10. School

2.1K 284 44
                                    

Tok tok tok

"Tuan Muda, sudah waktunya untuk berangkat ke sekolah"

Mata Jihan perlahan terbuka saat dia mendengar suara ringan seseorang di luar kamarnya. Dengan malas Jihan akhirnya bangkit, membuka pintu kamarnya untuk melihat siapa yang baru saja membangunkannya dengan suara asing.

Sosok pendek, kecil, dan manis berdiri didepan pintunya dengan seragam sekolah. Sejenak Jihan merasa linglung, sebelum dia sadar ayahnya memang mengatur bodyguard baru yang akan mengikutinya ke sekolah mulai sekarang.

"Tuan Muda, kau akan terlambat jika tidak segera siap-siap" ucap Black sebari menunjuk jam di lengannya.

Tersadar, Jihan segera mengangguk lalu menutup pintu kamarnya lagi tanpa mengatakan apapun. Dia mandi dan bersiap dengan cepat. Dan saat keluar, Jihan melihat bahwa bodyguard kecilnya itu masih berdiri dengan patuh didepan pintu untuk menunggunya.

"Ayo" ucapnya singkat sambil berjalan cepat. Suara langkah setengah berlari terdengar dibelakangnya. Jihan menoleh, dan sadar bahwa pria kecil itu dengan susah payah mencoba menyamai langkahnya yang besar dan cepat kini.

Hati Jihan dengan cepat menghangat melihat penampilan ini. Dia tidak pernah melihat ada seorang bodyguard seimut ini sepanjang hidupnya. Tidak perlu waktu lama, Black sudah mendapat perhatian khusus di pikiran Jihan dengan perlakuannya.

Langkah Jihan pada akhirnya melambat, sampai dirasa Black bisa menyamai langkahnya yang besar. Tidak ada pembicaraan selama mereka berada di lorong. Jihan hanya membuka mulut saat para bawahan ayahnya menyapanya, sementara Black tetap diam dan menatap lurus seakan tidak peduli pada hal lain selain keselamatan Jihan.

Sesampainya di lantai satu, Jihan bertemu ayahnya yang menunggunya sarapan di meja makan dengan koran di tangannya. Jihan tersenyum lalu menyapa ayahnya, yang dibalas gumaman dan usapan di kepala oleh pria berumur itu.

"Tidurmu nyenyak? Makanlah dulu. Tidak masalah jika kau telat selama kau tidak melewatkan sarapan" ujar Daren lembut. Matanya sejenak menatap Black yang berdiri dibelakang Jihan dengan pakaian sekolah yang sama. Sampai sekarang Daren tidak ingin percaya,  bahwa anak halus ini begitu brutal saat dia melawan seseorang. Wajahnya yang halus lebih cocok menjadi tuan muda yang manja daripada pembunuh dalam organisasi rahasia. Mungkin ucapan Jihan ada benarnya juga, Black tetap tidak pantas berada dalam dunia hitam tidak peduli apa yang dia alami di masa lalu.

"Kau ikutlah makan bersama kami, aku tidak keberatan" ajak Daren sambil mulai melipat korannya. Black menggeleng pelan untuk menolak. Namun belum sempat dia beralasan,  Daren telah memotongnya lagi dengan suara serius.

"Jika kau kelaparan, kau tidak akam bisa melindungi anakku dengan benar. Ini perintah, kau harus makan bersama kami" ujar Daren tegas. Pada akhirnya Black tetap ikut duduk dan makan dalam diam. Gerakannya terlihat canggung, sementara Jihan diam-diam berterimakasih pada ayahnya karena mau mengijinkan bodyguardnya untuk sarapan bersama mereka.

"Aku sudah selesai. Sampai nanti, Ayah"

"Hmm. Belajarlah yang benar"

Black segera mengikuti Jihan saat lelaki itu bangkit dari duduknya. Dia menyempatkan diri untuk menunduk dan tersenyum sopan pada Daren, sebelum berlari untuk mengikuti Jihan yang telah berjalan didepannya. Daren tanpa sadar menggeleng kecil, terhibur dengan sikap pria muda itu.

Mungkin di waktu luangnya Daren harus mencari data Black lebih jauh lagi, untuk mengetahui kenapa anak sehalus itu bisa terjebak di dunia brutal seperti ini.



-



-



"Kupingmu....... Apa ada masalah dengan mereka? Kulihat kau selalu memakai headphone itu sepanjang hari"

Dancing in the Dark [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang