Sarah memejamkan matanya dan mencoba menenangkan dirinya diantara suara ketukan kaki di belakangnya.
"Jangan mendekat!" seru Sarah seraya berbalik dan sosok itu sudah berada tepat di depannya. Hidungnya dapat menghidu aroma khas tubuh pria ini dengan sangat intens.
Wajah pria tampan itu menunduk menatapnya sedang dada Sarah naik turun karena takut. Ia benci posisinya saat ini. Ia benci kecerobohannya.
"Aku tahu semuanya. Aku masih sangat patah hati. Dan aku menuntut pertanggung jawabanmu." katanya tepat di depan wajah Sarah.
Kaki Sarah mundur dan dengan sigap pundaknya di cengkeram pria itu.
"Kau harus bertanggung jawab karena menghancurkannya." katanya dengan wajah dingin.
"Chan..chanyeol.. Kamu sedang kalut. Ba..bagaimana kalau kita jalan-jalan saja hari ini?" tawar Sarah dengan wajah tak nyaman dengan kedekatan ini.
Wajah yang tadinya beraura gelap seketika berubah cerah secerah mentari.
"Setuju! Aku yang traktir! Ayo!" serunya seraya menyeret lengan Sarah menuju pintu. Tak menangkap helaan nafas lega dari wanita itu.
***
Mereka berjalan beriringan dengan jaket, topi dan masker couple. Mereka mengabaikan fakta bahwa mereka menarik perhatian tiap pengunjung mall di Paris.
"Kamu lapar tidak?"
"Belum" sahut Sarah.
Mereka memasuki toko sepatu Adidas dan segera disambut oleh pramuniaga yang berbahasa Prancis. Sarah pun mengatakan kalau mereka hanya sedikit mengerti bahasa prancis dan lebih tahu bahasa inghris.
"Ouh.. Okay. Wait." ia meminta Chanyeol dan Sarah menunggu. Sementara pramuniaga berambut cepak dengan wajah khas orang Prancis memanggil kawan lainnya.
"Kamu kan bisa bahasa Prancis." tuduh Chanyeol. Pramuniaga itu tampak kesulitan mencari kawan yang dimaksud untuk membantunya.
"Aku sedang malas. Biarkan dia bekerja." Sahut sarah. suasana hatinya sedang tak baik sejak di pesawat. Ia saja beruntung majikannya gampang dimanipulasi. Kalau tidak tak tahu ia akan seperti apa.
"Ternyata kamu jahat juga ya."
Sarah tak menyahut dan memilih untuk duduk di sofa tak jauh dari Chanyeol sembari menjawab telfonnya yang baru saja berdering.
"Selamat malam. Ini dari KBRI untuk negara Perancis. Apa benar kami sedang berbicara dengan Ny. Sarah?" sapa suara wanita yang terdengar halus dan profesional.
"Ya. Saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu?"
Berikutnya sebaris kalimat yang paling gak ingin dia dengar. Ucapan Dilan terbukti. Ia kini sedang di cari polisi! Dan itu karena orang itu. Lagi.
Sarah menutup telfon setelah janjian dengan KBRI Perancis besok jam sebelas siang di sana. Airmukanya makin keruh dan semangatnya menghilang entah kemana.
Diantara kebisingan manusia disini, tiba-tiba saja ia merasa sunyi. Telinganya berdenging hingga terasa tuli dan otaknya kosong selama lima detik.
Tersadar karena sapaan seorang pramuniaga, ia menggeleng saat ditawarkan bantuan kemudian ia mencoba relaksasi tarik-buang nafas. Saat ia membuang nafasnya, ia benar-benar tak ingin nafas itu kembali.
Dadanya makin sesak dan oksigen dengan cepat naik ke otak bersama aliran darah ke sekitar kepala. Tengkuknya terasa berat dan pelipisnya berdenyut. Ia dihinggapi rasa tak nyaman dan bingung harus menentukan langkah seperti apa. Di kepala kecilnya hanya ada 'KBRI BESOK PAGI' begitu terus secara berulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemaid (Re-Publish)
No Ficción"Ahhh.."desahan itu lolos dari mulutnya tanpa mampu di cegah. Otaknya mengatakan bahwa ini tidak benar. Namun, tubuhnya terlalu jujur. Ia tak dapat menolak foreplay dari Kyungsoo. Bahkan saat pria setengah mabuk ini 'menghukum' -nya karena telah mem...