CHAPTER 1 KEARIFAN (PART 1)

5.5K 189 9
                                    


"Pulanglah kalian!!! Apa pun yang kalian lakukan padaku, aku tidak akan menuruti perintah raja."

"Putri Giania ..., membawa anda kembali ke kerajaan adalah tugas yang diberikan kepada kami, kami tidak akan semudah itu menyerah."

"Sudahlah Ivan, percuma bernegoisasi dengannya, kita bawa paksa saja dia. Kalian berdua cepat seret tuan putri kemari dan ikat kedua tangannya."

"Tidak akan semudah itu!"

Aku pun mengeluarkan pedang yang sejak awal kepergianku dari istana terus aku sarungkan. Ini adalah pilihanku, akan kuhadapi mereka. Pedang ini memang terasa lebih berat dari pedang yang biasa aku pakai ketika latihan. Tapi hal ini sama sekali tidak akan mengurangi sedikit pun kemampuanku.

Melihatku yang sedang bersiap bertahan dengan pedang yang aku genggam kuat dengan kedua tangganku, dua prajurit itu pun terlihat sangat terkejut kemudian menghentikan langkahnya.

"Jangan berhenti, cepat tangkap dia hidup atau mati!"

Setelah mendengar perintah dari pria yang bernama Ivan itu, dua prajurit pun langsung mengeluarkan pedangnya dan bersiap untuk menghadapiku. Dengan keahlian pedang yang aku pelajari selama ini, kalau hanya dua prajurit aku masih yakin bisa bertahan dari serangan dua prajurit itu.

"Teng ... Teng ... Teng ..."

Aku tepis semua serangan pedang yang dua prajurit itu arahkan padaku. Sedikit pun celah dan kesalahan yang prajurit itu lakukan, akan benar-benar aku manfaatkan untuk menyerang balik. Tapi dua prajurit itu sepertinya benar-benar terlatih. Mereka tak sedikit pun memberikan kesempatan kepadaku untuk melakukan serangan balik.

Serangan mereka terasa semakin kuat dan cepat. Jika terus seperti ini, aku akan kalah. Ternyata kemampuan pedangku masih jauh di bawah kemampuan dua prajurit itu. Tapi aku tidak akan kalah, akan aku lakukan apa pun untuk mengalahkan mereka. Sambil terus menepis serangan mereka, aku pun berusaha untuk menatap kedua mata dari salah satu prajurit itu.

"Sleep in sad ... sleep deep and breath ... our heart like evil of art ..."

Aku merasakan angin berhembus dengan kencang dari arah belakangku dan aku benar-benar merasakan dingin di bagian pundakku. Sambil terus menatap kedua mata dari salahsatu prajurit itu, aku pun terus mengucapkan ayat hina.

"Brak ..."

Salah satu prajurit itu langsung terjatuh dan sepertinya tidak sadarkan diri. Prajurit yang satu lagi pun terlihat sangat terkejut. Kesempatan ini tidak akan aku sia-siakan. Aku pun langsung melakukan serangan balik. Aku ayunkan pedangku, ke arah pedang prajurit yang masih berdiri. Pedang prajurit itu langsung terlempar cukup jauh. Spontan prajurit itu langsung mundur dan terlihat memasang kuda-kuda dengan posisi bertahan. Melihat hal itu aku pun langsung bergerak melompat ke arah belakang untuk bertahan kembali. Aku tidak bisa gegabah, ini adalah pertarungan nyata, aku harus merencanakan sesuatu.

"Ivan apa kau tahu hal ini?"

"Iya Charls, itu sihir hina ..., ternyata memang benar apa yang Raja curigai selama ini"

"Tapi, ... dia seorang putri, tidak mungkin ... ini tidak mungkin ..."

"Charls, aku rasa ini di luar dari kemampuan kita, tapi aku tidak akan semudah itu menyerah. Hasil adalah segalanya, akan kubawa tuan putri pulang. Semua prajurit bersiap dan kepung tuan putri."

Walapun dari jarak yang cukup jauh, aku masih bisa sedikit mendengar suara dari percakapan dua kapten pasukan itu. Sepertinya mereka tidak mau menyerah. Aku baru tersadar posisiku saat ini sedang terpojok. Pasukan berjumlah 20 orang itu sedang mengepungku dan saat ini terus berjalan sambil mengarahkan pedangnya ke arahku membuat aku tidak mempunyai pilihan lain selain terus berjalan mundur sampai akhirnya punggungku menabrak sesuatu dan menghentikan langkahku. Di belakangku ternyata berdiri sebuah pohon raksasa. Untuk sesaat aku berpikir mungkin inilah akhir hidupku.

Ayat yang berhasil aku gunakan tadi, itu adalah percobaan pertamaku setelah aku mempelajarinya secara diam-diam di Istana. Saat ini lidahku benar-benar kaku, aku sama sekali tidak bisa mengucapkan sesuatu. Aku tak tahu akibat dari ayat itu ternyata bisa membekukan kemampuan bicaraku. Aku tidak bisa mengucapkan ayat hina itu lagi sekarang. Apa yang harus aku lakukan?

Tiba-tiba suara terdengar, suara seseorang

" Hei nona, apakah kau baik-baik saja?"

"Kalian semua hentikanlah, sepertinya nona ini tidak mau menuruti perintah kalian, kalian pulanglah dan biarkan nona ini pergi "

Kemudian ...

"Brak ..."

Seseorang tiba-tiba muncul dan berdiri di depanku. Sepertinya dia langsung turun dari cabang pohon yang ada di belakangku ini. Aku tidak tahu orang ini. Suara tadi mungkinkah itu suara orang ini? Apakah orang ini datang untuk menolongku?

"Nona apa kau baik-baik saja? Hidungmu berdarah ..."

"A ... a ... a ..."

Aku masih belum bisa bicara, lidahku masih sangat kaku untuk bisa aku gerakan dan berbicara.

"Kau masih belum bisa bicara ya?"

Aku yakin apa yang aku dengar barusan. Sepertinya dia tahu kondisi aku saat ini. Apakah dia tahu soal sihir hina?

"Nona, aku tahu ..."

Tanpa menghiraukan prajurit-prajurit yang tengah mengepungku, orang ini dengan tenangnya terus mengajakku bicara. Siapa sebenarnya orang ini?

Sambil terus berbicara orang itu kemudian membalikan tubuhnya dan mengambil sehelai kain kecil dari kantong celananya kemudian mengusap dan membersihkan darah yang menetes dari hidungku.

"Aku tak bisa membiarkan ini terjadi, seorang wanita di kepung dan di serang oleh banyak prajurit, rasanya sangat tidak adil. Nona, anda beristirahatlah sejenak, duduklah sambil bersandar ke pohon dan ... nikmatilah pertunjukanku ini"

Mata pria ini, ... indah ...

Tak pernah aku melihat mata seseorang seindah ini, seperti batuan berkilauan. Aku terus berusaha untuk berbicara padanya tapi lidahku masih tidak mampu untuk ku gerakan. Berusaha untuk mengingatkan, lalu aku arahkan jari telunjukku ke arah prajurit-prajurit yang hendak menangkapku.

Setelah mengusap darah di hidungku dengan sapu tangannya, pria itu pun berbalik dan melihat ke arah prajurit-prajurit itu.

"Kalian pergilah ... gadis ini tidak mau mengikuti kalian."

"Siapa anda? berani-beraninya menghalangi kami."

"Aku hanya seorang pengembara, namaku ... "

"Ccck ... banyak bicara, kalian semua serang dan habisi bajingan itu!"

"Haah ... Ivan ... hari ini sepertinya kau sedang badmood ..."

"Diam kau Charls!!!"

Setelah mendengar perintah dari Ivan, dua puluh prajurit itu pun serentak menghunuskan pedangnya dan berlari ke arah pria tadi berniat untuk membunuhnya. Namun ...

"Crraaat ..."

"Bruk ..."

"Craaaaaat ..."

"Trak ..."

Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang aku lihat saat ini. Darah menyembur ke mana-mana. Suara retakan tulang, jatuhnya tubuh manusia, kepala yang menggelinding di tanah.

"Kyaaaaaaa ..."

Aku pun berteriak sekuat tenaga, seakan lupa akan lidahku yang sedang membeku.

"Tidaaaak ... apa yang kau lakukan?"

Seketika pria itu menghentikan serangannya, sedikit lagi sepertinya dia akan memenggal pria yang bernama Ivan itu. Namun teriakanku barusan menghentikan gerakannya. Tersadar melihat pria itu menghentikan gerakannya, pria yang bernama Ivan dan Charls itu langsung berlari dan menaiki kudanya untuk meninggalkan semua pasukannya yang telah mati. Tidak memperdulikan Ivan dan Charls yang telah pergi, pria itu menolehkan kepalanya mengarahkan tatapan matanya ke arahku. Mata itu... bibir yang sedang mengucapkan sesuatu ... ayat hina ...

Eternal Kindness (Princess Giania And The Witch From The Past) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang