🌙12

3.4K 691 64
                                    

o r p h a n a g e

tubuh yeri bergetar ketakutan.

"siㅡsiapa?" tanya yeri tergagap. tangannya mencari sesuatu di sekitarnya, untuk perlindungan diri jika orang didepannya ini akan menyerang dirinya.

yeri terus meraba-raba hingga ia menemukan pisau ukir yang sering dino pakai mengukir mainan kayunya. yeri menggenggam pisau ukir tersebut dengan erat.

orang di depan yeri mengeluarkan suara kikikan yang menurut yeri sangatlah aneh dan seram. tidak seperti suara manusia. lebih mirip suara mesin yang dibuat seperti orang tertawa.

"oh my dearest yeri...,"

mata yeri membulat sempurna. suara ini...

"you think you can get out from this orphanage that easy, young lady?" tanya tzuyu tajam.

YERI

aku tercekat.

beberapa hari ini aku tak melihat sosok tzuyu berada di sekitar panti sejak kejadian di ruang bawah tanah itu. dan, keadaan tzuyu detik ini benar-benar kacau balau.

lidahku terasa begitu kelu untuk mengeluarkan suara, "tzuㅡtzuyu?" ucapku, akhirnya setelah bersusah payah mengeluarkan sepatah kata.

"ya? miss me?" tzuyu terkikik kecil setelahnya.

tangan kanannya ia taruh di belakang punggungnya. jelas sekali bahwa dia menyembunyikan sesuatu di balik sana.

"jadi, aku dengar-dengar, katanya, kamu akan diadopsi ya?" tanya tzuyu tiba-tiba.

"hah?"

"diadopsi oleh seorang wanita karier yang cantik dan kaya. benar-benar beruntung sekali dirimu, yeri!" ucap tzuyu sambil tersenyum begitu lebar.
senyumnya begitu lebar hingga aku merasa bahwa bibirnya akan robek.

"apa mau lu, tzuyu?" tanyaku.

"mau ku?" tzuyu menunjuk dirinya sendiri. "mau ku kamu mati."

mataku membulat sempurna. dasar sinting!

aku pun menggenggam lebih erat pisau ukir yang sedang kugenggam ini.

"kau begitu bodoh yeri. seharusnya kau tidak menuruti tawaran joshua waktu itu." ucap tzuyu dengan nada suara yang merendah, lebih tepatnya seperti berbisik. "aku terpaksa melakukan hal ini karena kebodohanmu."

tzuyu merogoh kantung celananya dan mengeluarkan sebatang lilin. tangan kanannya ia perlihatkan dan ternyata dia mengenggam sebatang korek. dia menyalakan lilin tersebut dan mengarahkan lilinnya tepat di depan wajahnya.

wajah nya terlihat mengerikan. banyak luka goresan di wajahnya yang biasanya mulus.

tzuyu berjalan mendekatiku dan aku sudah siap menusuk dirinya jika sewaktu-waktu dia ingin melukaiku.

"akh!"

sial.

aku berteriak kepanasan saat tzuyu menuangkan wajahku dengan minyak lilin di pipiku. sedikit lagi minyak itu mengenai mataku. aku tak bisa menghindar karena gerakannya begitu cepat.

tzuyu terlihat begitu santai sambil memandangi ku tajam.

lihat saja aku akan membalasmu.

aku mengeratkan genggamanku pada pisau ukir ini hingga telapak tanganku terasa begitu sakit. aku siap  untuk menghujam wajah sok polos tzuyu itu dengan pisau ukir ini.

orphanage | 99linerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang