Plak
Bruk
" APA YANG TELAH KAU LAKUKAN PADA ILYN SIALAN?!"
Aku berusaha menahan sakit saat Papa memukulku dengan ikat pinggangnya saat aku jamin, dia baru saja pulang kerja. Itu telihat jelas dengan jas hitam yang masih ia pakai lengkap dengan celana dan sepatu mengkilapnya.
Aku diam saja melihat kulitku yang mengelupas karena pukulan keras itu. Ini sudah biasa, tenang saja. Aku bahkan pernah mendapatkan yang lebih buruk dari ini.
Dan untuk pemukulan terhadap Iyln, adik kembarku, itu benar. Aku baru saja sedikit menamparnya karena dengan seenaknya dia menghancurkan kalung pemberian Nenek.
Nenek, wanita yang paling kusayang telah meninggal sejak lima tahun yang lalu, saat umurku 12 tahun. Kematiannya membuatku terpaksa tinggal bersama Papa dan Ilyn yang sebenarnya sangat sibuk. Ia bahkan tidak sempat melihat kematian Nenek karena sedang sibuk di luar negeri saat itu.
Dulu aku hanya tahu Papa dari pembicaraan Nenek, karena sejak bayi aku memang tinggal dengan nenekku di desa dan tidak pernah ke kota untuk mengunjungi Papa. Dulu Nenek selalu bilang Papa sibuk dan Nenek terlalu tua untuk berpergian jauh, sebelum setelah dia meninggal aku baru tahu alasan kenapa Papa meninggalkanku bersama Nenek.
Aku, kembarannya Ilyn adalah penyebab kematian Ibuku. Anak kembar tak disangka yang menyebabkan Ibuku menghembuskan nafas terakhirnya di ruang persalinan.
Papa menyalahkanku saat itu dan hanya mengambil Ilyn untuk diasuh, sampai lagi-lagi, Nenek meninggal dan memaksaku untuk tinggal bersama Papa sejak saat itu.
Dan kesananya hanya ada satu yang bisa kusimpulkan, mereka benar-benar membenciku dan berharap aku mati tiap harinya.
Kupikir Ilyn, adik kembarku tidak akan membenciku, walaupun nyatanya dialah penyebab Papa semakin membenciku setiap harinya.
Contohnya saja hari ini, aku hanya memukulnya sedikit dan balasannya aku mendapat pukulan ikat pinggang dari Papa.
Lagipula itu bukan pukulan besar aku berani bersumpah, aku bahkan mencobanya terlebih dahulu agar aku tahu rasio sakitnya.
Namun seperti yang kuduga, siapa yang akan percaya pada pecundang sepertiku?
" Aku-"
" PERGI DAN TIDUR DIGUDANG SEKARANG BAJINGAN!"
Ya, setidaknya ini lebih baik daripada ditenggelamkan di air sampai kepalamu rasanya mau pecah.
Sejak pertama tinggal dengan Papa, dia bahkan tidak pernah memanggil namaku. Dia selalu saja memanggilku bajingan, sialan, keparat, dan panggilan lainnya.
Apa mungkin dia tidak tahu namaku? Yang memberiku nama memang Nenekku sih.
Ah ya, namaku Hanaru. Kata Nenek itu karena wajahku mirip bunga. Entahlah, mungkin itu bunga busuk dihadapan orang lain.
Intinya, sekarang dengan langkah tertatih aku memasuki gudang penyimpanan di belakang rumah dan bersiap untuk tidur disana. Tempat itu cukup nyaman, setelah aku dengan susah payah membangun sebuah ranjang keras dari bahan-bahan aneh yang ada disana.
Wajar jika badanku bau setelah keluar dari sini. Pfft, aku selalu tertawa sendiri saat mengingatnya.
Ini seperti rumah asliku dibandingkan dengan kamar kecil dibawah tangga tempatku yang seatap dengan Papa.
Disana tidak ada obat, jadi dengan tertatih aku mencoba tidur sambil menggengam erat kalung Nenek yang telah hancur dirusak Ilyn.
Aku mencoba tertidur, dengan lantunan sendu lagu yang diajarkan Nenek sebagai pengantar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing in the Dark [boyxboy]
Ação" Jadi apa yang ingin kau lakukan jika kau telah berhasil melawan takdir?" Hanaru, pria muda itu termenung untuk sesaat. Sibuk menatap rintikan hujan sebelum berkata dengan suara yang datar, " Balas dendam" " Dan apa yang akan kau berikan padaku seb...