Salju belum turun lagi tapi udara sudah mulai turun ke 3°C. Menuju akhir Nopember udara selalu turun seperti kurva pasar saham yang menukik tajam.
Langit mulai di gelayuti awan tebal-gemuk berwarna kelabu dengan sedikit semburat oranye saat pagi hari. Suasana terasa sendu dan cukup mendukung untuk bersedih atau melamun atau berdiri di depan nakas yang diatas terdapat sebuah koyak berwarna coklat dengan stiker alamat yang sudah tertutupi stempel.
Sosok pria yang rambutnya mulai tumbuh itu tampak berdiri dengan tangan bersedekap dan satu telunjuk kiri menempel di dagu bersama dengan jempolnya.
Sudah lima menit ia berdiri dengan celana bahan warna gading dengan kaus lengan panjang warna coklat susu.
"Paketan dari negaranya? Di kirim oleh Dilan N. Siapa Dilan? Kenapa familiar? Apa dia lelaki?" seribu pertanyaan berkecamuk di kepalanya sekaligus menahan dirinya untuk tak membuka paksa kotaknya.
Bisa aja sih mengirisnya dengan cutter di bagian sela lipatan dan melongok isinya barang sebentar kemudian menutup bekas sayatan tadi dengan lakban senada. Tapi, Kyungsoo tahu. Itu tindakan paling gak etis yang sangat tidak dibolehkan.
"Baiklah. Akan kutunggu sampai pulang. Lusa." dadanya menarik udara melalui hidung sebanyak yang ia bisa. Sebenarnya sedang mencoba menghidu jejak aroma Sarah yang tertinggal di kamar ini sih.
"Kak. Kita jadi jenguk Baekhyun?" tanya Jongin dari ambang pintu. Suaranya terdengar sedikit menjauh daripada sapaan awalnya. Langkahnya terseret ke arah kulkas. Sedetik kemudian terdengar pintu kulkas dibuka.
"Ya. Ya. Kita berangkat. Segera pakai jaketmu. Dan jangan sampai kamu kembali meringkuk di kasur ya. Kita ada jadwal meeting di kantor." jawab Kyungsoo sembari merapikan tempat tidur Sarah. Seolah tak mengijinkan sebutir debu pun menempel disana.
Langkah kaki si bungsu mendekat yang artinya ia harus segera menghampiri sebelum bungsu menerobos masuk ke kamar ini dan bergelung di bawah selimut itu. Lagi.
***
Jarum pendek menunjuk angka 11 dan detik jam bergerak sesuai arahnya untuk menyeret jarum menit bergerak maju. Seperti langkah Sarah yang diseret kak eumji masuk ke kamar mandi.
"Ini hari terakhir kita sebelum pulang. Jadi rapikan dirimu dan ikut kami jalan-jalan!" bentaknya saat Sarah siap masuk ke selimut lagi.
"Sekarang!" suaranya naik dua oktaf dan tubuh lemas itu auto menegang. Sejurus kemudian sudah masuk dalam kamar mandi.
"Duh. Memangnya apa yang terjadi sih semalam? Kenapa dia jadi uring-uringan begitu? Sepanjang malam dia mengurung diri di balkon. Terjaga hingga dini hari. Apa anak itu buat masalah lagi dengan juniorku?"gumamnya dengan suara berbisik. Wanita berwajah rubah ini menelengkan kepala dengan dahi berkerut dan menjentikkan jari sedetij kemudian.
Dia punya ide yang bakal di benci Sarah.
***
Chanyeol masuk ke dalam kamar dengan senyum tipis. Menampilkan lesung pipinya yang menggemaskan. Hari ini ia mengenakan celana jins dengan sepatu kulit, kemeja putih yang di tumpuk dengan sweater motif wajik coklat dengan bintik merah bentuk wajik dan lining putih di sekitar motif wajiknya. Mantel panjang tersampir di lengannya.
Tangannya menutup pintu belakangnya dengan pelan seolah takut bersuara. Ia meletakkan mantel di punggung sofa lalu berdiri mematut diri di depan kaca bulat di atas nakas warna alami kayu.
Dia tak memakai gaya rambut hair down. Poninya menutup sebatas alis.
"Halo tampan. Semoga kekasihmu menyukaimu dan memutuskan untuk putus di Incheon saja ya. Bukan di depan menara ikon negara ini. Sudah kemarin gagal. Kamu juga berbuat bodoh. Dasar." nada suaranya menurun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemaid (Re-Publish)
Документальная проза"Ahhh.."desahan itu lolos dari mulutnya tanpa mampu di cegah. Otaknya mengatakan bahwa ini tidak benar. Namun, tubuhnya terlalu jujur. Ia tak dapat menolak foreplay dari Kyungsoo. Bahkan saat pria setengah mabuk ini 'menghukum' -nya karena telah mem...