5. Prank or True Mistery?

120 17 5
                                    

"Terlalu munafik ketika berusaha terlihat tegar di hadapan orang banyak, yang padahal hatinya sendiri rasanya seperti sedang tercabik-cabik."

#HappyReading😙

•••

Seorang laki-laki tengah terduduk manis seraya menunggu pesanan martabak cokelat kejunya. Tadi, sehabis dari rumah sakit ia memang langsung menuju tempat langganannya ini. Seraya menunggu, laki-laki itu memilih memainkan ponselnya. Ya, laki-laki itu adalah Arkan.

Namun hanya sebentar saja Arkan memainkan ponselnya, lalu lebih memilih untuk menaruhnya kembali di saku celananya. Malam ini jalanan kota Bandung memang sangat ramai. Kedai martabak manis yang sudah menjadi langganannya ini letaknya memang menghadap ke arah jalan raya. Ya, walau posisinya tak begitu dekat, sih.

Matanya menelisik setiap sudut jalanan raya di hadapannnya. Arkan memejamkan mata sejenak, lalu membukanya seraya menghembuskan nafas pelan. Menghapus penat sejenak.

Hingga matanya yang terbuka menangkap sosok gadis yang tengah menuntun sepeda warna biru mudanya tengah kesulitan untuk menyebrang berada di sebrang jalan. Gadis ber-piyama biru muda bermotif beruang itu menengok-nengok ke arah kanan lalu ke arah kiri. Di wajahnya sangat kentara seperti kebingungan.

Dilihatnya ke arah samping abang-abang martabak itu sedang lihai membuatkan pesanan martabak para pembelinya, dan Arkan rasa sepertinya itu pesanan miliknya. Sedikit informasi, kedai ini memang selalu ramai pengunjung, Arkan tahu itu.

Arkan menepuk pelan bahu pria yang sedang membuat martabak itu. "Bang, sebentar ya saya tinggal dulu. Ntar saya balik lagi," ucap Arkan akhirnya.

Pria itu menganggukan kepalanya pelan. "Siap, mas."

Langkah kaki Arkan yang panjang-panjang itu menuju gadis yang masih bergeming di tempatnya. Wajahnya tidak hanya terlihat bingung, tetapi juga sedikit terlihat cemas. Arkan mengerti, mengapa gadis itu tampak seperti itu, karena memang jalanan malam pada jam segini memang sangat ramai dan padat.

Arkan mendekat hingga tiba dirinya di hadapan gadis itu. Gadis itu perlahan menengok ke arah Arkan dengan raut wajah semakin bingung. Karena posisi Arkan yang bisa dibilang terlalu dekat untuk ukuran orang tidak dikenal.

"Mau nyebrang?" tanya Arkan dengan suara yang satu tingkat lebih tinggi, mungkin agar suaranya tidak teredam oleh suara kendaraan di sekitar.

Ah, Sheina mulai paham.

Sheina menganggukan kepalanya beberapa kali dengan semangat. Bahkan senyuman di bibirnya saja sudah sangat merekah. Membuat Arkan mendadak gemas sendiri dengan gadis di hadapannya itu.

"Iya, mau!" Angguknya dengan heboh. Rambutnya yang memang terkuncir dua itu lantas ikut bergerak kesana kemari. "Kamu mau bantuin aku nyebrang?"

Tanpa sadar, Arkan yang melihatnya justru menarik sedikit sudut bibirnya ke atas. Lucu.

"Iya, niat gue dari awal emang mau bantuin lo nyebrang."

Detik berikutnya, Arkan menengok ke arah kanan lalu kiri hingga akhirnya benar-benar menyebrang dengan Sheina yang berada di sebelahnya seraya menuntut sepedanya itu.

Setibanya kembali di kedai martabak yang disinggahinya tadi, wajah gadis itu tampak sangat senang.

Ah, Arkan benar-benar gemas rasanya.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang