Loudi menatap langit musim dingin dengan malas. Sore hari yang kelabu. Seperti harinya. Udara terasa dingin dan ia malas beranjak dari kursi di balkonnya.
Sejak beberapa hari yang lalu, Sarah sedikit sulit dihubungi. Terakhir ia bilang di Paris untuk ikut majikannya menghadiri perhelatan Akbar acara Fashion.
Ia sedikit khawatir jika Sarah lupa tentang acara akhir tahun. Ia jadi terlalu bersemangat untuk menanyakannya. Meski ini masih minggu ketiga di bulan Nopember. He he he..
"Cepat pulang dong.." bisiknya sembari manyun menatap awan gembul yang menggantung di atas apartemennya.
***
"Tak ada jawaban. Kenapa tak coba kau saja yang nelpon sih?" protes Jongdae pada Jongin yang sedang merengut. Pria bertubuh kurus itu menatap ponselnya dengan putus asa.
Muka pria berambut pirang di depannya, ditekuk seperti kaleng minuman bersoda yang di remukkan. Tapi untuk kasus Jongin, dia tetap tampan walau bagaimanapun ekspresinya.
"Gak mau!" bibirnya maju lagi se senti. Tangannya terlipat ketat di dada hingga menonjolkan bisepnya dari balik sweater biru navy nya.
"Aih.." keluh Jongdae. Ia menyentakkan kepala ke belakang dan tangannya menyusur rambutnya. Kemudian ia menggigit tangan dari balik lengan sweaternya. Berjalan mondar-mandir.
"Lagian dia disana kerja kan? Dia bilang sendiri kalau dia itu sedang sibuk, Nini."
"Ah! Gak mau tahu! Pokoknya aku ngambek!"
Jongdae menghela nafas berat serta memejamkan mata sejenak. Mencoba menekan emosinya. Kalau maknae line sudah ngambek, maka tak ada yang berani mengusik. Kecuali Kyungsoo dan Sarah. Sejauh ini hanya dua orang ini yang mampu mengendalikannya. Jadi, ia menyerah.
"Baiklah akan kucoba sekali lagi. Tapi nanti setelah kamu makan siang. Ayo." cetus Jongdae sembari menggiring anak manja ini ke dapur.
Ceritanya si Jongin sedang ngambek karena Sarah belum membaca pesan ulang tahun yang dikirimkannya. Padahal jarang-jarang dia perhatian begitu. Mengingat nama member ajah kadang kesulitan. Apalagi apalin tanggal ultah-itu tugas Alarm ponselnya- boro-boro. Ha ha ha ha..
Jongdae sudah mencoba membantu untuk menghubungi Sarah. Tapi tak berhasil. Sepertinya memang sangat sibuk.
"Sudah ya. Makan saja dulu daripada ku tendang pantatmu! Sebentar lagi kau ada pemotretan. Jangan sampai kau kelelahan!" rungutnya sambil menyiapkan makanan untuk bungsu. Ia sudah mencapai batasnya.
Sarah.. Cepatlah pulang.
***
Chanyeol berdiri saat kak Eumji merapikan setelan baju Tommy Hilfiger-nya. Sementara manajer Jae dan Sarah menyiapkan sepatu dan juga tas Chanyeol.
"Sarah. Tolong sepatunya."
Bagai disengat lebah, Sarah mencelat pada kak Eumji dengan sepasang sepatu ditangannya.
Tema kali ini adalah The power of T.Hilfiger. Maka baju yang dikenakan oleh Chanyeol adalah desain terbaik yang pernah di kenakannya. Kemeja biru muda dengan celana hitam dan padding-khas Tommy Hilfiger- dan sepasang sepatu mengkilat.
"Biar kupakai sendiri. Sarah. Bersiaplah. Kamu pergi denganku." titah Chanyeol sembari membungkuk memakai sepatunya.
Eumji, Sarah dan manajer Jae saling bertukar pandang. Gak salah nih?
"Nggak. Buruan!"
Sekonyong-konyong Sarah mencelat lagi ke dalam kamar. Mencari baju yang sekiranya pantas dipakai dari sisa baju yang sempat ia ambil dari kopernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemaid (Re-Publish)
Non-fictie"Ahhh.."desahan itu lolos dari mulutnya tanpa mampu di cegah. Otaknya mengatakan bahwa ini tidak benar. Namun, tubuhnya terlalu jujur. Ia tak dapat menolak foreplay dari Kyungsoo. Bahkan saat pria setengah mabuk ini 'menghukum' -nya karena telah mem...