Bagian 4

2.4K 96 0
                                    

                       *Flash Back*

"Ra.. Zahra, tunggu. Ngapain buru-buru sih. Rumah juga cuman disitu doang, ngobrol bentar lah." ucapnya sambil menggenggam pergelangan tanganku.

Aku benar benar ngga habis pikir sama ini orang, kok santri kaya gini ya. Jangan-jangan dia nih produk gagal lagi. Haduuuhhh..

"Heyyy..malah dicuekin. Kamu kenapa sih, Ra. Hemm??" ucapnya sambil menatapku.
Mampus aku, kalau ada yg liat, bisa dijadiin bahan gosip aku.

"Ehh.engga, gak papa kok. Aku pengen cepet pulang aja. Malu tuh diliat orang, ntar dikiranya kita pacaran lagi." ucapku mengalihkan pandangan.

"Yaudah lah ya, omongan orang tuh ngga usah di denger." ucapnya

"Nggak denger gimana, orang punya kuping." jawabku sebel.

"Hehehe..maaf Ra, jangan marah dong. Aku itu cuma pengen ngobrol sama kamu doang, ngga lebih. Sueer Ra!" ucapnya sambil mengacungkan jari membentuk huruf v.

"Iya-iya. Mau ngobrol apasih ?" tanyaku.

"Emm...aku mau putusin pacar aku yg di Solo." ucapnya lantang.

"Hahh...lha kok tiba-tiba mau putus, bukannya kemaren kamu bilang..."

"Eh, stttt...dengerin dulu Ra. Aku sadar sama omongan kamu kemaren, aku tuh anak pesantren ngga pantes kalau pacaran. Apalagi kemaren, aku juga dapet kabar dari temenku kalau dia jalan sama cowo lain. Huffft.." ucapnya tanpa ragu.

"Trus. Apa hubungannya sama aku?" tanyaku polos.

"Kamu bantuin aku putus daru dia, Be-Sok.!" ucapnya dengan senyum kemenangan.

"Hah..kok aku, aku kan ngga tau apa-apa." sergahku.

"Kamu tau semuanya Ra, kamu itu satu-satunya orang yg aku curhati. Kamu juga yg udah nyadarin aku, tentang semua kekhilafan aku slama ini." ucapnya penuh penekanan.
Deg.... Ucapan Zaky benar-benar membuatku senam jantung.

"Ehh..iya, tapi aku ngga janji ya. Kalau gitu. Aku pamit pulang dulu. Assalamualaikum."pamitku.

"Iya, Walaikumsalam."

Semenjak kejadian itu, aku dan Zaky memang dekat sekali, kalau orang yg tidak tau bakal ngira kami ini pacaran. Tapi, aki juga ngrasa ada yg aneh sih. Perlakuan Zaky ke aku sama temenku yg lain emang beda banget, pastes aja banyak ibu-ibu yg bilang kami ini pacaran.

Jujur, aku memang menaruh hati padanya, entah sejak kapan seperti ini. Dan Aku menyadari ini, semua saat dia pamit karna tugasnya di desaku telah selesai.

"Zahra, sebelumnya aku minta maaf kalau selama aku disini banyak salah, dan aku terima kasih banget ya sama kamu, udah mau bantu aku kegiatan di sini. Aku janji, kalau ada waktu luang, aku bakal ke sini." ucapnya dengan tatapan sendu.

"Iya Zaky, aku udah maaf in kamu kok. Aku juga berterima kasih banget sama kamu, karna udah bantu ngajar di sini." ucapku tulus.

"Ada satu hal lagi yg pengen aku sampein ke kamu. Maaf sebelumnya Ra, tapi aku memiliki perasaan yg lebih ke kamu, aku ngga maksa kamu jawab, kamu ngga jwab pun ngga papa, yg jelas aku cuma mau ngungkapin semuanya, biar nantinya perasaan ini ngga ke bawa sampai ke pondok." ucapnya lagi dan kali ini, aku tidak bisa berkata apa-apa selain menunduk.

"Maaf mas Zaky, aku..aku.. Masih belum pantas untuk mu. Kita lebih pantas temenan aja." jawabku menunduk.

Aku bisa ngomong kaya gitu, tapi beda dengan hatiku. Rasanya aku ingin memaki diriku sendiri. Jujur, aku juga bingung, dia ini seorang santri, dan pasti juga  dia lebih tau tentang hukum pacaran, tapi kenapa dia malah ngungkapin terang-terangan di depanku.

Kemaren aja , dia bangga-banggain Septi karna juara 1 dan cuekin aku beberapa hari, padahal saat itu aku lgi terkena virus merah jambu. Eh, ini dia pamit + ngomong hal yg benar2 tidak ku duga. Ya Allah, kuatkan lah imanku.

"Iya Ra, aku ngerti kok. Kalau gitu aku pamit ya, assalamualaikum." ucapnya sambil berlalu.

"Iya, Walaikumsalam." ucapku menatap punggung yg masuk mobil.

Semenjak dia pergi, aku kembali pada rutinitasku yaitu sekolah dan ngajar TPA. Dan anehnya, walaupun aku nolak dia, dia malah sering chat tiap sore ya meskipun tanya yg tidak penting.

Tapi, mendekati UN kami sudah tidak lagi berkomunikasi apapun. Terakhir, dia hanya bilang kalau mau ikut program tahfidz, ya aku doakan saja semoga dia bisa lancar.

Jazakumullah khairan katsiran 😊😊
Salam hangat penulis.

Untukmu Yang Di Lauhul MahfudzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang