🌙13

4.4K 741 169
                                    

o r p h a n a g e
long chapter;)


Y E R I

mataku membelalak begitu melihat mata pisau yang berada tepat di depan mataku. satu gerakan saja, mata ku ini akan tercolok.

"a-arin. jauhkan pisaunya." pintaku.

"kenapa? kau takut, hah?" bentaknya yang langsung membuat nyaliku menciut drastis. aku hanya bisa berdoa semoga ada seseorang yang menolongku dari manusia aneh yang bernama arin ini begitu juga dengan teman-temannya.

arin mengangkat dagu yeri dengan pisau yang digenggamnya. "kulitmu ini sangat bagus untuk bahan make-up. kau tahu itu?" gumamnya.

bahan make-up dengan kulit manusia? benar-benar orang sinting!

Sret!

"argh!" pekikku begitu arin mengoreskan pisau tersebut di wajahku. aku tak menyadari gerak-geriknya yang begitu tiba-tiba sehingga, aku tidak bisa menghindar.

aku merasakan perih yang amat sangat karena arin menggoreskan pisaunya cukup dalam. aku hanya bisa terpejam sambil mengigiti bibir bawahku untuk menahan sakit.

arin menyodorkan tangannya ke arah tzuyu dan langsung disambut oleh sebuah cermin. arin mengarahkan cermin tersebut ke depan wajahku.

"kalian semua gila!" teriakku. ternyata, arin menggoreskan pisaunya cukup panjang. luka yang panjang dari dagu hingga bawah mataku. rasanya, lukaku terasa lebih sakit setelah melihatnya dengan langsung.

"gila? tidak, tidak. kami masih punya akal sehat kok, sayang. buktinya kami masih mau berbaik hati menampungmu yang tak punya rumah, bukan?"

aku berdecih. "kalau tahu jadinya bakal begini, gue pun gak bakal sudi tinggal satu atap sama manusia psikopat kaya kalian!"

"psikopat?" arin menunjuk dirinya dengan ekspresi sedih.
tak lama, ekspresi nya yang sendu itu langsung berubah menjadi marah. "mau lihat bagaimana psikopat menyakiti korbannya? akan kutunjukkan padamu. nah, sebagai contohnya, aku akan mengiris wajah cantikmu itu."

aku merasa jantung ku sempat berhenti berdetak disaat arin mengatakan kata-kata tersebut yang, ku tahu, dia sedang tidak bercanda.

"ja--jangan!" cegahku dengan nada tertahan begitu arin hendak menghujamku dengan pisau ukir itu.

"any last word, kim yerim?"


siapapun, tolong gue, tolong. doaku berulang-ulang dalam hati tanpa memperdulikan omongan arin tadi.

arin mengendikkan bahunya, "well, i guess no. here we go. hell is a better place for you, yeri!"

aku hanya bisa pasrah dan terus-menerus berdoa sekencang mungkin di dalam hati. berdoa semoga ada yang menyelamatkanku di detik-detik terakhir ini.

Brak!

"get off, choi arin!"

disana, berdiri sosok pahlawanku. oke, mungkin terdengar lebay tapi memang dia yang menghentikan aksi arin yang hendak membunuhku. cocok kan untuk diberi gelar pahlawan?

orphanage | 99linerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang