Bulan sudah menggantikan tugas matahari di atas sana. Olimpiade olahraga pun telah usai.
Pria tinggi itu sedang membereskan barang bawaannya dan beranjak pergi dari ruang klub sepakbola.
Lampu dari gedung dihadapannya sudah gelap gulita. Hanya menyisakan lampu redup di tiang penyangga bangunan.
"Lama sekali!!" ucap orang didepannya.
Ia terkejut, masih ada orang lain di sekolah selain dirinya. "Hyung? Kau menungguku?"
"Menurutmu, apa yang kutunggu jika bukan dirimu?!" ia kesal pada adik tingkatnya tersebut.
"Aku khawatir, kau tahu?!"
Donghan tak bisa mengelak. Ia tak mengirim pesan apapun pada 'hyung' nya seusai olimpiade.
Kenta mendekati orang dihadapannya. Donghan hanya menatap Kenta dengan heran.
Kenta menundukkan kepalanya, berusaha untuk melihat sesuatu yang mengganjal pikirannya.
Kenta menendang pelan betis adik tingkatnya.
"Aaduhh,, sakit hyung" ucap Donghan.
________________
"Ohh lihat ini, Kim Donghan." ia menunjuk apa yang dimaksud.
"Aku baik-baik saja"
"Bagaimana bisa baik-baik saja?! Kau tidak bisa melihat?!" ia menaikkan celananya selutut.
Terdapat memar di betisnya yang terbilang sedikit besar. Kenta berlutut tepat didepannya. Sangat antusias mengobati kaki Donghan. Sedang, pria itu menatapnya dengan wajah lelah.
"Kalau tidak bilang apa-apa, mana ada yang tahu. Untung saja hyung mu ini sangat peka ya.." ia mengompres memarnya dengan batu es.
"Sudah kubilang, aku baik-baik saja- aaduhh hyung sakit!" Donghan menekuk bibirnya setelah Kenta dengan sengaja menekan memar di kakinya.
"Jangan bilang 'baik-baik saja' kalau sebenarnya kau tidak baik-baik saja"
Menangis. Ya, Donghan menangis setelah Kenta menyelesaikan perkataannya.
"Luapkan saja semuanya, jangan sampai ada yang tertinggal."
Ia selesai mengikat batu es tersebut di betis temannya. Kemudian bangkit dari tempatnya.
"Sakit...sangat sakit..." Pria tampan di hadapannya mulai sesegukan, menahan tangisnya.
"Aku tahu" ia tersenyum lembut.
"Semua salahku. Semuanya salahku hiks" Donghan mengusap matanya yang tak berhenti mengeluarkan air.
Kenta menarik Donghan ke pelukannya yang duduk di ranjang ruangan tersebut. Tangisnya semakin keras dan membasahi seragam kakak tingkatnya.
"Se-semuanya kalah karena aku hiks padahal kami hiks sudah bekerja keras, mereka sudah berlatih lama sekali" lanjutnya.
"Pa-padahal aku hiks ingin terlihat keren. Aku kesal, sa-sangat kesal" Donghan memukul pelan dada orang yang lebih tua.
Kenta berusaha menenangkan dengan membelai surai keabuan Donghan.
Ruang kesehatan dengan berkas cahaya bulan dan juga pelukan hangat dari seseorang itu, air yang mengalir keluar dari matanya seakan enggan untuk berhenti.
♡♡♡♡♡♡♡
Macannya udh ga ada jadi bebas ya gyun mau peluk-peluk juga 🌝
Disamperin kenta lagi pas nge live 😗😗 ugh seneng banget tuh pasti
Sebenernya w shipper siapa seh(?)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Never Give Up; HODUKEN
Fanfiction❝Tidak ada kata lelah, tak peduli seberapa sulitnya hari-hari berlalu❞ ❕yaoi, bxb ❕baku ❕15+ © 2018 kentahana