07.

46 4 0
                                    

Di vote dulu guys. Sumpah demi apapun ini part paling panjang sampe 2000 keatas hehe

Selamat membaca!

"

Mamaaaaaaaaaaaaa" teriakkan Ayasha yang mengisi seluruh ruangan dirumah nya itu. "Kenapa mama ga bangunin Ayas? Kan Ayas udah bilang kalo hari ini mau lari pagi".

"Tadi Kirana baru aja nelfon. Kalo dia ga bisa lari pagi. Makanya mama engga bangunin kamu" Anita mencuci tangan nya setelah menyelesaika potongan buah pear untuk disajikan. Anita mengelus pelan rambut Ayasha.
Ayasha masih saja cemberut karena tidak bisa lari pagi.

"Ma.."

"Kenapa sayang?".

"Airin mana?".

"Dikamar. Lagi ngerjain pr katanya"

"Aku boleh ajak dia keluar ga ma?".

"Boleh lah. Tapi di jaga adiknya".

"Oke" Ayasha melangkah keluar dari dapur menuju kamar Airin, adiknya.

"Dek. Jalan yuk" tangan Ayasha masih pada handle pintu. Airin menengok sebentar. "Jalan? Ga ah cape tau jalan" Airin melanjutkan kegitannya.

"Dih lo gitu dah dek".

"Gitu gimana?".

"Please gue bete tau" Ayasha menbanting badannya pada kasur Airin yang sudah tertata rapih. Namun menjadi amburadul karena Ayasha.

"Ah rese lo Kak. Pergi sana. Ganggu aja".

"Beli baju Dek. Gue bayarin deh" mata Airin membulat menatap Ayasha. "Sip. Gue ganti baju dulu".

Ayasha memutar malas bola matanya. Ia beranjak keluar dari kamar Airin dan segera mengganti bajunya.

Ayasha sudah selesai. Airin pun sudah memanggil namanya. Berarti dia juga sudah selesai. Ayasha menggunakan kaos army dengan jeans putih ditambah dengan string bag yang ia gunakan. Sangat sederhana. Tapi tidak mengurangi manis nya. Ayasha mengikat rambutnya dan duduk pada bangku yang berada dekat pintu rumahnya. Ia segera mengikat tali sepatunya setelah Airin datang dengan pakaian yang sangat rapih.

"Ayo Kak" Ayasha menghela napas dengan kasar. "Sabar dikit ke Dek" Airin hanya tertawa kecil.

Mereka pergi dengan mobil milik papa nya. Hari ini papa nya menggunakan motor untuk pergi ke kantor agar tidak terkena macet karena hari libur.

"Dek.."

"Apaan?" Airin masih sibuk dengan ponsel nya.

"Gue lagi suka sama orang. Ganteng. Baik. Tapi-"

"Tapi apa?" seketika Airin menengok pada kaka nya yang berhenti bicara.

"Tapi dia dingin. Dan ga ada satu orang pun yang tau tentang dia".

"Menarik kayak nya Kak. Btw kenapa begitu?".

"Ya karena dia tertutup banget. Beberapa hari ini dia deket sama anak receh Rin".

"Rasis? Lo maen geng-geng an ya Kak?".

"Apaansi lo? Maksud gue itu anak-anak yang receh itu sering bikin kelas berisik. Termasuk gue bertiga" Airin mengangguk karena ia sudah tau siapa yang dimaksud dengan kata gue bertiga. "Terus lo gimana sama dia Kak?".

"Ga gimana-gimana lah dek".

"Hmm. Tapi sikap dia ke lo gimana?".

"Ga ada yang spesial dek" untuk yang kedua kalinya Airin mengangguk. Cukup paham dengan perkataan Ayasha. "Gimana sekolah lo?" tanya Ayasha. Airin menatap nya lama. Menyiapkan kata-kata yang akan dikatakan untuk kakanya itu. Ayasha selalu sensitif dengan masalah sekolah Airin. Karena sejak lama Airin itu salah satu orang sulit untuk mengerti pelajaran.

Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang