.4.

96 15 0
                                    

Silvia duduk di depan meja rias berwarna silver. Bayangannya terpantul di cermin besar dengan lampu-lampu yang mengelilingi benda bulat lonjong itu.

Ia memejamkan mata ketika sebuah kuas menyapu kelopak matanya untuk memberikan warna segar di sana. Valerie tersenyum puas pada hasil riasannya yang terlihat begitu cocok pada putri angkatnya itu.

"Astaga.. Cantik sekali putriku."

"Trimakasih banyak, ibu." Jawab Silvia ketika melihat dirinya sendiri yang ternyata sangat cantik dengan riasan. "Aku tidak pernah berdandan sebelumnya. Rasanya seperti melihat orang lain."

"Dan aku tidak pernah merias orang lain sebelumnya. Ini adalah yang pertama kalinya bagi kita berdua. Dan bagiku, pengalaman ini sangat menyenangkan!" Ujar Valerie senang.

Silvia mengangguk "Kau benar, Ibu. Aku juga merasakan hal yang sama."

Valerie memainkan ikal rambut putrinya "Kalau begitu, siap untuk turun sekarang?" ia mengedipkan sebelah matanya. Silvia mengangguk halus.

Kedua wanita cantik itu berjalan dengan berbalut gaun malam yang sangat indah. Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan besar dengan meja makan panjang. Dua orang pria tengah duduk menunggu di sana, mereka mengenakan setelan tuxedo hitam.

"Ehmm.." Valerie sengaja mengundang perhatian kedua pria itu.

Hollgum dan Valmor nampak terkesimah oleh kedua wanita cantik yang baru saja masuk melalui ambang pintu. Valerie? Mereka sudah terbiasa melihat kecantikannya. Namun anggota baru keluarga mereka, Silvia, seorang gadis yang tadinya terlihat sangat sederhana ternyata berubah menjadi putri yang sangat cantik dan anggun.

"Wah.." Gumam Valmor tanpa sadar.

"Aku tau. Dia putriku. Sangat cantik, kan? Aku yang meriasnya." Puji Valerie menuntun Silvia untuk duduk di samping Valmor, putranya. Sedangkan Hollgum segera menarik kursi untuk mempersilahkan istrinya duduk di sampingnya.

"Ini adalah makan malam pertama kita sebagai sebuah keluarga baru. Kini Silvia sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Karena itu, aku ingin semuanya lebih spesial dari biasanya." Ujar Valerie.

Makan malam berlangsung dengan hangat. Malam itu, Silvia adalah bintang di tengah meja, semua sibuk bertanya banyak hal padanya. Jamuan elit dan berkelas juga menghiasi meja dengan begitu cantik. Gadis itu benar-benar sudah berubah menjadi seorang putri raja.

Silvia termenung menatap langit kelam dari taman rumahnya. Langit di sana berbeda, tidak ada satupun bintang yang terlihat hanya sebuah bulan yang bersinar sendirian dan kesepian seperti dirinya.

"Kau terlihat cantik malam ini." Suara Valmor membuyarkan lamunan gadis itu. Ia membalasnya dengan senyuman singkat.

"Kau terlihat sedih. Masih merindukan keluargamu?"

Silvia mengangguk "Aku memikirkan adik-adikku. Apakah mereka sudah makan, apa mereka tidur dengan nyenyak. Semua mengganggu pikiranku." ia tersenyum sendu. Berharap senyuman itu dapat menguatkan hatinya.

"Waktu di sini lebih cepat satu jam setengah dari tempatmu. Mungkin mereka sudah tidur sekarang." Valmor melirik jam tangannya dengan jarum perak menunjuk angka sepuluh malam. Silvia mengangguk paham.

Merasa iba, Valmor berusaha mencari topik untuk menghibur adiknya "Aku memiliki beberapa teman. Mereka sahabat baikku. Aku akan memperkenalkanmu pada mereka besok. Mereka sedikit gila.." sambil tertawa kecil "Kurasa mereka akan cocok denganmu."

Silvia berbalik menatap saudaranya, pria itu menaikkan kedua alisnya dengan tanya. "Trimakasih sudah berusaha menghiburku. Disamping sikapmu yang mengesalkan, sepertinya sekarang aku bisa mulai bersyukur mendapat kakak yang baik."

DROP OF THE LIVING BLOOD (Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang