Empat (Re-Publish)

476 6 0
                                    

*Admin tak bertanggung jawab yes. Karena part ini bakal ada scene panas yang akan dibuat sedikit lebih panas lagi..

***

Kyungsoo berkeringat dingin dan tubuhnya menggigil. Ia terus meracau tentang sesuatu, tapi tak jelas. Tubuhnya bergelung di dalam selimut berbau white lily warna putih dengan motif bunga ini.

Udara basah ditiup angin, menyapa kulit wajah Sarah yang mulai menggigil. Ia berlutut di beranda belakang dengan mengenakan celana pendek dan kaus pendek. Telihat memar di lengannya.

Tubuhnya bergoyang seiring angin seolah siap melepas nyawa dari badan kurusnya.

"I deserve this. It is all my fault. Kyungsoo sakit karena aku. Dia begini karena aku. Aku memang pantas begini.." racaunya. Terasa tubuhnya terhuyung mengikuti angin bertiup yang terasa sedikit keras.

Suara sepatu dibelakangnya terasa seperti detik jarum yang menghitung lama nyawamu menempel di badan. Sarah merasa ketakutan menyergapnya. Lagi.

Langkah tersebut berhenti di belakangnya. Tepat di pintu kaca itu.
 
"Renungi kesalahanmu. Besok kau akan kuhukum lebih kejam lagi saat kau melakukan kesalahan. Kali ini masuklah. Majikanmu pulang satu jam lagi." usai berkata dengan nada datar begitu, nenek berbalik pergi diikuti Tuan Park yang melepas ikatan tangannya. Kemudian pergi begitu saja. Meninggalkannya. Ia roboh dan hampir pingsan dengan kepala yang terasa berputar.

Serasa seluruh tulangnya copot semua. Tubuhnya kebas dan tak henti menggigil. Dengan ragu ia menyelinap masuk ke kamarnya dengan sisa-sisa kekuatannya.

***

Sosok pria yang tertidur itu tampak begitu lembut dengan kepala menyembul dari balik selimutnya. Bergelung memeluk badannya di balik selimut tebal.

Setelah dipastikan aman, Ia segera menyeberangi kamar untuk membuka lemari dan mengambil celana panjang dan juga sweater tebal. Ia dengan cuek melepas baju basah yang dikenakannya, secepat kilat menggantinya di dalam remang kamar.

Tanpa sadar mata itu menatap tubuh sintal Sarah dengan penuh kekaguman tapi kemudian berkerut menyadari ada memar melintang di punggung cantiknya.

"Kau terluka?"

"Duh kaget!" Sarah berjengit dan sekonyong konyong menutupi tubuhnya yang separuh telanjang.

"Kapan kau bangun?"

"Aku melihat semuanya." ia berkata seraya bangun dan duduk di tempat tidur Sarah. Ia menyeringai dengan tatapan itu lagi.

"Sial. Tutup matamu. Aku mau pakai baju." Sarah segera berbalik dan memakai sweaternya dengan susah payah. Ia mengernyit kala luka memarnya tersentuh bahan.

"Sial. Argh!" erang sarah kesal dengan suara pelan.

Terdengar bunyi klik dua kali. Sarah langsung berbalik, berjalan tertatih dan mencoba merebut kunci yang kini di kantungi kyungsoo.

"Aku benci saat kau seperti ini. Berikan padaku."

"Shireoyo. Lepas bajumu. Biar kuobati lukamu."

"Pintunya kan tak harus dikunci seperti ini?" protes Sarah. Mencoba menyamarkan suaranya yang bergetar.

"Aku ingin memastikan sesuatu." bisiknya dengan suara berat. Belum sempat Sarah mencerna ucapannya, tubuh di hadapannya sudah memeluknya dengan erat bahkan terasa tubuhnya hampir remuk.

"Ah.. Kyungsoo. Lepaskan.." Sarah mencoba lepas begitu sadar dari rasa terkejutnya.

"Aku ingin memastikan apa ini karena ada sesuatu atau debar dan panas tubuhku ini karena sakit." bisiknya lagi. Kali ini lebih jelas karena bibirnya tepat di telinga Sarah.

Housemaid (Re-Publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang