nambah-nambahin kerjaan gue aja lo!" suara Ayasha menurun.

"Bacot lo! Nih. Jelek dasar" Adlan memberikan selembar uang lima puluh ribu. Dan terkekeh melihat Ayasha kesal.

"Kembali berapa?" tanya Ayasha. Adlan mengangkat alis tebalnya itu. "Ikhlas" singkat Adlan.

Untung sayang, kalo engga udah gue bungkusin pake kresek nih orang. Eh tapi ga muat?! Ayasha terus menggerutu dalam hati nya. Sampai akhirnya selesai mengumpulkan uang untuk di sumbangkan nanti.

***

"Ayasha? Lo sama gue" Ayasha menengok laki-laki bertubuh tegap yang ada di hadapan nya sekarang.
Deg. Bagaimana bisa Adlan membuat jantung Ayasha berdetak lebih cepat dari biasa nya?

"A-apaan si lo" Ayasha menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Gue ga tau rumah Ridho. Jadi lo sama gue" pinta Adlan untuk yang kedua kalinya.

Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang